business-forum

coaches

More Video! Visit : BARACoaching Channel on Youtube

Tampilkan postingan dengan label book club. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label book club. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 17 Mei 2014

BOOK CLUB - UNGKAP CARA MENYIKAPI PERUBAHAN


Rabu (23/04/14), BARACoaching Surabaya (ActionCOACH East Java-Bali) mengadakan forum Book Club yang membedah buku seorang Spencer Johnson berjudul “Who Moved My Cheese?”. Buku yang meraih best seller ini bercerita tentang manajemen dalam menghadapi perubahan yang terjadi.
“Buku ini asik dibaca, dan sangat berguna apabila bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dunia bisnis. Di setiap lembaran ada kata-kata yang mengungkap apa itu perubahan dan bagaimana memanaje perubahan itu,” ungkap Ruaniwati, selaku pembicara dalam forum ini.
Who Moved My Cheese? bercerita tentang perubahan yang dialami oleh 4 karakter, 2 ekor tikus dan 2 kurcaci. Si Tikus: Sniff (Endus) dan Scurry (Lacak) serta si Kurcaci: Hem (Kaku) dan Haw (Aman).
Setiap hari, Sniff, Scurry, Hem, dan Haw harus mencari cheese di dalam labirin (sederet koridor serta ruangan, yang beberapa diantaranya memuat cheese, namun ada juga yang berupa pojok gelap dan menyesatkan). Dalam kehidupan nyata, cheese ini adalah metafora tentang apa yang kita inginkan dalam hidup: pekerjaan, suatu hubungan, uang, kesehatan, rumah besar, atau sesuatu yang kita anggap patut kita dapat dan bisa membuat kita bahagia.
Diceritakan dalam buku, keempat karakter ini berhasil menemukan tumpukan cheese besar bernama Cheese ‘Station C’. Tentu saja mereka sangat senang dan mengunjungi ‘Station C’ setiap hari untuk menikmati kelezatannya.
Meskipun telah menemukan cheese dalam jumlah besar, namun Sniff dan Scury tetap bangun pagi, melepas sepatu, mengikat keduanya dan menggantungkan di lehernya. Sebelum menikmati cheese, mereka memeriksa tempat itu apabila ada perubahan. Berbeda dengan kedua tikus, para kurcaci Hem dan Haw merasa arogan dan puas dengan tempat mereka yang baru. Mereka mulai bangun siang dan berjalan santai menuju ‘Station C’, karena sudah mengetahui jalannya.
Satu pagi, mereka berempat dikejutkan dengan hilangnya cheese ‘Station C’ secara tiba-tiba. Kedua tikus tidak heran dengan hal ini, karena mereka telah memperhatikan bahwa semakin lama persediaan cheese semakin menipis. Segera, mereka memasang sepatu dan mencari persediaan cheese yang baru.
Namun tidak demikian dengan Hem dan Haw. Mereka berpikir seseorang telah mencurinya. Hem menyesali perubahan itu dan tetap menunggu di tempat yang sama, berpikir barangkali akan ada sesorang yang mau mengembalikan cheese mereka.
Sebaliknya, Haw yang meskipun awalnya ragu untuk bergerak mencari cheese yang baru, akhirnya menyadari bahwa tidak mungkin bertahan terus dengan keadaan mereka. Akhirnya, Haw dengan susah payah bisa menemukan cheeseStation N’, bergabung dengan Sniff dan Scurry yang terlebih dahulu menemukannya.
“Pada kenyataannya, kehidupan dalam labirin pun sama dengan kehidupan nyata. Sesuatu terus berubah dan tidak pernah lagi sama. Banyak jebakan yang juga sering terjadi pada kita. Kadang kita terlalu takut mengambil resiko, atau terbiasa mengerjakan pekerjaan sama, tapi tidak produktif,” tutur bu Ruani.
Empat karakter dalam cerita tersebut menggambarkan bagian dari kita yang sederhana dan kompleks. Kadang kita bertindak seperti Sniff dan Scurry yang bisa segera mencium dan bertindak dengan adanya perubahan. Dengan menggunakan instingnya, mereka memilih metode trial and error untuk menyikapi dan beradaptasi dengan perubahan.
Bisa jadi kita juga seperti Hem, yang menyangkal dan menolak perubahan karena takut perubahan itu akan membawa kepada situasi yang buruk. Atau mungkin seperti Haw, yang belajar beradaptasi setelah melihat perubahan justru bisa membawanya kepada sesuatu yang lebih baik.
“Hikmah membaca buku ini adalah memahami bahwa perbedaan sikap, yang kecil-kecil, ternyata bisa membawa pengaruh yang besar nantinya,” tegas wanita yang sudah 16 tahun berkecimpung di  bidang sales, marketing, brand dan advertising ini.
Lalu, siapakah Anda menurut cerita dalam buku ini?

