business-forum

coaches

More Video! Visit : BARACoaching Channel on Youtube

Tampilkan postingan dengan label intake seminar. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label intake seminar. Tampilkan semua postingan

Kamis, 13 Agustus 2015

TERNYATA, OMZET BESAR BUKAN JAMINAN ‘PEGANG’ UANG

Selama ini pengusaha sering terjebak dengan pemikiran, bahwa profit besar menandakan bisnis yang sehat. Padahal selain profit, kondisi perusahaan yang optimal juga tergantung pada omzet dan cashnya. Lalu mana yang lebih penting, omzet, profit atau cash? Dan bagaimana juga membedakannya.
Menjawab problem ini, ActionCOACH BARACoaching Surabaya mengadakan bincang bisnis, khusus dengan para pengusaha, Sabtu (08/08/15) lalu. Bertempat di office BARACoaching, bincang bisnis ini menghadirkan Coach Humphrey Rusli, sebagai pembicara.
Dari pengalaman mengcoaching ratusan pengusaha, pelatih bisnis terbaik Indonesia tahun lalu ini mengungkapkan, kebanyakan pengusaha fokus ke omzet, dengan asumsi omzet besar sudah pasti profit besar dan juga punya uang (cash).
“Faktanya justru tidak demikian. Banyak omzet belum tentu ada profit, dan ada profit di atas kertas juga belum tentu ada cash di kantong. Masing-masing omzet, profit, dan cash punya aturan main yang berbeda-beda dan disiplinnya pun tidak sama,” tegas Coach Humphrey.
Lalu bagaimana strategi untuk menyeimbangkan ketiganya, agar pertumbuhan perusahaan jadi optimal? Coach Humphrey kembali memaparkan, untuk menyeimbangkan omzet, profit, dan cash dibutuhkan catatan yang jelas di masing-masingnya. Tidak boleh dicampur adukkan.
“Mulailah dari pencatatan cash dulu. Pastikan kewajiban pembayaran pada pihak-pihak lain seperti supplier, gaji karyawan, dan lain-lain, bisa di forecast dan diplanningkan lebih dulu. Setelah itu, pencatatan profit untuk memastikan usaha penjualan kita membuahkan profit yang steady dan stabil.”
Banyak hal dikupas dalam bincang bisnis ini. Selain apa saja bekal yang harus dimiliki untuk mengatur ketiganya, pemenang Coach of The Year ini juga berdiskusi dengan peserta tentang perbedaan omzet, profit, dan cash, mana yang lebih penting, serta bagaimana aplikasi dan pengaturannya di bisnis, mulai dari bisnis yang bergerak di bidang jasa maupun produk.

Dalam wawancara terpisah, pelatih bisnis yang sudah melatih ratusan pengusaha ini berharap, para peserta paham akan prioritas dan mampu memilah dengan disiplin tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mengoptimalkan masing-masing dari omzet, profit, dan cash

Kamis, 26 Maret 2015

SIASAT CERDAS AGAR BAYAR PAJAK LEBIH MURAH

Selain forum bisnis, BARACoaching Surabaya (ActionCOACH East Java-Bali) juga mengadakan seminar pajak bertajuk “Siasat Cerdas Agar Bayar Pajak Lebih Murah”, Kamis (19/03/15) lalu. Acara ini diadakan sebagai bentuk kerjasama dengan konsultan pajak ternama di Surabaya, PT. Karunia Mitra Bersatu.
Dwie Ratna Winarsih, selaku pembicara bertutur, selama ini wajib pajak hanya dibebani dengan kewajiban-kewajiban apa saja yang harus dilakukan atau dibayarkan.
“Jika kita datang ke kantor pajak, selalu yang digembor-gemborkan adalah kewajiban kita, tanpa dikasih tahu hak kita sebagai wajib pajak sebenarnya seperti apa. Karenanya, banyak yang kemudian berpikir pajak itu hanya membebani dan dipersepsikan sebagai biaya” papar bu Dwie.
Selanjutnya, wanita yang sekaligus founder PT. Karunia Mitra Bersatu tersebut juga menjelaskan hak-hak apa saja yang diterima wajib pajak, agar tidak bayar pajak lebih mahal dari yang seharusnya dibayar. Beberapa hal yang perlu dipahami, yang pertama adalah sistem perpajakan di Indonesia menganut sistem Self-Asesment bagi semua orang yang tinggal dan memiliki penghasilan di Indonesia.
Kedua, tertib administrasi. Dalam artian kesalahan laporan ataupun kesalahan hitung dan juga kesalahan administrasi perpajakan menjadi tanggung jawab wajib pajak masing-masing. Karena itu, sangat diperlukan pemahaman tentang apa saja hak dan kewajiban wajib pajak.
Pemahaman ini merupakan pendukung buat kita untuk dapat menentukan tarif pajak yang paling sesuai dan mudah, menurut kebutuhan bisnis kita. Jika tidak, maka pajak bisa jadi ‘bom waktu’ buat kita.
Coach Ruaniwati, dari BARACoaching Surabaya bertutur, kerjasama ini merupakan bentuk dari pengejawantahan salah satu visi dari ActionCOACH yaitu edukasi.
“Seminar ini bertujuan untuk memberikan update kepada pebisnis tentang aturan-aturan baru, strategi melakukan perencanaan pajak, serta memberikan informasi yang benar tentang pajak untuk para pebisnis. Sesuai dengan visi ActionCOACH, kami berharap acara ini bisa memberikan edukasi kepada para pebisnis untuk bisa mengatur atau memanage usahanya terutama berkaitan dengan perpajakan.”  

Senin, 23 Maret 2015

BAGAIMANA MENJEMBATANI KELUARGA VS BISNIS?

