Suwito Sumargo (kanan) dan Ramadhani (kiri) |
‘Goodbye China, Hello Indonesia’.
Ungkapan Nouriel Roubini ini seakan mewakili isi buku “Marketing for
Turnaround”, yang dibedah dalam acara Book Club (23/08/13). Buku yang ditulis
oleh Hermawan Kartajaya ini berisi langkah-langkah transformasi Pos Indonesia,
dari Postal Company menjadi Network Company.
Acara yang diadakan oleh SEA
Corp. (ActionCOACH East Java-Bali) ini menghadirkan pembicara Ramadhani, Program Development Consultant MarkPlus Institute
dan Business Coach serta pendiri PT.
GBT Laras Imbang, Suwito Sumargo, sebagai moderator acara.
Dipaparkan, Pos Indonesia pada awalnya
belum melakukan marketing dengan baik. Jadi, meskipun tidak memiliki hutang,
perusahaan jejaring raksasa berusia 266 tahun sejak zaman Belanda ini, pada
tahun 2008 menderita kerugian miliaran rupiah. Itu kenapa, Pos Indonesia
kemudian dianalogikan sebagai raksasa yang sedang tidur.
Proses pembenahan dimulai,
ketika tahun 2009, I Ketut Mardjana sebagai President
Director PT. Pos Indonesia merumuskan “Revitalization and Turnaround
Strategy”, yang bertujuan menjadikan Pos Indonesia dari post company menjadi network
company. Menariknya, konsep ini banyak yang selaras dengan konsep yang
pernah diberikan oleh Hermawan kepada Pos Indonesia sebelumnya.
“Konsep turnaround sebenarnya adalah berani berubah atau merubah sesuatu
melalui tahapan-tahapan yang ada,” jelas Ramadhani terkait turnaround
strategy.
Proses marketing turnaround Pos Indonesia berjalan dalam
beberapa periode. Dimulai dengan proses modernisasi dan pemberdayaan, sebelum
akhirnya melakukan pemasaran agar produk dan layanannya lebih banyak dikenal
oleh masyarakat Indonesia. Beberapa langkah seperti menambah jaringan,
bekerjasama dengan instansi lain, juga dibarengi dengan antisipasi terhadap
fase krisis, untuk memantapkan diri menjadi network
company berkelas internasional.
Strategi ini yang kemudian
membuktikan, Pos Indonesia sebagai raksasa tidur yang sudah mulai terbangun.
Ketika sebagian perusahaan pos di sebagian negara di dunia mulai bangkrut
akibat krisis utang dan dampak digitalisasi, sebaliknya Pos Indonesia selalu meraup
untung.
Bila strategi turnaround ini bisa mewujudkan Pos
Indonesia lebih dari sekedar apa yang disebut Hermawan dengan More Than the Giant Network Company, bukan
tidak mungkin Pos Indonesia menjadi agent
of change bagi perubahan ekonomi yang lebih baik di negeri ini.
0 komentar:
Posting Komentar