Rabu, 05 Maret 2014

BOOK CLUB - KECERDASAN FINANSIAL : ILMU KEKAYAAN YANG TIDAK DIAJARKAN DI SEKOLAH DAN KAMPUS



Jum’at (21/02/14), BARACoaching Surabaya (ActionCOACH East Java – Bali) mengadakan acara Book Club. Acara yang rutin diadakan setiap bulan itu, hadir dengan membedah buku “8 Intisari Kecerdasan Finansial” yang ditulis William Tanuwidjaja.
Kecerdasan Finansial merupakan kemampuan seseorang untuk mengenali, menciptakan, dan mengelola sumber daya (resources) potensial menjadi kekayaan riil.
“Perlunya mempelajari kecerdasan finansial supaya kita bisa menjadikan hidup lebih optimal. Mengubah mindset kita tentang uang. Dengan cara berpikir tepat, kita bisa mendayagunakan uang dengan optimal,” tegas Ruaniwati, selaku pembicara dalam acara ini.
Kecerdasan finansial bisa dipelajari, diasah, disempurnakan, dan dipertajam. Tergantung pada diri kita, karena jika tidak diasah akan usang. Kita bisa belajar mengasah kecerdasan finansial dari beberapa hal. Pertama, belajar dari dunia nyata dengan menggunakan pola trial and error. Belajar dari mentor, ahli, dan belajar dari buku. Dewasa ini, buku-buku yang membahas tentang pendidikan dan bagaimana mengelola aset sebagai sumber uang, sudah mulai men’jamur’.
“Yang lebih penting adalah action. Tapi sebelum itu, kita harus paham intisari kecerdasan finansial untuk menuju kebebasan finansial (passive income),” kata wanita yang akrab dipanggil bu Ruani ini.
Dalam bukunya, William menyebut 8 intisari kecerdasan untuk menuju passive income. Pertama, memilah tujuan produktif dan konsumtif. Kegiatan produktif merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan. Misal membeli rumah atau bangunan, yang kemudian disewakan atau dijadikan apartemen. Bisa juga dalam bentuk membeli perusahaan atau emas, yang ke depannya benda tersebut bisa mendatangkan penghasilan buat kita.
Sebaliknya, contoh kegiatan konsumtif misalnya dengan membeli makanan, baju, mobil dan barang-barang bersifat consumable, yang nantinya setelah digunakan atau dipakai akan habis nilainya.
“Seorang business owner harus bisa memilah tujuan produktif dan konsumtif, dan tahu persis artinya buat bisnisnya,” tambah bu Ruani.
Kedua, membedakan aset dan liabilitas. Contohnya kita membeli rumah. Rumah itu hanya jadi liabilitas (beban usaha) jika kita tidak memfungsikannya. Namun, berubah menjadi aset jika rumah tersebut kita sewakan atau jadikan tempat usaha.
Selanjutnya, memahami aliran uang. Poin ini tergantung mindset kita, bagaimana membuat kita untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
Keempat, carilah ‘emas’ yang tersembunyi. Dalam artian, mencari sesuatu yang berharga di bisnis kita, yang nantinya bisa dikelola, dikembangkan, dan menghasilkan profit buat kita.
Poin berikutnya, memiliki daya ungkit. Daya ungkit adalah sesuatu yang membuat aset kita semakin lama semakin berlipat ganda.
Kemudian biarkan uang yang bekerja, pahami tanda-tanda makro ekonomi dan ciptakan aset yang tidak bisa hilang atau ‘dirampok’ orang. Poin terakhir lebih berhubungan dengan soft skill.
Di akhir acara, wanita yang juga CEO Dash & Associates ini mengungkapkan,“Saya harap peserta bukan hanya mengerti kecerdasan finansial saja, tapi bisa mengubah mindset untuk menjadikan hidup lebih optimal. Jadi bukan mencari uang untuk kebutuhan konsumtif semata, namun juga bagaimana bermanfaat untuk orang lain.”

