Hampir
semua teman, kolega, maupun klien yang mendengar kalimat itu (judul di atas), mengernyitkan
dahi dan bertanya apa maksudnya. Saya sadar, ini bukan kalimat yang bisa
menjelaskan maksud saya dengan lugas dan jelas. Melalui artikel ini, saya akan
menjelaskan maksudnya secara runtut.
Sebelum
menjadi seorang coach
(pendamping/pelatih bisnis), saya adalah seorang eksekutif di perusahaan
multinasional, dengan tanggung jawab di bagian penjualan dan pemasaran, baik
itu di dalam Indonesia maupun di luar Indonesia (Asia Tenggara). Sejak saat itu
hingga 9 tahun kemudian ketika saya berpindah haluan menjadi Business Coach, kecintaan saya yang terutama
tetap berada di dunia sales dan marketing.
Nah,
pengalaman dan ilmu ini pula yang sekarang sedang saya 'tularkan' kepada para
pengusaha yang ingin mengembangkan penjualan (omzet) dan laba perusahaannya maupun para pembaca yang sedang
menyimak artikel ini.
Ada
(terlalu) banyak sebenarnya buku-buku sales dan marketing yang sangat baik
menuliskan dan mengajarkan proses penjualan, proses pemasaran, proses
negosiasi, dan proses lainnya. Namun, justru karena begitu banyaknya buku yang
membahas tentang sales dan marketing ini pula, banyak pelaku bisnis
menjadi tidak clear lagi, apa
sebenarnya yang perlu jadi titik perhatian di setiap prosesnya.
Tantangan
utama dalam sales dan marketing, sebenarnya BUKAN pada kemampuan
kita membuat solusi, melainkan membuat strategi.
Jika
saya bertanya: masalah apa paling umum dikeluhkan oleh pelaku bisnis yang
berhubungan dengan penjualan? 9 dari 10 akan mengatakan: "OMZET".
Berarti kalau disederhanakan, masalah dari divisi penjualan adalah omzet.
Ini
jebakan yang berbahaya. Bagaimana cara kerja otak manusia jika dihadapkan pada
sebuah masalah? Pasti mencari SOLUSI bukan?
Padahal
omzet tidak mungkin dicarikan solusi, karena omzet adalah efek dari sebuah
strategi. Jika strateginya kurang tepat maka omzetnya buruk. Demikian juga
sebaliknya, jika strategi-nya tepat dengan sikon marketnya, maka hasilnya akan
baik.
STRATEGI Tidak Sama Dengan SOLUSI
Kesalahpahaman
ke-2: Banyak pelaku bisnis menyamakan strategi dengan solusi untuk mencapai
omzet yang diinginkan. Padahal kedua hal ini TIDAK SAMA.
Contoh:
Apa strategi Anda untuk travelling dari
Surabaya ke Jakarta?
Jawab:
Saya akan memilih jalan darat, lewat pantura, dengan mengendarai kendaraan MPV
pribadi saya, tanpa sopir. Kemudian rencana pitstop saya di kota a, b, c, dsb.
Ini
adalah jawaban untuk strategi travelling dari Surabaya menuju Jakarta. Lalu
kemudian jika saya ubah pertanyaan tersebut: Apa solusi Anda untuk travelling dari Surabaya ke Jakarta?
Secara
semantik (ilmu makna), ini berarti sebelumnya sudah ada permasalahan dan perlu
dicarikan solusinya. Logikanya kalau tidak ada masalah riil, maka pertanyaan
kedua tidak bisa dijawab, karena kita belum tahu, masalah apa yang bisa muncul
di tengah perjalanan Surabaya-Jakarta. Dan apabila kita memilih strategi
melalui jalur pantai selatan maka masalah-masalah yang timbul akan berbeda dari
masalah-masalah dengan strategi melalui Jalur Utara, bukan?
Mari
kita gunakan logika ini untuk dunia Sales dan Marketing.
"Apa
solusi anda untuk meningkatkan omzet 200% dari bulan lalu?" Pertanyaan ini
tidak tepat, karena:
1. Kita jadi sibuk
menebak masalah apa yang bisa muncul. Hal ini bisa menghabiskan waktu, karena belum
tentu masalah itu riil.
2. Kita jadi berasumsi
jika bisa memecahkan permasalahan yang kita bayangkan, maka omzet akan naik
200% secara otomatis. Asumsi yang berbahaya!
3. Kemungkinan besar
kita akan melakukan langkah dan strategi yang sama dengan dibumbui cara-cara
untuk memecahkan masalah. Ini tidak akan berguna.
Omzet
adalah efek dari STRATEGI yang tepat dengan kemampuan memecahkan masalah yang
timbul dari penerapan strategi tersebut.
Lalu,
bagaimana kita seharusnya bertanya? "Apakah
ada jalan/cara lain untuk meningkatkan omzet 200% dari bulan lalu?" Atau
"Bila anda saya minta melupakan
cara yang selama ini dipakai, apa cara anda untuk mencapai omzet 200%?"
Pertanyaan-pertanyaan
itu akan membuat otak kita "scanning"
kemungkinan-kemungkinan lain mencapai sebuah tujuan. Inilah yang disebut
STRATEGI.
Lalu,
kapan waktu kita untuk menggunakan kemampuan memecahkan masalah atau menerapkan
Problem Solving Skill yang kita
miliki? Baca dalam “Masalah Terbesar di
Marketing dan Selling Adalah Terlalu Fokus Memecahkan Masalah” part 2 Minggu
depan (16/10/14).
0 komentar:
Posting Komentar