Sepatu yang barusan
dibeli seminggu yang lalu, terkelupas solnya (jawa : mangap). Saya lalu
menyempatkan diri untuk mengembalikan ke toko penjualnya. Untunglah tanpa
prosedur yang rumit, saya pun mendapat sepatu pengganti. Untunglah...yaa saya
memang merasa beruntung, karena proses penggantian yang tidak rumit.
Kita mungkin sering
membaca surat pembaca, tentang macam-macam claim
& complaint. Ada yang segera
direspon, dan ada pula yang tak kunjung ada balasan. Sekali waktu, ada yang
terkesan menyanggah, kesalahan bukan di pihak penjual.
Di banyak perusahaan,
penanganan claim dan complaint ini dilakukan secara sungguh,
serius. Kenapa? Karena bila penanganannya buruk, maka kita akan kehilangan customer. Dan, kita wajib berkhawatir,
bahwa (claim/ complaint) itu bisa berdampak luas.
Sekarang, orang tidak
cuma menyampaikan keluhan melalui media massa (cetak/koran). Mereka juga
berkomentar melalui berbagai media, misalnya cecuit (tweeter), Insta atau
medsos lainnya. Celakanya, banyak pihak yang awalnya tidak tahu menahu,
akhirnya malah ikut terlibat. Pendek kata, omelan publik di media sosial
berpotensi merusak reputasi produk dan merk kita.
Claim, complaint
atau keluhan sekecil apapun, harus segera ditangani dan direspon. Tujuannya
hanya satu, yaitu mengembalikan kepercayaan konsumen. Dan terkadang kita
terpaksa menebus (mengeluarkan biaya) yang sangat besar.
Personil yang
menangani, wajib menyimak terlebih dulu, dengan tekun dan tulus. Personil yang
menangani ini wajib sabar dan tenang (tidak boleh mudah panik). Ia harus
menemukan fakta sebenarnya. Ia harus berusaha memahami kesulitan atau kerugian
konsumen. Ia pantang berdebat dengan konsumen.
Setelah bisa memahami
keluhan konsumen dan kesulitan atau kerugian yang dialami konsumen, maka
personil ini wajib segera mencarikan solusi. Karena harus segera menyelesaikan
dan menawarkan solusi, maka personil yang menangani claim dan complaint ini
sebaiknya dibekali dengan wewenang untuk memutuskan dan keleluasaan dalam
penggunaan dana agar dapat memberikan kompensasi yang memadai.
Setelah kesepakatan
tercapai dan permasalahan bisa diselesaikan, maka jangan lupa untuk meminta
pernyataan dari pihak konsumen, bahwa yang bersangkutan sudah bisa menerima
solusi tersebut. Kadang, surat pernyataan bahwa persoalan sudah selesai, yang
dibuat di atas kertas ber-materai, mutlak harus ada.
Bila kita tidak ingin
diclaim atau dicomplaint, maka ada dua hal yang harus diperhatikan:
1. Berusahalah
memberikan produk dan layanan terbaik sejak awal. Jangan mengambil resiko,
dengan meloloskan produk yang cacat dengan harapan mudahan tidak ketahuan.
2. Buatlah statement terbuka di awal transaksi,
bila produk tersebut memang tidak bisa diclaim
atau diretur. Nyatakan secara terbuka, bila produk tersebut tanpa garansi.
Sebagai penutup, kita
tetap harus waspada, belum tentu kita di posisi yang salah. Bila memang tidak
ada bukti bahwa kesalahan di pihak kita, maka kita boleh bertahan dengan
kebenaran tersebut.
Salam The NEXT Level!
* Coach Suwito Sumargo:
- Memiliki pengalaman
membangun Bisnis Keluarga dan franchise
otomotif yang sukses selama lebih dari 30 tahun.
- The Winner Supportive Coach of The Year 2014.
- The Winner System Award 2014.
- Telah banyak membantu
kliennya mendesain bisnis yang lebih efektif, lean dan lincah serta lebih
menguntungkan dengan mengurangi bahkan meniadakan kebocoran-kebocoran dalam
bisnisnya.