Senin, 02 Desember 2013

BOOK CLUB - HASNUL TEKANKAN KETERBUKAAN DAN JUMP OUT OF THE BOX


Berbicara tentang sosok leader dalam sebuah bisnis, memang tidak ada habisnya. Setelah menyorot dinamika kepemimpinan dalam budaya hierarki Indonesia, kini SEA Corp. (ActionCOACH East Java&Bali) membedah buku seorang Hasnul Suhaimi, CEO PT. XL Axiata berjudul “Everyone Can Lead”. Buku yang bercerita tentang konsep kepemimpinan dan perjalanan hidup Hasnul ini, didiskusikan dalam forum ‘Book Club’, Jum’at (15/11/13) lalu. 

“Buku ini sangat menarik, karena selain berisi perjalanan hidup yang menginspirasi, si pengarang juga menjadi saksi terjadinya pergeseran fundamental dalam dunia bisnis telekomunikasi,” kata Suwito Sumargo, selaku pembicara dalam acara ini.

Lebih lanjut, pria yang akrab disapa coach Suwito ini bertutur, Hasnul adalah seorang pemimpin yang tidak terduga sebelumnya. Dia merupakan cerminan bahwa tidak setiap orang dilahirkan menjadi pemimpin, tapi setiap orang punya peluang untuk menjadi pemimpin, dengan step-step yang diperoleh dari pembelajaran, pengalaman, dan latihan yang terus menerus.

Ada 5 prasyarat utama menjadi pemimpin yang dipaparkan Hasnul dalam buku ini. Pertama, fisik yang sehat dan berwibawa. Menurut Hasnul, penampilan fisik mempengaruhi persepsi orang lain tentang diri kita. Meskipun begitu, ayah dua anak ini tetap menegaskan, hal lain yang lebih penting dari kondisi fisik, yaitu kemampuan dan ketangguhan dalam melakukan pekerjaan. Menjaga kesehatan dengan olahraga dan pola hidup teratur, serta selalu menjaga penampilan, merupakan tips yang diberikan Hasnul.

Setelah fisik, syarat kedua berhubungan dengan intelektualitas. Pemimpin dengan intelektualitas tinggi akan mudah menyerap dan memahami pengetahuan yang diterimanya, serta mampu menerapkannya ke dalam tindakan lebih terarah. Intelektualitas tinggi juga bisa memungkinkan seorang pemimpin untuk berpikir secara jump out of the box dan meningkatkan kemampuan diri sebagai leader.

“Dalam perjalanannya, Hasnul terus mengasah kemampuannya, sharpening his blade, baik yang sudah terlihat maupun yang belum terlihat, secara formal maupun non formal,” tutur coach Suwito.
Ketiga, kemampuan emosional (soft skill) yang dibagi menjadi kemampuan individu (personal) dan sosial. Kemampuan emosional bukan hanya tergantung dari intelektualitas seseorang. Lebih jauh, kemampuan ini juga dipengaruhi oleh kesanggupan leader dalam mengembangkan diri, hingga bisa menangkap pesan dari fenomena yang ada di sekitarnya. Beberapa cara yang bisa dilakukan, diantaranya dengan keterbukaan, kemampuan mengendalikan diri, serta menjauhkan diri dari sifat pasrah atau terima jadi.

“Sebagai pemimpin, Hasnul selalu terbuka untuk menyerap informasi di sekitarnya. Dia punya prinsip lo jual gue beli. Artinya mau belajar dari apa saja, dan tidak malu bertanya,” tegas coach Suwito.
Berikutnya kemampuan sosial, yaitu kecakapan pemimpin dalam menyesuaikan diri dengan orang, kelompok, maupun lingkungan baru. Hal ini termasuk kesanggupan menempatkan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi. Sebagai seorang leader, selain tegas, Hasnul dikenal sebagai pemimpin yang humble dan membumi (touch the ground).

