Jum’at (28/11/14)
lalu, BARACoaching Surabaya (ActionCOACH East Java-Bali) mengadakan bincang
bisnis bertajuk “Low Cost High Impact Marketing”. Sebuah forum yang membicarakan
langkah-langkah meningkatkan penjualan dengan menekan biaya, seefisien mungkin.
Coach Humphrey Rusli, selaku pembicara memaparkan selama
ini para pemilik bisnis sering salah kaprah mendefinisikan ungkapan ‘low cost’. Mereka cenderung mengartikan low cost dengan murah semata. Pemikiran seperti
ini yang menyebabkan mereka tidak memahami taktik dan cara kreatif untuk
meningkatkan penjualan.
“Selama ini para pemilik bisnis tidak paham marketing
yang baik itu seperti apa. Kebanyakan, mereka hanya cenderung terpancing dengan
kompetitor. Sudah tidak ada kejelasan market, hanya ikut-ikutan apa yang
dilakukan kompetitornya. Itulah mengapa banyak strategi marketing berujung pada
buang uang,” jelas coach Humphrey.
Lalu bagaimana caranya agar strategi marketing yang kita
lakukan tidak sia-sia? Bagaimana agar kita bisa menekan biaya yang terbuang dan
memperoleh hasil yang maksimal? Setidaknya, ada 5 hal yang mesti kita pahami dalam
low cost high impact marketing.
Pertama adalah apapun yang akan kita jual, pahami dulu siapa
pembeli kita. Seorang pengusaha kripik buah naga mengeluh, kenapa kripiknya
tidak laku. Padahal diantara jajaran kripik yang lain, kripik ini tergolong
lain daripada yang lain dan tentu saja menyehatkan.
“Namun, ketika didisplay
di samping buah naga (kebetulan waktu
itu dia menitipkan kripiknya di salah satu swalayan besar), kripiknya jadi laku
keras. Dari cerita ini, selain paham siapa target market, kita juga harus
memperhatikan hal-hal termasuk tempat display,”
lanjut senior coach BARACoaching
Surabaya ini.
Poin ini didapat dengan membiasakan diri untuk terus disiplin
berpikir dan mencari ide untuk tercapainya low
budget high impact marketing. Lewat trial
and error, lama kelamaan pemilik bisnis akan menemukan taktik atau strategi
yang tepat dalam bisnisnya. Bukan hanya menemukan target pasar, namun juga
bagaimana cara memasarkan produk atau jasanya dengan tepat.
Kedua, ‘memutar’ corong promosi ke dalam. Jika sebelumnya
promosi lebih ditujukan untuk mendapat konsumen baru, maka sekarang terbalik,
fokuslah pada pelanggan lama anda.
“Selama ini, pemilik bisnis tidak menyadari, merekrut
konsumen baru, 6 sampai 10 kali lipat lebih sulit daripada mempertahankan konsumen
lama. Biayanya juga lebih mahal dari maintenance
pelanggan lama, atau bahkan yang sudah loyal.”
Jadi, ketika ada promosi atau informasi produk baru, maka
usahakan untuk memberitahukan kepada pelanggan yang ada dalam lingkaran bisnis
kita terlebih dulu.
Selanjutnya adalah be
creative. Hampir sama dengan poin satu, berpikir kreatif bisa tercapai bila
kita membiasakan diri untuk disiplin berpikir dan terus mencari cara atau
strategi kreatif untuk mencapai tujuannya.
Keempat, networking.
Memperkaya pengetahuan dan wawasan dengan bergaul dengan pemilik bisnis yang
lain. Networking bisa memungkinkan
kita untuk melihat sebuah masalah atau hal dari banyak sudut pandang. Jadi,
sering-seringlah bergaul dan berdiskusi dengan pemilik bisnis yang lain, misal
dalam sebuah komunitas atau forum bisnis.
Terakhir, memaksimalkan fungsi media promosi. Salah
satunya brosur. Fungsi brosur sebenarnya adalah membuat ‘si pembaca’ atau
konsumen jadi penasaran tentang apa yang kita informasikan.
“Sayangnya, sering saya lihat fungsi itu jadi hilang
karena design tidak eye catching dan lay out atau tata letak yang ‘salah’. Kesalahan
utama yang biasa dijumpai seperti penulisan nama usaha gede di atas, testimoni
yang terlalu banyak, dan headline
yang tidak menarik,” papar pelatih bisnis terbaik Indonesia ini.
0 komentar:
Posting Komentar