Berbisnis
dengan keluarga sendiri, rentan menimbulkan perpecahan. Kenapa bisa begitu? Apa
saja yang harus dilakukan untuk mengatasinya? BARACoaching Surabaya (ActionCOACH
East Java-Bali) mengupas hal ini dalam bincang bisnis bertajuk “Suksesi dan Regenerasi
dalam Bisnis Keluarga”, Sabtu (22/11/14) lalu.
Dalam acara khusus untuk pemilik bisnis ini, Coach Suwito
Sumargo sebagai pembicara menjelaskan, bisnis keluarga sebenarnya sudah ada
sejak jaman Yunani. Ada juga pendapat yang mengatakan sudah ada sebelum
revolusi industri. Seiring perkembangan jaman, bisnis keluarga merupakan bentuk
bisnis yang paling banyak ada di Indonesia.
Permasalahan yang jamak terjadi dalam bisnis keluarga
adalah rentan terjadi perselisihan antar anggota keluarga. Sehingga tidak
heran, hanya sedikit yang bisa survive sampai generasi ke empat. Lainnya, gagal
di 3 generasi sebelumnya.
“Kenapa sulit mengelola bisnis keluarga? Alasan pertama, banyak
terjadi ‘geger’an, karena makin banyaknya yang terlibat dalam pengambilan
keputusan. Kedua, adanya nepotisme yang ngawur. Misal dalam hal penerimaan
karyawan. Asal saudara atau kerabat, boleh masuk saja dan langsung menduduki
jabatan atas,”papar coach Suwito.
Selain dua hal itu, pelatih bisnis yang sudah 30 tahun
lebih berkecimpung dalam bisnis keluarga ini menambahkan, budaya bisnis
keluarga biasanya berasal dari budaya atau tradisi yang ada dalam keluarga itu
sendiri, itulah sebabnya sering terjadi kesenjangan antara generasi tua dan
generasi muda. Generasi tua punya pendapat, para muda (atau calon penerus)
belum punya cukup pengalaman, kurang disiplin, tidak punya passion dan kurang
memahami budaya kerja keluarga.
“Sebaliknya, generasi muda berpikiran, generasi tua adalah
orang-orang yang konservatif dan memaksakan kehendak. Beberapa pemimpin (generasi
tua) dianggap enggan melepas kekuasaan dan memberi kesempatan pada yang muda
untuk maju,” lanjutnya.
Untuk mengatasi perselisihan dalam bisnis keluarga, ada
beberapa hal disimpulkan dari forum ini. Pertama, menyiapkan calon pemimpin
(suksesor) dari awal. Seringkali keluarga kesulitan mencari pengganti yang benar-benar
pas untuk melanjutkan. Selain pendidikan yang tinggi, bekali dia dengan bekal
pengalaman kerja nyata. Contohnya dengan mengambil waktu untuk magang atau
kerja di bisnis lain.
Kedua, bekerja bersama-sama. Selain membedakan hak dan
kewajiban masing-masing, poin yang penting dilakukan adalah intens komunikasi.
“Meeting keluarga secara rutin penting dilakukan,
komunikasi merupakan kunci dalam keharmonisan bisnis keluarga,’ tegas the Winner Supportive Coach and System Award
2014 ini.
Selain memberikan contoh dan pengalaman nyata problem
bisnis keluarga sekaligus solusinya, dalam bincang bisnis ini coach Suwito juga
berdiskusi aktif dengan para peserta terkait problem dalam bisnis keluarga
mereka.
0 komentar:
Posting Komentar