 Di akhir acara, coach Suwito berharap, dengan mengikuti acara ini, peserta bisa lebih terinspirasi dan semangat untuk menjadi sosok pemimpin yang baik.
“Hasnul itu sosok pemimpin yang kuat pada tim buildingnya. Dia seorang yang tegas, sekaligus bisa mengayomi dan memotivasi timnya. Saya berharap, para CEO yang mengikuti acara ini bisa menarik intisari dan mempraktekkan pada bisnis, sesuai dengan karakter atau kebutuhan masing-masing individu,” tutup coach Suwito.

Senin, 21 Oktober 2013

Book Club - DINAMIKA KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA HIERARKI INDONESIA

Suasana forum Book Club "Pemimpin dan Perubahan"

Leader is agent of change. Pun di dunia bisnis, seorang pemimpin berada di garda terdepan dalam menghadapi segala perubahan, sekaligus membawa kemudi bisnisnya mencapai puncak sukses. Bagaimana cara pemimpin untuk mengelola perubahan itulah yang kemudian didiskusikan dalam forum bedah buku “Pemimpin dan Perubahan”, Jum’at (18/10) kemarin.
Acara yang dikemas dengan nama “Book Club” ini merupakan upaya PT. Surabaya Excellence Action (ActionCOACH East Java-Bali) untuk menghadirkan atmosfir pembelajaran bisnis dengan membedah buku-buku, yang kemudian didiskusikan dan dihubungkan dengan permasalahan bisnis yang ada.
Ruaniwati, selaku CEO Dash & Associates sekaligus pembicara acara ini menjelaskan, secara garis besar buku “Pemimpin dan Perubahan” ini berisi hasil interview dan riset beberapa pemimpin perusahaan yang cukup representatif di indonesia, khususnya bagaimana model kepemimpinan mereka di tengah perubahan yang terjadi.
“Secara garis besar, buku ini menerangkan bagaimana pemimpin Indonesia dalam mengelola perubahan, serta mengemukakan pendekatan budaya pemimpin Indonesia yang banyak dipengaruhi oleh budaya hierarkis. Hierarki disini bisa diartikan, bahwa pemimpin itu dianggap sebagai bapak atau ibu yang menopang, mengayomi, dan menjadi teladan bagi anak buahnya. Pemimpin dulu yang bertindak, baru diikuti oleh anak buahnya. Dengan begitu, seorang pemimpin dituntut harus cepat mengambil langkah untuk menghadapi perubahan,” paparnya di sela-sela acara yang bertempat di Ballroom ActionCOACH, Pakuwon Trade Center (PTC) Surabaya ini.
Lebih jauh, Ruani bertutur, bahwa dewasa ini kita berada di landscape bisnis yang selalu berubah. Karenanya, diperlukan seorang pemimpin yang tanggap mensiasati fenomena yang terjadi.
“Sekarang ini kita berada pada landscape bisnis yang selalu berubah. Dalam masyarakat hierarki Indonesia, sosok pemimpin sebagai pemberi arah menjadi sangat penting untuk mengambil keputusan dan menggerakkan anak buahnya, menanggapi perubahan dengan cara berbeda juga, sesuai dengan landscape yang ada. Perubahan tidak harus selalu bersifat strategis namun juga bisa dengan melakukan perubahan kecil yang sifatnya rutin, misalnya mengubah pola penjualan,” tegas perempuan yang akrab disapa bu Ruani ini.
Salah satu peserta yang hadir, Wahyudi Jonathan berpendapat, memang tidak mudah bagi pemimpin untuk menggerakkan anak  buahnya, bersama-sama menghadapi perubahan. Untuk itu diperlukan sikap terbuka dari seorang leader. Misalnya dengan menunjukkan sikap sejajar dengan karyawan, seperti saling sharing, tidak keberatan meluangkan waktu mendengar cerita dan keluhan mereka.
“Sikap terbuka memungkinkan seorang leader lebih dekat dengan timnya. Meskipun tidak mudah mengajak tim berjalan bersama demi kemajuan perusahaan, tapi minimal, sebagai langkah awal kita ada dan dianggap oleh mereka,” kata pria yang juga CEO PT. Gaya Indah ini bijak. 

