Suwito Sumargo menjelaskan langkah-langkah dalam konsep Lean. |
Sebagai
bentuk acara rutin, untuk memberikan materi tentang pondasi yang mutlak
dimiliki dalam dunia bisnis, SEA Corp. (ActionCOACH East Java-Bali) kembali
mengadakan forum Business Mastery bertajuk “Lean Thinking”, Jum’at (16/08/13).
Suwito
Sumargo, selaku pembicara menjelaskan konsep lean thinking perlu dipelajari, agar pemilik bisnis bisa menghemat
modal usaha, baik dalam bentuk uang, sumber daya manusia (SDM) maupun waktu.
“Pada
prinsipnya, lean thinking itu lebih
pada proses. Bisa disebut juga dengan proses perampingan. Entah itu berupa step-step yang dibuat simple dan singkat
(pendek). Dan menekan ‘waste’ yang
terbuang,” tutur business coach yang juga pemilik GBT Laras Imbang ini.
Suwito
menjelaskan, menekan ‘waste’ dalam lean enterprise tidak harus terkait
dengan material produk yang lebih murah, Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), ataupun
memangkas margin supplier. Ada
beberapa prinsip yang ada dalam lean
enterprise, salah satunya menentukan atau membuat spesifikasi nilai-nilai
di mata customer. Nilai-nilai itu
tidak harus selalu berupa produk saja, namun bisa berupa kerapian, delivery, ketepatan, sampai
ketersediaan.
Misalnya
pada produk teh botol. Sejalan dengan prinsip lean, wadah botol kaca diganti dengan botol plastik atau bahkan
kemasan karton. Customer pun tidak
mempermasalahkan hal itu, karena mereka lebih memperhatikan isinya (dalam
artian kualitas atau rasa tehnya). Dan perubahan ini dinilai lebih praktis dan
menguntungkan, karena kemasannya bisa langsung dibuang ketika sudah dipakai.
Contoh
kedua, dalam hal pengadaan seminar. Yang terpenting bagi peserta seminar adalah
bagaimana pembicara bisa komunikatif dalam menyampaikan materi, sehingga mudah
dimengerti oleh mereka. Jadi, tidak perlu terlalu ribet pada pengadaan modul yang menarik, tapi justru fokus pada
pemilihan pembicara seminar yang komunikatif dan ‘mumpuni’ dalam menyampaikan
materi.
Lebih
lanjut, Suwito juga memaparkan tentang kendala dalam melakukan prinsip lean. Diantaranya adalah ketidakmampuan owner untuk memahami prinsip dan mendelivery hambatan-hambatan dalam prinsip
lean.
“Kegagalan
lean thinking justru karena pelaku
bisnis terlalu fokus pada alat dan metodologi, bukan fokus pada filosofi dan
budaya dari lean itu sendiri. Mereka
terlalu ribet dengan pertanyaan-pertanyaan bagaimana, dengan apa, caranya
seperti apa,” tutur Suwito. “Budaya lean
itu bisa dibentuk dengan membiasakan karyawan dan customer kita berpikir lebih sederhana. Menjalankan bisnis dengan
proses yang sederhana, trial and error,
namun tetap pada prinsip lean. Seiring dengan itu, lama-kelamaan para owner
akan menemukan sendiri metode lean
yang sesuai dengan alur bisnisnya. Intinya itu, make it simple saja,”tambahnya.
0 komentar:
Posting Komentar