Jum’at
(21/02/14), BARACoaching Surabaya (ActionCOACH East Java – Bali) mengadakan
acara Book Club. Acara yang rutin diadakan setiap bulan itu, hadir dengan
membedah buku “8 Intisari Kecerdasan Finansial” yang ditulis William
Tanuwidjaja.
Kecerdasan
Finansial merupakan kemampuan seseorang untuk mengenali, menciptakan, dan mengelola
sumber daya (resources) potensial
menjadi kekayaan riil.
“Perlunya
mempelajari kecerdasan finansial supaya kita bisa menjadikan hidup lebih
optimal. Mengubah mindset kita
tentang uang. Dengan cara berpikir tepat, kita bisa mendayagunakan uang dengan
optimal,” tegas Ruaniwati, selaku pembicara dalam acara ini.
Kecerdasan finansial
bisa dipelajari, diasah, disempurnakan, dan dipertajam. Tergantung pada diri
kita, karena jika tidak diasah akan usang. Kita bisa belajar mengasah
kecerdasan finansial dari beberapa hal. Pertama, belajar dari dunia nyata
dengan menggunakan pola trial and error. Belajar dari mentor, ahli, dan
belajar dari buku. Dewasa ini, buku-buku yang membahas tentang pendidikan dan
bagaimana mengelola aset sebagai sumber uang, sudah mulai men’jamur’.
“Yang lebih
penting adalah action. Tapi sebelum
itu, kita harus paham intisari kecerdasan finansial untuk menuju kebebasan
finansial (passive income),” kata
wanita yang akrab dipanggil bu Ruani ini.
Dalam bukunya,
William menyebut 8 intisari kecerdasan untuk menuju passive income. Pertama, memilah tujuan produktif dan konsumtif. Kegiatan
produktif merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan. Misal membeli
rumah atau bangunan, yang kemudian disewakan atau dijadikan apartemen. Bisa juga
dalam bentuk membeli perusahaan atau emas, yang ke depannya benda tersebut bisa
mendatangkan penghasilan buat kita.
Sebaliknya, contoh
kegiatan konsumtif misalnya dengan membeli makanan, baju, mobil dan
barang-barang bersifat consumable, yang
nantinya setelah digunakan atau dipakai akan habis nilainya.
“Seorang business owner harus bisa memilah tujuan
produktif dan konsumtif, dan tahu persis artinya buat bisnisnya,” tambah bu
Ruani.
Kedua, membedakan
aset dan liabilitas. Contohnya kita
membeli rumah. Rumah itu hanya jadi liabilitas (beban usaha) jika kita tidak
memfungsikannya. Namun, berubah menjadi aset jika rumah tersebut kita sewakan
atau jadikan tempat usaha.
Selanjutnya,
memahami aliran uang. Poin ini tergantung mindset
kita, bagaimana membuat kita untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
Keempat,
carilah ‘emas’ yang tersembunyi. Dalam artian, mencari sesuatu yang berharga di
bisnis kita, yang nantinya bisa dikelola, dikembangkan, dan menghasilkan profit
buat kita.
Poin berikutnya,
memiliki daya ungkit. Daya ungkit adalah sesuatu yang membuat aset kita semakin
lama semakin berlipat ganda.
Kemudian
biarkan uang yang bekerja, pahami tanda-tanda makro ekonomi dan ciptakan aset
yang tidak bisa hilang atau ‘dirampok’ orang. Poin terakhir lebih berhubungan
dengan soft skill.
Di akhir
acara, wanita yang juga CEO Dash & Associates ini mengungkapkan,“Saya harap
peserta bukan hanya mengerti kecerdasan finansial saja, tapi bisa mengubah mindset untuk menjadikan hidup lebih
optimal. Jadi bukan mencari uang untuk kebutuhan konsumtif semata, namun juga
bagaimana bermanfaat untuk orang lain.”
0 komentar:
Posting Komentar