Saya
sering mengajarkan: upah itu setara dengan kompetensinya. Kesulitannya ialah
bagaimana mengukur kompetensi seseorang. Kompetensi pasti sejalan dengan skill atau keterampilan. Mari kita
pahami dulu, bagaimana mengukur keterampilan.
Seseorang
diminta mengisi data customer ke
sebuah form. Tentunya, ia menggunakan
keyboard untuk mengetik. Ada rentetan
pertanyaan yang harus diisi oleh customer.
Misal ada 24 pertanyaan. Dalam waktu 1 jam, orang ini berhasil mengisikan data
20 orang customer.
Diantara 5
orang yang diminta mengisikan data, ada 2 orang yang bisa mengisikan lebih dari
20 customer dan ada 1 orang yang
hanya mampu mengisikan data 12 customer.
Orang yang mampu mengisikan data 12 customer
terpaksa digugurkan, karena terlalu lamban. Sedangkan yang berhasil mengisikan
lebih dari 20 data menerima ekstra bonus.
Itu adalah
salah satu cara mengukur keterampilan. Bila seseorang menguasai banyak keterampilan
dan ia secara konsisten senantiasa bisa memenuhi syarat mininal, maka orang ini
saya anggap kompeten.
Kompetensi
berkaitan dengan penguasaan beberapa keterampilan, yang selalu bisa
didemonstrasikan secara terus menerus (konsisten). Kompetensi harus diberi
nilai rupiah, sebagai penghargaan atas kontribusinya terhadap omzet dan
(terutama) profit.
Salam The
NEXT Level!
* Coach Suwito
Sumargo:
- Memiliki pengalaman membangun
Bisnis Keluarga dan franchise
otomotif yang sukses selama lebih dari 30 tahun.
- The Winner Supportive Coach of The Year
2014.
- The Winner System Award 2014.
- Telah
banyak membantu kliennya mendesain bisnis yang lebih efektif, lean dan lincah serta lebih
menguntungkan dengan mengurangi bahkan meniadakan kebocoran-kebocoran dalam
bisnisnya.