More Video! Visit : BARACoaching Channel on Youtube

Rabu, 05 Maret 2014

BOOK CLUB - KECERDASAN FINANSIAL : ILMU KEKAYAAN YANG TIDAK DIAJARKAN DI SEKOLAH DAN KAMPUS



Jum’at (21/02/14), BARACoaching Surabaya (ActionCOACH East Java – Bali) mengadakan acara Book Club. Acara yang rutin diadakan setiap bulan itu, hadir dengan membedah buku “8 Intisari Kecerdasan Finansial” yang ditulis William Tanuwidjaja.
Kecerdasan Finansial merupakan kemampuan seseorang untuk mengenali, menciptakan, dan mengelola sumber daya (resources) potensial menjadi kekayaan riil.
“Perlunya mempelajari kecerdasan finansial supaya kita bisa menjadikan hidup lebih optimal. Mengubah mindset kita tentang uang. Dengan cara berpikir tepat, kita bisa mendayagunakan uang dengan optimal,” tegas Ruaniwati, selaku pembicara dalam acara ini.
Kecerdasan finansial bisa dipelajari, diasah, disempurnakan, dan dipertajam. Tergantung pada diri kita, karena jika tidak diasah akan usang. Kita bisa belajar mengasah kecerdasan finansial dari beberapa hal. Pertama, belajar dari dunia nyata dengan menggunakan pola trial and error. Belajar dari mentor, ahli, dan belajar dari buku. Dewasa ini, buku-buku yang membahas tentang pendidikan dan bagaimana mengelola aset sebagai sumber uang, sudah mulai men’jamur’.
“Yang lebih penting adalah action. Tapi sebelum itu, kita harus paham intisari kecerdasan finansial untuk menuju kebebasan finansial (passive income),” kata wanita yang akrab dipanggil bu Ruani ini.
Dalam bukunya, William menyebut 8 intisari kecerdasan untuk menuju passive income. Pertama, memilah tujuan produktif dan konsumtif. Kegiatan produktif merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan. Misal membeli rumah atau bangunan, yang kemudian disewakan atau dijadikan apartemen. Bisa juga dalam bentuk membeli perusahaan atau emas, yang ke depannya benda tersebut bisa mendatangkan penghasilan buat kita.
Sebaliknya, contoh kegiatan konsumtif misalnya dengan membeli makanan, baju, mobil dan barang-barang bersifat consumable, yang nantinya setelah digunakan atau dipakai akan habis nilainya.
“Seorang business owner harus bisa memilah tujuan produktif dan konsumtif, dan tahu persis artinya buat bisnisnya,” tambah bu Ruani.
Kedua, membedakan aset dan liabilitas. Contohnya kita membeli rumah. Rumah itu hanya jadi liabilitas (beban usaha) jika kita tidak memfungsikannya. Namun, berubah menjadi aset jika rumah tersebut kita sewakan atau jadikan tempat usaha.
Selanjutnya, memahami aliran uang. Poin ini tergantung mindset kita, bagaimana membuat kita untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
Keempat, carilah ‘emas’ yang tersembunyi. Dalam artian, mencari sesuatu yang berharga di bisnis kita, yang nantinya bisa dikelola, dikembangkan, dan menghasilkan profit buat kita.
Poin berikutnya, memiliki daya ungkit. Daya ungkit adalah sesuatu yang membuat aset kita semakin lama semakin berlipat ganda.
Kemudian biarkan uang yang bekerja, pahami tanda-tanda makro ekonomi dan ciptakan aset yang tidak bisa hilang atau ‘dirampok’ orang. Poin terakhir lebih berhubungan dengan soft skill.
Di akhir acara, wanita yang juga CEO Dash & Associates ini mengungkapkan,“Saya harap peserta bukan hanya mengerti kecerdasan finansial saja, tapi bisa mengubah mindset untuk menjadikan hidup lebih optimal. Jadi bukan mencari uang untuk kebutuhan konsumtif semata, namun juga bagaimana bermanfaat untuk orang lain.”

0 komentar:

Posting Komentar