Humphrey Rusli (pembicara dan COO BARACoaching Surabaya) bersama para peserta CEO PowerLunch. |
Selain mengetahui
perbedaaan mendasar antara disiplin dan budaya, seorang pemilik bisnis juga
harus mengetahui apa yang menjadi cue
(stimulan) dari pembentukan budaya, bagaimana proses dan cara menerapkannya,
dan seperti apa reward yang
diperoleh.
Itulah
inti dari forum CEO PowerLunch yang diadakan oleh BARACoaching Surabaya
(ActionCOACH East Java dan Bali) pada Rabu (19/03) lalu. Bertempat di hotel
Shangrila Surabaya, acara bisnis rutin ini bertajuk “Building Strong Discipline and Great Culture”.
Humphrey
Rusli selaku pembicara sekaligus Chief
Operating Officer (COO) BARACoaching Surabaya bertutur, forum CEO
PowerLunch merupakan sebuah forum atau komunitas bisnis tempat bertemunya para
CEO atau pemilik bisnis.
“Di
sini nantinya para pemilik bisnis bisa networking,
sharing tentang pengalaman bisnis,
serta belajar bersama tentang isu dan problem bisnis terkini,” tutur pria yang
akrab dipanggil coach Humphrey ini.
Di
awal forum, coach Humphrey menjelaskan perbedaan antara disiplin dan budaya.
Dikatakan masih tingkat disiplin, jika seseorang masih menggunakan logika dan
mengerjakan sesuatu dengan terpaksa.
“Disiplin
yang kuat merupakan jembatan untuk menuju budaya perusahaan yang kuat juga.
Dengan rutin dilakukan dan disiplin tinggi, apa yang awalnya kita lakukan
dengan terpaksa, akan menjadi habit
atau kebiasaan dengan sendirinya. Jadi disiplin ini lebih pada prosesnya untuk
sampai menjadi budaya yang sudah tidak lagi memaksa” papar coach Humphrey.
Menurut
coach Humphrey, ada 3 bentuk disiplin. Disiplin menemukan cue, disiplin menemukan proses, dan disiplin menemukan rewardnya.
Cue
merupakan stimulan untuk melakukan sesuatu sampai menjadi budaya. Ada 5
kemungkinan terbentuknya cue.
Diantaranya lokasi (where are you),
waktu (time), emotional state, lingkungan (other
people/ who’s around) dan immediate
preceding action (tindakan atau kegiatan pemicu sebuah kebiasaan).
Sedangkan reward bukan hanya berupa
penghargaan berupa ‘fisik’ semata, namun bisa dalam bentuk kepuasan bagi
pelakunya.
Para
peserta antusias mengikuti forum ini, karena selain memberikan materi, coach
Humphrey juga memberikan study kasus bisnis dan membentuk kelompok-kelompok,
agar para pengusaha bisa saling berdiskusi membahas contoh kasus yang
diberikan.
“Setelah
mengikuti forum ini, saya berharap, para pemilik bisnis atau peserta paham
bahwa budaya adalah habit yang sudah terus-menerus dilakukan sebelumnya. Budaya
itu ada ilmunya, dari sini setidaknya mereka mampu membuat blue-print serta membentuk budaya perusahaan yang bagus dan profitable,” tegas pria yang pernah
menjadi top number #1 International
Business Coach Juli 2013 ini.
Selain
diadakan di Surabaya, forum CEO PowerLunch juga diadakan serentak di Jakarta,
pada waktu yang sama.