Sabtu, 28 September 2013

Book Club - MARKETING IS A GAME

Ruaniwati, selaku pembicara dalam Book Club "Gaming Your Club"
Marketing is also a game. Dunia marketing juga merupakan model permainan. Kita dituntut untuk kreatif, belajar berpikir secara out of the box, memberikan tools dan tips, serta strategi yang tepat untuk menggairahkan pasar.
Hal itu yang dibahas dalam acara bedah buku “Gaming Your Market”, pada Jum’at, 20 September (14.00-17.00). Buku yang ditulis oleh Ivan Mulyadi ini menceritakan tentang game dan berbagai mekanismenya, yang dewasa ini banyak diterapkan ke dalam aktivitas marketing perusahaan.
Bedah buku ini, merupakan bagian dari acara rutin ActionCOACH Surabaya yang bernama ‘Book Club’. Sebuah forum intern yang membedah buku-buku bisnis, untuk kemudian didiskusikan dan dihubungkan dengan permasalahan bisnis yang ada.
Ruaniwati, selaku CEO Dash & Associates sekaligus pembicara acara ini bertutur sangat terkesan dengan buku ini.
“Saya cukup tahu tentang game, dan buku ini menarik, karena dasarnya ternyata gaming bisa jadi rules yang menarik untuk berinteraksi dengan customer,” kata wanita yang akrab dipanggil Bu Ruani ini.
Lebih lanjut, dijelaskan bahwa marketing dan game merupakan padanan yang sempurna (perfect match). Selama orang masih bermain, industri game akan terus tumbuh. Peran game bukan hanya sebagai media promosi, dalam artian membangun merek dan loyalitas saja, tapi juga menjadi bagian dari dunia marketing.
“Acara ini membicarakan korelasi antara game marketing dalam buku, dengan apa yang bisa dipraktekkan di dunia bisnis kita sekarang. Saya berharap, peserta Book Club bisa punya wawasan, kalau marketing tidak hanya dilakukan dengan cara-cara lama. Dunia berubah, dan ada cara baru dan kreatif, yang tidak selalu mahal. Salah satunya melalui game marketing,” papar Ruani.

Rabu, 04 September 2013

REVITALISASI POS INDONESIA : GELIAT RAKSASA YANG LAMA TIDUR

Suwito Sumargo (kanan) dan Ramadhani (kiri)


‘Goodbye China, Hello Indonesia’. Ungkapan Nouriel Roubini ini seakan mewakili isi buku “Marketing for Turnaround”, yang dibedah dalam acara Book Club (23/08/13). Buku yang ditulis oleh Hermawan Kartajaya ini berisi langkah-langkah transformasi Pos Indonesia, dari Postal Company menjadi Network Company.
Acara yang diadakan oleh SEA Corp. (ActionCOACH East Java-Bali) ini menghadirkan pembicara Ramadhani, Program Development Consultant MarkPlus Institute dan Business Coach serta pendiri PT. GBT Laras Imbang, Suwito Sumargo, sebagai moderator acara.
Dipaparkan, Pos Indonesia pada awalnya belum melakukan marketing dengan baik. Jadi, meskipun tidak memiliki hutang, perusahaan jejaring raksasa berusia 266 tahun sejak zaman Belanda ini, pada tahun 2008 menderita kerugian miliaran rupiah. Itu kenapa, Pos Indonesia kemudian dianalogikan sebagai raksasa yang sedang tidur.
Proses pembenahan dimulai, ketika tahun 2009, I Ketut Mardjana sebagai President Director PT. Pos Indonesia merumuskan “Revitalization and Turnaround Strategy”, yang bertujuan menjadikan Pos Indonesia dari post company menjadi network company. Menariknya, konsep ini banyak yang selaras dengan konsep yang pernah diberikan oleh Hermawan kepada Pos Indonesia sebelumnya.
“Konsep turnaround sebenarnya adalah berani berubah atau merubah sesuatu melalui tahapan-tahapan yang ada,” jelas Ramadhani terkait  turnaround strategy.
Proses marketing turnaround Pos Indonesia berjalan dalam beberapa periode. Dimulai dengan proses modernisasi dan pemberdayaan, sebelum akhirnya melakukan pemasaran agar produk dan layanannya lebih banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia. Beberapa langkah seperti menambah jaringan, bekerjasama dengan instansi lain, juga dibarengi dengan antisipasi terhadap fase krisis, untuk memantapkan diri menjadi network company berkelas internasional.
Strategi ini yang kemudian membuktikan, Pos Indonesia sebagai raksasa tidur yang sudah mulai terbangun. Ketika sebagian perusahaan pos di sebagian negara di dunia mulai bangkrut akibat krisis utang dan dampak digitalisasi, sebaliknya Pos Indonesia selalu meraup untung.
Bila strategi turnaround ini bisa mewujudkan Pos Indonesia lebih dari sekedar apa yang disebut Hermawan dengan More Than the Giant Network Company, bukan tidak mungkin Pos Indonesia menjadi agent of change bagi perubahan ekonomi yang lebih baik di negeri ini.