Meskipun tidak sedikit bisnis keluarga yang berkembang besar dan lintas generasi, namun bukan fakta baru, jika bisnis keluarga punya masalah cukup kompleks. Itu kenapa hanya 1% yang bisa bertahan hingga generasi ke-4. Sebenarnya apa bisnis keluarga itu? Dan mengapa begitu rumit permasalahannya?
Hal ini dikupas dalam seminar bertajuk “Membangun Bisnis Keluarga yang Sukses dan Bahagia”, Kamis (12/03/15) lalu. Bertempat di Office BARACoaching Surabaya (ActionCOACH East Java-Bali), acara ini menghadirkan Coach Suwito Sumargo selaku pembicara.
Dalam seminar yang khusus ditujukan untuk pemilik bisnis itu, Coach Suwito memaparkan, topik tentang keluarga dan bisnis sering tidak sejalan, karena tujuan dasar keduanya memang berbeda.
Family is about unconditional love. Sedangkan di sisi lain business is about profit. Kedua hal ini yang sering tidak sejalan dan menimbulkan konflik,” tutur the Winner Supportive Coach dalam BEF Award Indonesia 2014 ini.
Para peserta juga memberikan alasan mengapa pengelolaan bisnis keluarga begitu rumit. Ada yang mengemukakan, perbedaan generasi dan pemikiran yang menyebabkan hal itu terjadi. Ditambah dengan sistem pembagian ‘keuntungan’ yang sulit, sehingga generasi kedua dan seterusnya harus terus mengembangkan usaha, bila ingin mendapat hasil yang lebih besar.
Lalu bagaimana mengatasi perbedaan dan masalah dalam bisnis keluarga? Yang pertama adalah dengan komunikasi. Komunikasi yang baik merupakan kunci untuk membentuk sebuah bisnis keluarga yang sehat. Salah satu caranya bisa dengan mengadakan pertemuan keluarga (anggota yang terlibat dalam bisnis) secara reguler.
Selanjutnya dengan membangun sisi financial yang kokoh. Penting untuk mengetahui sumber keuangan dan merencanakannya dengan baik (budget and planning). Jika satu waktu kita harus berhutang, maka pertimbangkan dulu: untuk apa uangnya, dan berapa penghasilan yang diperoleh agar bisa membayar kembali hutang tersebut.
Ketiga, menemukan sekaligus mempersiapkan generasi penerus dalam bisnis keluarga. Ini merupakan salah satu tahapan yang krusial. Tentu saja krusial, karena tumbuh kembang, bahkan ‘mati-hidup’nya perusahaan keluarga bergantung kepada siapa yang menjadi pemimpin.
“Banyak hal dipertimbangkan dalam memilih future leader. Namun yang sering terjadi, generasi penerus dalam bisnis keluarga ‘dipaksa’ menjadi pemimpin, tanpa melihat dia sudah siap atau belum. Hal ini yang disebut nepotisme dan menyebabkan masalah dalam perusahaan,” papar pelatih bisnis sekaligus pemilik GBT Laras-Imbang ini.
Selain masalah kesiapan, seorang penerus (owner) juga dituntut bisa jadi good leader sekaligus good manajer.
Selain ketiga hal di atas, juga disebutkan poin governance. Poin ini bukan hanya bagaimana membuat aturan main, tapi juga memahami dan mendokumentasikan peraturan perusahaan.
“Dan lagi, butuh disiplin, komitmen dan ketahanan dalam menjalankannya,” tegas Coach Suwito.

Sabtu, 21 Februari 2015

INI DIA SALAH KAPRAH YANG BISA HANCURKAN BISNIS KELUARGA

Sebuah penelitian mengungkap, dari keseluruhan perusahaan yang dimiliki keluarga, sebesar 95% gagal melewati tiga generasi. Itu kenapa sampai muncul idiom: “generasi pertama yang mendirikan, generasi kedua yang membangun, dan generasi ketiga yang merusak”.
Pernyataan ini seolah bilang, generasi penerus dalam bisnis keluarga sangat sulit untuk mengulang kejayaan atau kesuksesan generasi sebelumnya. Benarkah seperti itu? Lalu apa saja suka duka meneruskan bisnis keluarga? Kesalahan apa yang sering dibuat, sehingga bisnis keluarga sulit bertahan sampai beberapa generasi?
BARACoaching Surabaya (ActionCOACH East Java-Bali) mengulas semua problem ini dalam seminar bertajuk “Salah Kaprah dalam Pengelolaan Bisnis Keluarga”, Sabtu (07/02/15) dan “Suka Duka Meneruskan Bisnis Keluarga”, Kamis (12/02/15) lalu.
Seminar yang ditujukan khusus para pemilik bisnis ini salah satunya membicarakan tentang problem utama yang sering terjadi dalam menjalankan bisnis keluarga. Tidak jarang kemudian bisnis keluarga sulit berkembang, bahkan menjadi pemicu keretakan dalam rumah tangga.
Coach Humphrey Rusli, selaku pembicara seminar bertutur, selama ini banyak pengusaha dalam bisnis keluarga yang banyak melakukan kesalahan, yang mereka anggap benar atau memang sudah seharusnya begitu. Istilahnya salah kaprah. Salah kaprah yang umumnya terjadi, pertama berhubungan dengan status.
“Semua anggota keluarga apakah paham bahwa mereka dilibatkan bukan untuk membangun karir, tapi untuk membangun aset, sesuatu yang bisa diwariskan,” tutur Coach Humphrey.
Banyak pebisnis keluarga beranggapan, terlepas dari mumpuni atau tidak, anak atau anggota keluarga memang harus diberi jabatan tinggi, harus diberi kekuasaan lebih. Padahal, yang seharusnya diwariskan bukan jabatannya, namun aset perusahaan. Jadi tidak masalah meskipun mereka memulai dari jabatan rendah sekalipun.
Salah kaprah kedua adalah berhubungan dengan fungsi. Sebagian besar perusahaan keluarga masih belum bisa membedakan fungsi antara seorang manager dan leader.
“Selama ini, kebanyakan perusahaan keluarga masih mencampur adukkan fungsi manager dan leader. Padahal, tugas keduanya benar-benar berbeda. Seorang leader diantaranya bertugas menetapkan visi-misi perusahaan, memotivasi dan menginspirasi bawahannya. Sedangkan manager bertugas untuk memimpin organisasi, serta mengontrol dan memecahkan masalah yang terjadi pada perusahaan,” papar COO BARACoaching Surabaya ini.
 Lebih lanjut, pelatih bisnis dunia yang berkali-kali memenangkan ajang ‘coach’ bergengsi ini menambahkan, calon penerus sebaiknya dipersiapkan dengan jadi seorang manager terlebih dulu sebelum diarahkan jadi leader.
Salah kaprah lain yang ditengarai sebagai penghambat bisnis keluarga adalah poin competency or descendant. Reward seharusnya diberikan berdasarkan kompetensi dalam menjalankan pekerjaan. Namun, yang terjadi sebaliknya. Kompetensi tidak lagi dianggap sebagai parameter. Pemberian reward dalam family business seringkali diberikan karena pertimbangan ‘dia’ sebagai keturunan kita.
Seminar yang diadakan di Office BARACoaching ini, selain teori, juga lebih banyak diisi dengan diskusi aktif coach Humphrey dan peserta.
“Kami berharap, setelah pulang dari acara ini, para peserta mengerti bahasan mana yang krusial untuk dibicarakan dengan anggota keluarga terkait permasalahan bisnis keluarga. Selain itu juga paham perbedaan dari masing-masing pokok pikiran, mana yang benar membangun aset, atau hanya membangun karir,” jelas coach Humphrey di akhir acara.


