Suatu hari saya mendapat undangan untuk hadir di sebuah
pagelaran jazz. Saya bukan penggemar musik jazz, tapi kalau saya tidak datang
maka saya mungkin mengecewakan si pemberi undangan. Akhirnya, untuk pertama
kalinya, saya pun memutuskan untuk menghadiri sebuah pagelaran musik jazz.
Menurut katalog, ada 3 venue berbeda dengan beberapa grup
band yang silih berganti menunjukkan kebolehannya. Karena saya tidak tahu grup
mana yang bagus, maka saya mendatangi satu persatu venue. Ternyata setiap venue
dipadati orang, muda dan tua, berpasangan atau berkelompok.
Ketika salah satu venue
jeda, maka penonton pun berduyun-duyun pindah ke venue lain yang sedang menampilkan grup band berbeda sejak setengah
jam yang lalu.
Di kerumunan penonton itu, saya bisa membedakan, mana yang
ngefans dan mana yang bukan. Yang benar-benar ngefans berdiri atau bergerombol
di dekat panggung. Mereka ikut menyanyi bersama penyanyi. Kepala dan tubuhnya
bergoyang seirama dengan lagu. Sementara, yang bukan fans berdiri di bagian
belakang, asyik ngobrol sambil mengunyah camilan.
Perilaku konsumen bisa diamati dengan mudah. Penggemar
berat (fans) bersedia meluangkan waktu, bela-belain, agar bisa mendapatkan
produk kegemarannya. Mereka rela antri, berdesak-desakan, demi bertemu dengan
idolanya. Mereka ikut bernyanyi, mereka sengaja larut secara emosi.
Grup band yang punya banyak penggemar berat tentu bangga.
Didunia usaha juga berlaku fenomena yang sama. Bayangkan, bila Anda punya
penggemar atau fans yang fanatik. Betapa bangganya Anda. Pingin punya penggemar
fanatik? Cobalah meniru apa yang dilakukan grup band terkenal.
Share pengalaman dan pendapat Anda by email: suwito@baracoaching.com
Salam The NEXT Level!
0 komentar:
Posting Komentar