Kamis, 15 Agustus 2013

IBU RUMAH TANGGA BEROMZET MILIARAN MENGINSPIRASI PULUHAN BISNIS OWNER

Katarina Indrawati (baju merah) sebagai pembicara dan penulis buku "Receh by Receh" bersama  anggota Book Club  SEA Corp. (ActionCOACH Surabaya)

     PT. Surabaya Excellence Action (ActionCOACH Surabaya) mengadakan acara bedah buku “Receh by Receh”, pada Jum’at, 19 Juli (14.00-17.00). Menghadirkan Humphrey Rusli (COO SEA Corp. dan Associate Coach of the Year 2012 dan 2013) dan Katarina Indrawati (Penulis buku “Receh by Receh” dan Pemilik EMFA Tours & Travel). Buku “Receh by Receh” menceritakan perjalanan seorang Katarina membangun bisnis travel agen beromzet miliaran rupiah, yang berawal dari bisnis sederhana.
     Bedah buku ini, merupakan bagian dari acara rutin ActionCOACH Surabaya yang bernama ‘Book Club’. Sebuah forum intern yang membedah buku-buku bisnis, untuk kemudian didiskusikan dan dihubungkan dengan permasalahan bisnis yang ada.
     Humphrey Rusli bertutur, bahwa forum Book Club bertujuan agar pemilik bisnis punya wawasan dan pandangan yang luas tentang bisnis secara multi facet (banyak sisi).
     “Bisnis travel agen merupakan bentuk bisnis yang unik dan mempunyai potensi yang cukup besar ke depan. Dengan acara ini, kami berharap pemilik bisnis bukan hanya punya pandangan bisnis secara multi facet, lebih dari itu, agar mereka memiliki kemampuan menganalisa perkembangan bisnis yang ada. Jadi tidak terpaku hanya pada bisnisnya sendiri,” papar business coach internasional ini.
      Dalam acara ini, Katarina tidak hanya bercerita tentang perjalanan bisnisnya, tapi juga sharing dan berdiskusi aktif dengan para anggota Book Club.
“Bisnis dan hidup itu sama-sama unpredictable. Karena itu, kita harus punya alasan dan tujuan untuk apapun yang kita kerjakan. Selama ini, modal saya adalah passion yang kuat, networking, dan selalu belajar terus menerus secara konsisten,” ungkap wanita asli Surabaya ini.