Senin, 19 Januari 2015

Bincang Bisnis - BANYAK STRATEGI MARKETING HANYA BUANG UANG

Dalam hubungannya dengan marketing, kata ‘low budget’ sering diartikan oleh pebisnis dengan biaya murah semata. Padahal, esensi dari ‘low budget high impact marketing’ adalah bagaimana taktik yang dilakukan agar hasil marketing lebih tinggi dari biaya yang Anda keluarkan.
Hal ini disampaikan oleh Coach Humphrey Rusli, selaku pembicara dalam Bincang Bisnis bertajuk “Low  Budget High Impact Marketing”, Sabtu (10/01/15) kemarin. Acara yang diadakan oleh BARACoaching Surabaya (ActionCOACH East Java-Bali) ini merupakan forum rutin yang diadakan khusus untuk para pemilik bisnis.
Di awal acara, coach Humphrey berdiskusi dengan para peserta mengapa banyak strategi marketing yang hanya berujung pada buang uang. Beberapa jawaban, diantaranya karena segmen pasar yang tidak jelas.
 “Selama ini para pemilik bisnis terlalu sibuk mendapatkan pangsa pasar yang seluas-luasnya, tanpa memperhatikan seberapa kemampuan mereka,” jelas coach Humphrey.
Lalu bagaimana caranya agar strategi marketing yang kita lakukan tidak sia-sia? Bagaimana agar kita bisa menekan biaya yang terbuang dan memperoleh hasil yang maksimal? Setidaknya, ada 5 hal yang mesti kita pahami dalam low budget high impact marketing.
Pertama adalah apapun yang akan kita jual, pahami dulu siapa pembeli kita. Tempatkan diri kita pada posisi mereka. Kenapa mereka mau membeli atau memakai produk dan jasa kita.
Seorang pengusaha kripik buah naga mengeluh, kenapa kripiknya tidak laku. Padahal diantara jajaran kripik yang lain, kripik ini tergolong lain daripada yang lain dan tentu saja menyehatkan.
“Namun, ketika didisplay di samping  buah naga (kebetulan waktu itu dia menitipkan kripiknya di salah satu swalayan besar), kripiknya jadi laku keras. Dari cerita ini, selain paham siapa target market, kita juga harus memperhatikan hal-hal termasuk tempat display,” lanjut senior coach BARACoaching Surabaya ini.
Poin ini didapat dengan membiasakan diri untuk terus disiplin berpikir dan mencari ide untuk tercapainya low budget high impact marketing. Lewat trial and error, lama kelamaan pemilik bisnis akan menemukan taktik atau strategi yang tepat dalam bisnisnya. Bukan hanya menemukan target pasar, namun juga bagaimana cara memasarkan produk atau jasanya dengan tepat.
Kedua, ‘memutar’ corong promosi ke dalam. Jika sebelumnya promosi lebih ditujukan untuk mendapat konsumen baru, maka sekarang terbalik, fokuslah pada pelanggan lama anda.
“Selama ini, pemilik bisnis tidak menyadari, merekrut konsumen baru, 6 sampai 10 kali lipat lebih sulit daripada mempertahankan konsumen lama. Biayanya juga lebih mahal dari maintenance pelanggan lama, atau bahkan yang sudah loyal.”
Jadi, ketika ada promosi atau informasi produk baru, maka usahakan untuk memberitahukan kepada pelanggan yang ada dalam lingkaran bisnis kita terlebih dulu.
Selanjutnya adalah be creative. Hampir sama dengan poin satu, berpikir kreatif bisa tercapai bila kita membiasakan diri untuk disiplin berpikir dan terus mencari cara atau strategi kreatif untuk mencapai tujuannya.
Keempat, networking. Memperkaya pengetahuan dan wawasan dengan bergaul dengan pemilik bisnis yang lain. Networking bisa memungkinkan kita untuk melihat sebuah masalah atau hal dari banyak sudut pandang. Jadi, sering-seringlah bergaul dan berdiskusi dengan pemilik bisnis yang lain, misal dalam sebuah komunitas atau forum bisnis.
Terakhir, memaksimalkan fungsi media promosi. Salah satunya brosur. Fungsi brosur sebenarnya adalah membuat ‘si pembaca’ atau konsumen jadi penasaran tentang apa yang kita informasikan.
“Sering saya lihat fungsi itu jadi hilang karena design tidak eye catching dan lay out atau tata letak yang ‘salah’. Kesalahan utama yang biasa dijumpai seperti penulisan nama usaha gede di atas, testimoni yang terlalu banyak, dan headline yang tidak menarik,” papar pelatih bisnis terbaik Indonesia ini.
Salah satu kunci dalam promosi adalah menciptakan motif agar bisa melakukan pendekatan dengan customer sehingga mereka percaya dengan kita. Contoh yang selama ini telah dilakukan oleh beberapa perusahaan besar, misal dengan melakukan pendekatan edukasi dan problem solving. 

Senin, 22 Desember 2014

Bincang Bisnis MPdSP - MANA LEBIH PENTING, MENYERANG ATAU MEMPERTAHANKAN?

