Meskipun
tidak sedikit bisnis keluarga yang berkembang besar dan lintas generasi, namun
bukan fakta baru, jika bisnis keluarga punya masalah cukup kompleks. Itu kenapa
hanya 1% yang bisa bertahan hingga generasi ke-4. Sebenarnya apa bisnis
keluarga itu? Dan mengapa begitu rumit permasalahannya?
Hal ini dikupas dalam seminar bertajuk “Membangun Bisnis
Keluarga yang Sukses dan Bahagia”, Kamis (12/03/15) lalu. Bertempat di Office
BARACoaching Surabaya (ActionCOACH East Java-Bali), acara ini menghadirkan
Coach Suwito Sumargo selaku pembicara.
Dalam seminar yang khusus ditujukan untuk pemilik bisnis
itu, Coach Suwito memaparkan, topik tentang keluarga dan bisnis sering tidak
sejalan, karena tujuan dasar keduanya memang berbeda.
“Family is about
unconditional love. Sedangkan di sisi lain business is about profit. Kedua hal ini yang sering tidak sejalan
dan menimbulkan konflik,” tutur the
Winner Supportive Coach dalam BEF Award Indonesia 2014 ini.
Para peserta juga memberikan alasan mengapa pengelolaan
bisnis keluarga begitu rumit. Ada yang mengemukakan, perbedaan generasi dan
pemikiran yang menyebabkan hal itu terjadi. Ditambah dengan sistem pembagian
‘keuntungan’ yang sulit, sehingga generasi kedua dan seterusnya harus terus
mengembangkan usaha, bila ingin mendapat hasil yang lebih besar.
Lalu bagaimana mengatasi perbedaan dan masalah dalam
bisnis keluarga? Yang pertama adalah dengan komunikasi. Komunikasi yang baik merupakan
kunci untuk membentuk sebuah bisnis keluarga yang sehat. Salah satu caranya
bisa dengan mengadakan pertemuan keluarga (anggota yang terlibat dalam bisnis)
secara reguler.
Selanjutnya dengan membangun sisi financial yang kokoh. Penting untuk mengetahui sumber keuangan dan
merencanakannya dengan baik (budget and
planning). Jika satu waktu kita harus berhutang, maka pertimbangkan dulu:
untuk apa uangnya, dan berapa penghasilan yang diperoleh agar bisa membayar
kembali hutang tersebut.
Ketiga, menemukan sekaligus mempersiapkan generasi
penerus dalam bisnis keluarga. Ini merupakan salah satu tahapan yang krusial. Tentu
saja krusial, karena tumbuh kembang, bahkan ‘mati-hidup’nya perusahaan keluarga
bergantung kepada siapa yang menjadi pemimpin.
“Banyak hal dipertimbangkan dalam memilih future leader. Namun yang sering terjadi,
generasi penerus dalam bisnis keluarga ‘dipaksa’ menjadi pemimpin, tanpa
melihat dia sudah siap atau belum. Hal ini yang disebut nepotisme dan
menyebabkan masalah dalam perusahaan,” papar pelatih bisnis sekaligus pemilik GBT
Laras-Imbang ini.
Selain masalah kesiapan, seorang penerus (owner) juga dituntut bisa jadi good leader sekaligus good manajer.
Selain ketiga hal di atas, juga disebutkan poin governance. Poin ini bukan hanya
bagaimana membuat aturan main, tapi juga memahami dan mendokumentasikan peraturan
perusahaan.
“Dan lagi, butuh disiplin, komitmen dan ketahanan dalam
menjalankannya,” tegas Coach Suwito.
0 komentar:
Posting Komentar