Konon, pemimpin yang baik dituntut harus mampu memberi contoh atau
jadi teladan.
Wah...saya malah kalah trampil dengan anak buah dan itu berarti saya tidak bisa memberi contoh? Gimana dong?
Wah...saya malah kalah trampil dengan anak buah dan itu berarti saya tidak bisa memberi contoh? Gimana dong?
Ada lagi, pemimpin yang jempolan itu harus bisa memberi solusi, bila
anak buah mengalami kesulitan. Ehm...inipun saya juga belum tentu bisa. Lha
wong anak buah saya lebih senior dan berpengalaman.
Gimana nih, apakah
berarti saya tidak bisa jadi pemimpin yang baik
dan jempolan? Apa sih ciri-ciri pemimpin itu? Mengapa
banyak pemimpin gagal, apa saja yang hambatannya?
Seorang pemimpin bisnis, selain memahami kompetensi
bisnis yang dijalankan, juga
harus menerapkan
nilai-nilai moral dalam
kesehariannya. Dalam artian, bagaimana dia
berhubungan dengan orang lain, termasuk dengan bawahan atau timnya.
Semua orang bisa menjadi pemimpin,
tapi belum tentu menjadi pemimpin yang baik. Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan, sebagai dasar atau pondasi membentuk
kepemimpinan yang kuat.
Pertama adalah sikap terbuka
terhadap masukan bawahannya. Jika diibaratkan dengan organ tubuh manusia, bawahan
atau tim, merupakan alat gerak kita. Untuk membuatnya ‘berjalan’ bahkan ‘berlari’
kita harus tahu cara menggerakkan mereka. Caranya? Dengan melakukan komunikasi
intens dan mengerti karakter setiap anak buah, sehingga memudahkan untuk
mengarahkan mereka seperti kemauan kita.
Contoh aktivitas untuk membangun
hubungan dengan tim bisa dengan melakukan evaluasi berkala. Di sini kita bisa
mendengarkan penjelasan, keluhan, pendapat dan respon tentang kebijakan atau
hal-hal yang berhubungan dengan perusahaan. Dan tugas kita adalah mendengarkan
dan menjawab, serta memberi masukan dan ‘mendorong’ mereka.
Kedua berhubungan dengan tujuan
(visi dan misi) perusahaan dan gairah untuk mewujudkannya. Tujuan perusahaan
bukan hanya dibuat ‘sebagus’ mungkin. Sesempurna mungkin. Tujuan itu harus
disampaikan dengan tim kita. Sampaikan dengan cara sederhana dan mudah
dimengerti.
Gairah dalam mewujudkan visi
misi perusahaan bisa membangkitkan semangat tim untuk mengejawantahkan dalam
kehidupan sehari-hari, sampai akhirnya menjadi budaya dalam perusahaan.
Ketiga adalah menetapkan
rencana tindakan dan aturan main. Rencana tindakan harus sesuai dengan aturan
main yang ada. Sesuai dengan standar dan norma yang sudah ditetapkan atau jadi
budaya perusahaan.
Namun, janganlah standar
tersebut jadi membatasi ‘gerak’ kerja tim Anda. Doronglah mereka untuk selalu
bereksperimen dan berpikir ‘out of the box’. Jangan lupa untuk memberikan
mereka reward agar mereka semakin
tertantang untuk berinovasi dan memberikan yang terbaik untuk perusahaan.
Poin ini juga harus didukung
dengan sikap tanggung jawab. Mau bertanggung jawab atas semua konsekuensi
terhadap keputusan yang dibuat atau diambil anak buah.
Terakhir, pastikan agar semua
orang yang ada dalam tim terlibat. Memberikan perhatian, upaya dan komitmennya
kepada bisnis Anda. Kenapa? Agar kerja ‘alat gerak’ Anda tidaklah timpang.
Nah, lalu bagaimana dengan Anda? Sebagai pemimpin, sudahkah
Anda melakukan poin-poin
dalam bisnis Anda?
** Coach Suwito Sumargo:
The Winner Supportive Coach Award & System Award 2014 (Business Excellence
Forum Award 2014)
0 komentar:
Posting Komentar