Survey membuktikan 80% bisnis tidak bisa bertahan sebelum tahun ke-5. Problem yang sering dikeluhkan adalah tidak menemukan strategi tepat dalam bersaing, sehingga banyak pelanggan yang hilang dan berpindah ke ‘lain hati’.
Hal itu yang jadi pokok bahasan bincang bisnis “Mempertahankan Pelanggan dari Serbuan Pesaing”, Sabtu (13/12/14) lalu. Acara yang diadakan oleh BARACoaching Surabaya (ActionCOACH East Java-Bali) ini merupakan acara diskusi yang khusus ditujukan untuk pemilik bisnis.
Coach Humphrey Rusli, selaku Chief Operating Officer (COO) BARACoaching, mengawali acara dengan diskusi pendek dengan para peserta terkait mengapa materi ini dianggap menarik, dan bagaimana mereka (pemilik bisnis) selama ini menjaga konsumen mereka?
Lebih jauh, pelatih bisnis ini juga memaparkan tentang alasan apa saja yang membuat pengusaha gagal mempertahankan pelanggan mereka.
Yang pertama, tidak sadar jika pelanggan mulai tidak loyal. Pelanggan loyal biasanya ditandai dengan repeat order. Selain memastikan pelanggan melakukan repeat order atau tidak, tentu saja sebagai pemilik bisnis, kita juga harus berupaya bagaimana agar mereka ‘balik’ lagi sama kita.
 “Alasan kedua pengusaha sering gagal mem’protect’ pelanggan mereka adalah tidak informatif terhadap konsumen. Konsumen tidak paham produk atau jasa apa saja yang kita miliki. Biasanya kegagalan ini banyak ditemui pada pengusaha retail yang menjual banyak produk, mulai dari baju sampai aksesoris yang bervariasi,” papar Coach Humphrey.
Ketiga, tidak fokus. Jika diumpamakan pemilik bisnis adalah magnet, maka konsumen adalah biji besinya. Semakin jauh biji besi, semakin sulit anda menariknya. Jadi fokuslah terlebih dulu ke pelanggan yang dekat dengan kita. Ada baiknya petakan pelanggan menjadi ring 0, ring 1, dan ring 2.
“Ring 0 adalah orang-orang yang harus anda bidik terlebih dulu. Seperti saudara, teman, atau kerabat dekat yang secara emosional dekat dengan kita. Sedangkan ring 1, secara geografis letaknya berdekatan, misal tetangga sekitar rumah atau tempat usaha kita. Baru kemudian ring 2 dimana terdiri dari calon pelanggan yang benar-benar ingin atau butuh produk atau jasa kita,” lanjut pelatih bisnis Internasional ini.
Nah, sebelum fokus membidik calon pelanggan ring 1 dan 2, lihatlah kembali, sudahkah ada ‘merangkul’ orang-orang di ring 0?
Problem keempat dalam menjaga pelanggan adalah tidak kreatif. Pemilik bisnis dituntut untuk terus kreatif dan inovatif agar pelanggan tidak bosan. Selain itu, agar dia bisa terus berkembang, menghadirkan sesuatu yang baru dan lain daripada yang lain.
Dari keempat poin di atas, benang merah yang bisa disimpulkan, bahwa great offense strategy is the best defense.
“Selama ini, pebisnis hanya sibuk memikirkan cara menyerang atau mengimbangi serangan kompetitor saja, untuk menjaga pelanggan mereka. Tanpa mereka sadari, cara terbaik bukan hanya dengan terus-menerus melakukan itu, namun juga membentuk pertahanan diri. Bisa dimulai dengan memperbaiki sistem intern bisnis kita, terus belajar dan mengembangkan diri agar jadi kreatif dan peka terhadap keinginan dan atau kebutuhan pelanggan kita,” tegas Coach Humphrey di akhir forum.
 Selain materi dan studi kasus, para peserta juga diajak berdiskusi aktif dan bertanya seputar problem bisnis mereka. Salah seorang pemilik bisnis yang hadir, Caswan, mengaku puas mengikuti bincang bisnis ini.
“Forum ini banyak memberikan contoh dan aplikasi daripada hanya teori semata, sehingga mudah dipahami. 80% harapan dan problem bisnis saya terkait tema, terjawab sudah,” ujar pemilik rentcar yang sudah berjalan lebih dari 5 tahun ini.

Jumat, 12 Desember 2014

BRANDING, ANTARA JANJI DAN ‘OBAT’ BUAT KONSUMEN

Banyak pemilik bisnis yang selama ini hanya mengartikan branding sebagai promise. Janji kepada para konsumen untuk memberikan sesuatu yang indah atau menyenangkan. Itulah sebabnya, mereka jadi terlalu memusingkan ‘how good we are’ tanpa menemukan atau mengobati apa sebenarnya ‘sakit’ konsumen.
Hal ini disampaikan coach Humphrey Rusli, selaku pembicara dalam forum bisnis bertajuk “Cara Cerdas Branding”, Sabtu (06/12/14) lalu. Acara yang diadakan BARACoaching (actionCOACH East Java-Bali) ini bertempat di Ballroom Las Vegas, Office BARACoaching, PTC Surabaya.
Dalam forum reguler yang ditujukan khusus bagi para pemilik bisnis ini, coach Humphrey memaparkan apa tujuan utama branding serta apa saja alasan yang menyebabkan mengapa proses branding dianggap sulit.
Tujuan utama branding sebenarnya adalah untuk pencitraan. Bagaimana membentuk persepsi positif atau bagus pada konsumen, tanpa harus mengatakan “percayalah” atau “kita ini lho bagus”.
“Selama ini branding dianggap sulit. Selain karena tidak paham pasarnya, banyak pemilik bisnis sudah terbiasa mengartikan branding denganpromise’ untuk menciptakan sesuatu yang indah atau menyenangkan. Kebanyakan pengusaha hanya pusing menunjukkan ‘how good we are’, tanpa menemukan atau mengobati apa sakitnya konsumen. Padahal, branding jadi powerful ketika kita mengedepankan ‘sakit’nya di awal, sekaligus kita yang berikan solusinya,” tutur pelatih bisnis asli Surabaya ini.
Dalam sebuah sesi coaching, seorang pengusaha mobil second menanyakan, bagaimana cara menjual mobil second yang ada ‘cacat’nya kepada customer. Apa ditutupi atau justru diinfokan kepada pembeli?
“Jika ditutupi, takutnya konsumen jadi gak percaya lagi sama kita. Tapi apa gak tambah merugikan kalau diberitahukan jeleknya?” tanya pengusaha itu serba salah.
 Menanggapi masalah tersebut, the best coach Indonesia 2014 ini menimpali, bahwa menginformasikan kejelekan produk kita, bukan berarti itu akan membuat persepsi konsumen ikut jelek.
“Semua itu tergantung bagaimana kita menyampaikannya. Misal kita tunjukkan dulu 10 kejelekannya. Nah, sebagai kelanjutannya kita teruskan dengan 100 kelebihan produk itu misalnya, agar produk yang kita tawarkan punya nilai plus yang bisa juga dihandalkan selain sisi buruknya. Dengan begini, selain konsumen akan lebih percaya pada kita, mereka juga akan mempertimbangkan membeli atau memakainya setelah mengetahui sejumlah kelebihan yang anda berikan sebelumnya,” papar pelatih bisnis senior ini panjang lebar.
Selain itu, berikan emotional guarantee atau garansi emosional pada konsumen anda. Dalam artian, apa yang akan anda ceritakan atau sharekan sekarang, yang nantinya membuat konsumen tahu jika produk atau jasa anda bagus, bahkan sebelum mereka membeli atau menggunakannya.
Seperti yang sudah dilakukan oleh salah satu perusahaan air minum kemasan yang cukup terkenal di Indonesia. Perusahaan ini mempromosikan atau meng’gembor-gembor’kan produknya telah disaring sebanyak beberapa kali, sehingga persepsi yang muncul di pikiran konsumen adalah air minum merk perusahaan ini adalah air minum yang jernih dan bersih.
Nah, apa yang sudah anda lakukan pada bisnis anda, untuk menciptakan persepsi positif konsumen terhadap produk atau jasa yang anda keluarkan?