Jumat, 28 Juni 2013

Book Club - ANALOGI PESAWAT: 7 PONDASI MEMBANGUN BISNIS SUKSES

  
Suwito Sumargo, selaku pembicara dalam bedah buku Tjahjadi Lukiman: "Right Process Will Bring Great Result" menjelaskan tentang 7 langkah 'Right Process' yang dianalogikan sebagai sebuah pesawat
Menjalankan perusahaan haruslah dengan kinerja yang baik untuk mencapai titik kesuksesan. Semua itu dimulai dari proses yang benar, dengan didukung SDM yang tepat dalam lingkungan kerja yang kondusif dan konsisten.
     Itulah inti pesan dalam buku karya Tjahjadi Lukiman “Right Process Will Bring Great Result”, yang didiskusikan dalam acara Book Club, Jumat (17/05/13), di Master Office ActionCOACH Surabaya (Ballroom Las Vegas).
     Suwito Sumargo, selaku pembicara bertutur, sangat menarik membaca buku seorang Tjahjadi. Selain penjelasannya yang sederhana, cara penyampaiannya juga disampaikan dengan model percakapan. Sehingga, seolah-olah tidak membaca buku, tapi mendengarkan sebuah cerita.
   “Pak Tjahjadi itu seorang yang sangat memegang teguh urutan proses. Saya seperti sudah kenal betul dengan beliau, karena tipikalnya hampir sama dengan saya, sehingga mempresentasikan buku ini menjadi lebih mudah,” papar business coach yang juga pemilik perusahaan GBT Laras-Imbang ini.
     Lebih lanjut, pria yang akrab dipanggil ‘coach Suwito’ ini menyederhanakan inti dari sebuah ‘right process’, yang terletak pada beberapa hal. Diantaranya, pola pikir (mindset) dan kemauan keras untuk berubah. Melakukannya juga secara tegas, disiplin yang tinggi, dan sedikit paranoid dalam pelaksanaannya.
     Selanjutnya, inti paling penting yaitu melakukan 7 langkah menjalankan sebuah perusahaan yang dianalogikan seperti pesawat terbang, dimana CEO (Chief Executive Officer) sebagai pilot yang menjalankan kemudi perusahaan. Langkah pertama adalah ‘Get The Right People’, memilih penumpang yang tepat untuk ‘pesawat’ (perusahaan) Anda. 
Memilih karyawan atau SDM bagi perusahaan sama halnya dengan memilih ‘jodoh’.   Orang yang tepat adalah yang selaras dengan CEO dalam hal hati dan pola pikir, termasuk integritas, semangat, dan skill, yang merupakan prasayarat utama dalam menentukan orang yang tepat.
     Kedua, ‘Do The Right Things’. Menetapkan tujuan bersama atau kemana ‘pesawat’ akan diterbangkan. Selain mencari model bisnis, langkah kedua ini bisa dicapai dengan meng’clear’kan visi dan misi secara konsisten, agar tim merasakan dan hidup dengan visi misi tersebut. Selain itu, menempatkan orang tepat di posisi yang tepat (right people in the right place) dan memberikan mereka job responsibility.
     Ketiga, ‘Do The Things Right’. Menetapkan aturan dan rambu-rambu, dalam artian Peraturan Perusahaan (PP) dan SOP, agar penumpang (karyawan)  bekerja dengan aman, nyaman, dan ada kepastian. Beberapa steps dalam poin ini seperti membuat aturan main, sistem penghargaan, membeentuk pusat latihan, membentuk budaya perusahaan, dan memanfaatkan jasa penasehat ahli dan IT.
     Poin berikutnya, ‘Do At Right Time and Do It Right Now’. Intinya, pemeliharaan dan perbaikan pada waktu yang tepat, dan tidak ditunda. Prioritaskan masalah yang bersifat penting dan segera (urgent and important) untuk ditangani, dengan tetap berpikir dulu sebelum bertindak.
     Keenam, ‘Right Growth’.  Teruslah berproses, dan jangan hanya berpaku pada What Business Are We In (WBAWI). Lakukan terobosan, dan jangan takut untuk melakukan sesuatu yang keluar dari paradigma lama (out of the box).
     Terakhir, ‘Yes We Are Right’. Untuk memastikan langkah yang sudah kita ambil tepat dan membuat semua pihak merasa puas, kita bisa mengkonfirmasikannya ke berbagai pihak, seperti para konsumen, karyawan perusahaan sendiri, supplier, pemegang saham, masyarakat sekitar, bahkan pemerintah setempat. Hal ini mesti dilakukan, mengingat perubahan bisnis yang cepat dewasa ini, sehingga diperlukan perbaikan terus-menerus berdasarkan masukan-masukan mereka.