Selasa, 09 Desember 2014

BANYAK PEBISNIS HANYA IKUT-IKUTAN

Jum’at (28/11/14) lalu, BARACoaching Surabaya (ActionCOACH East Java-Bali) mengadakan bincang bisnis bertajuk “Low Cost High Impact Marketing”. Sebuah forum yang membicarakan langkah-langkah meningkatkan penjualan dengan menekan biaya, seefisien mungkin.
Coach Humphrey Rusli, selaku pembicara memaparkan selama ini para pemilik bisnis sering salah kaprah mendefinisikan ungkapan ‘low cost’. Mereka cenderung mengartikan low cost dengan murah semata. Pemikiran seperti ini yang menyebabkan mereka tidak memahami taktik dan cara kreatif untuk meningkatkan penjualan.
“Selama ini para pemilik bisnis tidak paham marketing yang baik itu seperti apa. Kebanyakan, mereka hanya cenderung terpancing dengan kompetitor. Sudah tidak ada kejelasan market, hanya ikut-ikutan apa yang dilakukan kompetitornya. Itulah mengapa banyak strategi marketing berujung pada buang uang,” jelas coach Humphrey.
Lalu bagaimana caranya agar strategi marketing yang kita lakukan tidak sia-sia? Bagaimana agar kita bisa menekan biaya yang terbuang dan memperoleh hasil yang maksimal? Setidaknya, ada 5 hal yang mesti kita pahami dalam low cost high impact marketing.
Pertama adalah apapun yang akan kita jual, pahami dulu siapa pembeli kita. Seorang pengusaha kripik buah naga mengeluh, kenapa kripiknya tidak laku. Padahal diantara jajaran kripik yang lain, kripik ini tergolong lain daripada yang lain dan tentu saja menyehatkan.
“Namun, ketika didisplay di samping  buah naga (kebetulan waktu itu dia menitipkan kripiknya di salah satu swalayan besar), kripiknya jadi laku keras. Dari cerita ini, selain paham siapa target market, kita juga harus memperhatikan hal-hal termasuk tempat display,” lanjut senior coach BARACoaching Surabaya ini.
Poin ini didapat dengan membiasakan diri untuk terus disiplin berpikir dan mencari ide untuk tercapainya low budget high impact marketing. Lewat trial and error, lama kelamaan pemilik bisnis akan menemukan taktik atau strategi yang tepat dalam bisnisnya. Bukan hanya menemukan target pasar, namun juga bagaimana cara memasarkan produk atau jasanya dengan tepat.
Kedua, ‘memutar’ corong promosi ke dalam. Jika sebelumnya promosi lebih ditujukan untuk mendapat konsumen baru, maka sekarang terbalik, fokuslah pada pelanggan lama anda.
“Selama ini, pemilik bisnis tidak menyadari, merekrut konsumen baru, 6 sampai 10 kali lipat lebih sulit daripada mempertahankan konsumen lama. Biayanya juga lebih mahal dari maintenance pelanggan lama, atau bahkan yang sudah loyal.”
Jadi, ketika ada promosi atau informasi produk baru, maka usahakan untuk memberitahukan kepada pelanggan yang ada dalam lingkaran bisnis kita terlebih dulu.
Selanjutnya adalah be creative. Hampir sama dengan poin satu, berpikir kreatif bisa tercapai bila kita membiasakan diri untuk disiplin berpikir dan terus mencari cara atau strategi kreatif untuk mencapai tujuannya.
Keempat, networking. Memperkaya pengetahuan dan wawasan dengan bergaul dengan pemilik bisnis yang lain. Networking bisa memungkinkan kita untuk melihat sebuah masalah atau hal dari banyak sudut pandang. Jadi, sering-seringlah bergaul dan berdiskusi dengan pemilik bisnis yang lain, misal dalam sebuah komunitas atau forum bisnis.
Terakhir, memaksimalkan fungsi media promosi. Salah satunya brosur. Fungsi brosur sebenarnya adalah membuat ‘si pembaca’ atau konsumen jadi penasaran tentang apa yang kita informasikan.
“Sayangnya, sering saya lihat fungsi itu jadi hilang karena design tidak eye catching dan lay out atau tata letak yang ‘salah’. Kesalahan utama yang biasa dijumpai seperti penulisan nama usaha gede di atas, testimoni yang terlalu banyak, dan headline yang tidak menarik,” papar pelatih bisnis terbaik Indonesia ini. 

Kamis, 04 Desember 2014

PENYEBAB ‘GEGER’ DALAM BISNIS KELUARGA

Berbisnis dengan keluarga sendiri, rentan menimbulkan perpecahan. Kenapa bisa begitu? Apa saja yang harus dilakukan untuk mengatasinya? BARACoaching Surabaya (ActionCOACH East Java-Bali) mengupas hal ini dalam bincang bisnis bertajuk “Suksesi dan Regenerasi dalam Bisnis Keluarga”, Sabtu (22/11/14) lalu.
Dalam acara khusus untuk pemilik bisnis ini, Coach Suwito Sumargo sebagai pembicara menjelaskan, bisnis keluarga sebenarnya sudah ada sejak jaman Yunani. Ada juga pendapat yang mengatakan sudah ada sebelum revolusi industri. Seiring perkembangan jaman, bisnis keluarga merupakan bentuk bisnis yang paling banyak ada di Indonesia.
Permasalahan yang jamak terjadi dalam bisnis keluarga adalah rentan terjadi perselisihan antar anggota keluarga. Sehingga tidak heran, hanya sedikit yang bisa survive sampai generasi ke empat. Lainnya, gagal di 3 generasi sebelumnya.
“Kenapa sulit mengelola bisnis keluarga? Alasan pertama, banyak terjadi ‘geger’an, karena makin banyaknya yang terlibat dalam pengambilan keputusan. Kedua, adanya nepotisme yang ngawur. Misal dalam hal penerimaan karyawan. Asal saudara atau kerabat, boleh masuk saja dan langsung menduduki jabatan atas,”papar coach Suwito.
Selain dua hal itu, pelatih bisnis yang sudah 30 tahun lebih berkecimpung dalam bisnis keluarga ini menambahkan, budaya bisnis keluarga biasanya berasal dari budaya atau tradisi yang ada dalam keluarga itu sendiri, itulah sebabnya sering terjadi kesenjangan antara generasi tua dan generasi muda. Generasi tua punya pendapat, para muda (atau calon penerus) belum punya cukup pengalaman, kurang disiplin, tidak punya passion dan kurang memahami budaya kerja keluarga.
“Sebaliknya, generasi muda berpikiran, generasi tua adalah orang-orang yang konservatif dan memaksakan kehendak. Beberapa pemimpin (generasi tua) dianggap enggan melepas kekuasaan dan memberi kesempatan pada yang muda untuk maju,” lanjutnya.
Untuk mengatasi perselisihan dalam bisnis keluarga, ada beberapa hal disimpulkan dari forum ini. Pertama, menyiapkan calon pemimpin (suksesor) dari awal. Seringkali keluarga kesulitan mencari pengganti yang benar-benar pas untuk melanjutkan. Selain pendidikan yang tinggi, bekali dia dengan bekal pengalaman kerja nyata. Contohnya dengan mengambil waktu untuk magang atau kerja di bisnis lain.
Kedua, bekerja bersama-sama. Selain membedakan hak dan kewajiban masing-masing, poin yang penting dilakukan adalah intens komunikasi.
“Meeting keluarga secara rutin penting dilakukan, komunikasi merupakan kunci dalam keharmonisan bisnis keluarga,’ tegas the Winner Supportive Coach and System Award 2014 ini.
Selain memberikan contoh dan pengalaman nyata problem bisnis keluarga sekaligus solusinya, dalam bincang bisnis ini coach Suwito juga berdiskusi aktif dengan para peserta terkait problem dalam bisnis keluarga mereka. 

Senin, 17 November 2014

BINCANG BISNIS - SETIAP PEBISNIS PUNYA ‘KAKAP’ BERBEDA


Mendapat pelanggan ‘kakap’ sekaligus loyal merupakan mimpi bagi setiap pebisnis. Namun, tidak semua punya strategi tepat untuk mendapatkannya. Dalam bincang bisnis yang diadakan pada Sabtu (15/11/14) ini, ActionCOACH BARACoaching Surabaya mengungkap step by step menjaring pelanggan ‘kakap’ dengan mudah.
Acara ini, menurut Humphrey Rusli selaku pembicara, hadir karena sebagian besar pebisnis hanya menganggap, bahwa mendapatkan pelanggan ‘kakap’ hanya mitos  belaka.
“Mereka tidak paham ada kesempatan untuk menjaring. Selain itu, caranya juga mereka tidak tahu,” tutur coach Humphrey, yang juga sebagai COO BARACoaching.
Ada beberapa pokok materi yang disampaikan dalam acara ini. Diantaranya beberapa kasta atau klasifikasi konsumen, dan cara untuk menjaring pelanggan kakap.
“Kenapa ada klasifikasi konsumen? Karena tidak semua konsumen ternyata menguntungkan dan bisa dikatakan kakap. Salah satu kriteria konsumen atau pelanggan kakap adalah mereka yang loyal terhadap usaha kita. Loyal dalam artian bukan hanya setia memakai produk atau jasa Anda. Namun juga mereferensikan usaha Anda kepada yang lain,” papar coach Humphrey.
Meskipun begitu, lanjut coach Humphrey, tidak semua perusahaan siap untuk menjaring pelanggan kakap. Hal pertama yang mesti Anda lakukan adalah mengelompokkan konsumen Anda sesuai dengan spesifikasi atau jenisnya. Setelah itu baru memutuskan, konsumen atau pelanggan mana yang Anda anggap sebagai pelanggan ‘kakap’ Anda.
Dalam acara khusus pemilik ini, pelatih bisnis Internasional ini berharap, para peserta memahami, bahwa menjaring pelanggan kakap itu adalah sebuah tindakan aktif, terstruktur dan didesain dengan jelas.
“Saya harap, mereka juga paham apa definisi pelanggan kakap itu, sekaligus mendapat clearity, siapa pelanggan kakap di usaha mereka. Setiap perusahaan punya pelanggan kakap yang berbeda-beda. Kakap di usaha satu, belum tentu sama dengan kakap di usaha lainnya,” tegas Business Coach of The Year Indonesia 2014 ini.

Kamis, 13 November 2014

TERNYATA DISKON BISA MENJEBAK PEBISNIS


Dalam persaingan bisnis, banyak hal dilakukan pengusaha untuk menarik konsumen. Salah satunya dengan memberikan diskon ‘gede-gedean’ ataupun harga miring dibandingkan pesaingnya. Hati-hati, karena hal ini malah menjebak Anda dalam price war (perang harga) dan merugikan bisnis Anda. Bagaimana mengatasinya?
Menjawab hal ini, BARACoaching Surabaya (ActionCOACH East Java-Bali) mengadakan forum bertajuk “Winning the Price War”. Bertempat di Ballroom BARACoaching, PTC Surabaya, acara ini diadakan dua kali, Jum’at (31/10) dan Sabtu (01/11).
Di awal acara, salah satu peserta berpendapat, alasan pengusaha memberi diskon atau harga miring adalah karena permintaan pasar atau konsumen.
“Sebenarnya permintaan pasar itu kita (pengusaha) sendiri yang bikin. Awalnya kita berniat membuka pasar lewat diskon dan harga murah pada konsumen. Lama-kelamaan hal ini jadi habit atau kebiasaan. Siapa yang salah jika kemudian konsumen terus minta harga murah?” papar coach Humphrey Rusli, selaku pembicara dalam forum hari ini.
Ada  6 langkah yang bisa dilakukan pengusaha untuk menghindari jebakan perang harga. Pelatih bisnis Internasional ini menyebut, yang pertama  adalah mastery. Mastery merupakan pondasi bagi pengusaha untuk melakukan pembenahan dalam bisnisnya. Meliputi disiplin waktu, manajemen keuangan, serta konsistensi.
Poin kedua membahas tentang keunikan produk/ jasa (niche). Poin ini berbicara tentang apa yang menjadi pembeda antara Anda dengan pebisnis lain, sehingga lebih ‘dilirik’ atau didatangi konsumen. Bisa dengan menjadi pelopor dalam menciptakan produk baru (inovasi), menjadi yang terbaik (the best), dan menciptakan produk atau jasa yang sifatnya beda dari kompetitor Anda.
 Empat langkah selain di atas yaitu daya ungkit (leverage), pembentukan tim (team), synergy, dan freedom.
Di akhir acara, Coach Humphrey berharap, setelah mengikuti acara ini peserta mengerti bagaimana ‘rumus’ menemukan atau membentuk konsumen loyal.
“Saya berharap mereka paham bagaimana membentuk customer yang loyal sekaligus memenuhi kebutuhan customer secara konsisten. Memenangkan hati customer bisa menjadikan Anda tidak perlu lagi terjebak dalam perang harga,” tutur Coach of The Year 2014 (BEF Award Indonesia) ini.

Rabu, 22 Oktober 2014

Forum HTCBP - GOOD ENVIRONMENT, OBAT AMPUH UNTUK BAD PEOPLE


Bisnis bisa diibaratkan dengan tubuh manusia. Bila 70% komponen tubuh adalah air, maka 70% komponen bisnis adalah people atau sumber daya manusia (SDM). Lalu apa yang terjadi pada bisnis, jika manusianya ‘tidak sehat’? Bagaimana cara mengatasinya?
Menjawab itu, BARACoaching Surabaya (ActionCOACH East Java-Bali) mengadakan sebuah forum bertajuk “How To Change Bad People”. Karena banyaknya permintaan, forum ini sampai diadakan 4 kali dengan tema sama.
Han Tiger Budiyono atau akrab dipanggil Coach Han memaparkan, bahwa masalah dalam bisnis, 40%nya adalah mengerjakan hal-hal yang tidak perlu dilakukan, 30% waktu dihabiskan untuk pekerjaan ulang dan perbaikan (rework and repair). Dan yang terbesar adalah 90% disebabkan oleh orang-orang yang tidak efektif dan efisien. Nah, orang-orang ini disebut dengan bad people.
“Ada pepatah yang mengatakan, satu apel busuk dalam keranjang, maka satu keranjang akan busuk semua. Efek bad people, bukan hanya pemilik bisnis pusing, tapi lebih jauh, dia akan mengkontaminasi yang lain,” ujar CEO BARACoaching ini dalam acara yang berlangsung di Hotel Shangri-La Surabaya, 04 Okt ’14 lalu.
Tipe karyawan yang tergolong bermasalah adalah mereka yang benar-benar punya karakter buruk atau jelek (bad people) dan mereka dengan kebiasaan buruk (bad habit) dan tidak punya keahlian (bad skills).
Jika memang orang tersebut punya karakter jahat, misal tukang mencuri, tukang fitnah, dll, maka kita tidak perlu repot-repot untuk merekrutnya. Masih lebih baik, orang-orang dengan bad skills dan bad habit yang masih bisa diatasi. Bagaimana caranya?
People dengan bad skills masih bisa diatasi dengan memberikan pelatihan (training) dan pengembangan sesuai dengan kebutuhan skillnya. Selain kemampuan secara teknis, maka training juga harus mencakup cara pandang atau kedewasaan berpikir, serta kemampuan intelektual yang berkaitan dengan perusahaan,”tutur pelatih bisnis dunia ini.
Dalam mengubah karyawan yang punya bad skills dan bad habit, yang paling penting adalah fokuslah pada 2 hal. Membenahi skill mereka, dan menciptakan lingkungan (environment) yang lebih baik.
“Cara paling cepat mengubah belief seseorang adalah mengubah environmentnya dengan supporting good culture. Culture merupakan serangkaian dari kebiasaan atau habit. Jadi intinya, how to change bad people, yaitu dengan menciptakan good culture. And how to create good culture? Dengan create good habits,” tegas Coach Han.
Untuk melengkapi pemaparan tentang ‘bad people’, Coach Han juga memberikan 8 tipe orang-orang dengan kecenderungan bad habits, dan bagaimana mengatasinya.
Dalam forum berdurasi 5 jam ini, para peserta juga berdiskusi aktif seputar problem dan sharing tentang pengalaman nyata di bisnis mereka. Salah seorang CEO, Daniel Ponda Tengker berbagi pengalamannya menghandle karyawan yang punya habit buruk di bisnisnya. Daniel menceritakan, sebelumnya dia pernah mengikuti forum BARACoaching dengan tema sama 2 tahun lalu, dan mencoba menerapkan apa yang didapatnya dalam bisnis.
“2 tahun lalu, saya mengikuti forum ActionCOACH tentang bad people juga. Saya terapkan ilmunya dalam bisnis, dimana waktu itu karyawan saya memang memberikan omzet besar bagi perusahaan, namun mereka tidak mau dikontrol. Syukurlah, dengan menciptakan culture yang baik dan dijalankan secara konsisten tiap hari, sekarang saya sudah tidak punya lagi problem lagi dengan ‘bad people’. Apa yang saya omongkan ini bukan hanya teori, namun sudah saya lakukan sendiri. Culture itu bisa terbentuk jika kita percaya dan dijalankan setiap hari” papar pemilik House of David Salon ini.

Sabtu, 26 Juli 2014

FORUM RAMADHAN - BELAJAR PRINSIP RASULULLAH DARI KACAMATA BISNIS


Foto Bersama Para Coaches BARACoaching, Nara Sumber, dan Peserta Forum.
Ketotalan dan keprofesionalan Rasulullah dalam menjalankan pekerjaan merupakan salah satu teladan penting yang bisa diambil untuk dijadikan modal dalam bersaing di era bisnis sekarang ini. Hal ini disampaikan oleh coach Han Budiyono selaku salah satu pembicara dalam Forum Intelektual Bisnis bertajuk “Teladan Kepemimpinan Rasulullah bagi Pebisnis Abad-21, Kamis, 17 Juli 2014 lalu.
Acara yang diadakan untuk memperingati bulan suci Ramadhan ini, juga sebagai bentuk kegiatan ActionCOACH BARACoaching Surabaya sebagai salah satu lembaga yang mengedepankan pengembangan dan pembelajaran bisnis. Bertempat di Office BARACoaching, forum ini dihadiri oleh para pemilik bisnis, pegiat media, sampai para profesional dari berbagai bidang usaha.
Dalam salah satu diskusi, Adirifi, salah satu peserta dari SHE FM bertanya tentang seberapa penting sifat sabar dalam menunjang kesuksesan. Menanggapi hal tersebut, Kris Dwiantoro, sebagai salah satu nara sumber bertutur bahwa sabar merupakan kunci kehidupan. Sabar dibedakan menjadi beberapa tingkatan, diantaranya sabar dalam menerima ujian dan sabar dalam menjalankan perintahNya. Berbicara tentang sabar bukan hanya kemampuan untuk menahan diri, namun juga sabar yang tetap aktif.
“Sabar yang dimaksud disini adalah sabar yang tetap aktif. Aktif berusaha mencapai tujuan, namun hasilnya tetap hak Allah yang menentukan,” tegas pria yang juga pemilik PT. Nisrina Indonesia (Nisrina Hijab) ini.
Sependapat dengan itu, Yasir Salim, nara sumber kedua dalam forum menjelaskan, sabar adalah sikap menerima masalah yang terjadi, tapi tetap aktif mencari solusinya. Sebagai salah satu pengusaha kurma terlengkap di Indonesia timur, pemilik Lawang Agung ini juga pernah menghadapi masalah ketika menghadapi komplain dari pelanggan, bahkan disampaikan lewat media massa.
“Istri saya waktu itu sempat tanya kok masih bisa senyum. Justru kalau kita panik, kita malah tidak bisa mencari jalan keluarnya. Dengan sabar dan menahan diri kita memahami ada hikmah atau jalan keluarnya. Ini kita jadikan sebagai ajang untuk introspeksi diri, dan juga kesempatan untuk menghandling komplain pelanggan dengan baik, sehingga mencapai kepuasaan pelanggan,” papar pria yang mengaku memulai usaha dari nol ini panjang lebar.
Menyikapi tentang sikap sabar dalam bisnis, coach Han, sebagai salah satu pelatih bisnis Internasional lebih menjelaskan dari sisi bagaimana agar sabar itu bisa terbentuk.
“Sabar itu merupakan kemampuan untuk tetap tenang meskipun kondisi melawan kita. Ada dua hal yang perlu diketahui agar kita bisa sabar. Pertama, tahu mana yang benar dan mana yang salah. Kedua, mengetahui kemana ujungnya dan bagaimana cara menuju ke sana atau mencapainya. Nah, permasalahan dari sabar itu, sudah tahu jatuh, ada masalah, tapi tidak tahu ujungnya. Itu kenapa orang itu jadi emosi dalam menghadapi masalah,” tutur pelatih bisnis yang juga pendiri BARACoaching (ActionCOACH East Java-Bali) ini.

Silaturahmi dalam Bisnis
Selain sabar, salah satu kunci sukses bisnis dan dakwah Rasulullah adalah bersilahturahmi. Hal ini juga ditanyakan oleh Aries Syadzarwan dari Suara Surabaya sekaligus sebagai moderator acara.
Bila dihubungkan dengan praktek yang sudah dilakukan dalam bisnis, Pak Kris dari Nisrina mengungkapkan, selama ini pihak Nisrina banyak mendatangi perusahaan dan kantor-kantor untuk mengenalkan tentang hijab stylish. Jadi awalnya yang semula tdak tahu menjadi tahu. Dan keuntungannya, mereka juga mengenal lebh dekat tentang Nisrina.
“Dalam hadits disebutkan, bahwa shadaqah dan silahturahmi itu bisa memperbanyak rezki. Selama ini, selain mendatangi kantor-kantor, kita juga bekerja sama dengan sekolah-sekolah kejuruan, terutama yang punya jurusan tata busana untuk kita kenalkan hijab, sebagai salah satu ekstra kurikuler. Selain itu, kita juga selalu mengadakan gathering dengan agen dan distributor kita,” ungkap pria yang akrab disapa pak Kris ini.
Lalu kenapa dalam bisnis silahturahmi atau networking sering tidak berhasil?
“Satu elemen silahturahmi yang tidak boleh tertinggal adalah ikhlas, tidak dimulai dengan embel-embel. Kalau tidak begitu, maka keliatan sekali si pelaku lebih mengedepankan kepentingannya, tanpa peduli kepentingan calon partner,” jelas coach Han terkait hal ini.
Meneladani nilai-nilai Rasulullah dalam kehidupan, memang tidak akan pernah ada habisnya. Selama menjadi pedagang, Rasulullah dkenal dengan julukan Al Amin, artinya dapat dipercaya. Masalahnya, apakah kejujuran masih bisa diterapkan dalam bisnis dewasa ini?
“Dalam hal apapun, jujur adalah harga mati,” tegas Pak Kris. “Menurut saya Rasul adalah seorang yang jenius. Rasul melakukan hal berbeda dari pedagang lain. Dalam menawarkan barang, berbeda dengan pedagang lain, beliau memberi tahu dia membeli dengan harga berapa, terserah pembeli membeli dengan harga berapa” tambahnya.
Dalam berbisnis, pria berkaca mata yang senang tampil casual ini pun menerapkan sikap jujur dalam dunia bisnis. Salah satunya dengan membuka showroom barang produksi Nisrina yang ‘cacat’.
“Jadi bila ada cacat atau apa, bukan kita sembunyikan. Kita punya sendiri toko khusus untuk menjual barang-barang itu. Pengunjungnya pun tidak kalah ramai.”
Senada dengan itu, Pak Yasir juga berkata bahwa selama ini dia berusaha untuk menyampaikan informasi apa adanya kepada customer. Pria berdarah Arab ini juga mengungkap, banyak diajarkan tentang nilai kejujuran sedari kecil oleh sang Ayah.
“Kita menyampaikan informasi apa adanya kepada customer. Tidak ada yang ditutup-tutupi. Dalam dunia usaha misalnya, kurma yang kita jual selalu ada contohnya. Jika ada kurma yang tidak sesuai dengan contohnya, kita sampaikan. Jujur sebenarnya adalah kunci sukses Rasul dalam berdagang. Beliau menyampaikan, syarat dalam jual-beli, penjual dan pembeli harus sama-sama ikhlas. Kalau pembelinya tidak ikhlas maka hukumnya tidak sah. Dan penjual makan hak milik orang lain.”
Di akhir acara, coach Han memberikan kesimpulan tentang teladan Rasulullah apa saja yang bisa diambil untuk dijadikan modal dalam bersaing di era bisnis dewasa ini.
Yang utama adalah ketotalan dan keprofesionalannya dalam mengelola.  Jarang ada tokoh yang dikenal sebagai tokoh agama, sekaligus tokoh sekuler yang baik. Karena Rasulullah, profesional saat menjalankan usaha dan profesional saat berdakwah.
“Dalam dunia bisnis sekarang profesional seperti apa? Profesional dalam marketing, HRD, tim building, operasonal, sampai financial. Nah, ketika kita membenahi ini semua, kita bisa bersaing, dalam artian, bisa bertahan terhadap pukulan. Baru setelah melewati itu, kita bisa berekspansi,” ungkap coach Han.
Lebih lanjut, coach Han bertutur, dalam dunia bisnis, lawan kita adalah diri kita sendiri. Mengutip seorang Anthony Robbins, tugas utama dalam kehidupan adalah “be the best we can be”. Menjadi versi terbaik dari diri kita. Bukan menjadi lebih baik dari orang lain.
“Jadi selain kejujuran, maka  prinsip Rasulullah yang bisa kita teladani adalah totalitas dan profesionalisme beliau dalam semua bidang kehidupan, sehingga menjadi sosok yang sempurna,” tutup coach Han.
Selain forum diskusi dengan pemilik bisnis, acara ini dilanjutkan dengan buka bersama peserta dan anak yatim dari Panti Asuhan Assakinah Surabaya.