Cerita dan hiruk pikuk demo para taxi melawan Uber, GrabCar
dan GoJek di Jakarta sangat santer hari-hari ini. Banyak review dilakukan
apakah pemerintah yang salah atau regulasinya yang sudah uzur. Namun sebenarnya
hal ini boleh dikatakan tidaklah baru. Cerita bisnis baru menggeser bisnis
lama, dan kemudian muncul protes (dari pihak yang tergeser) sangatlah lazim dan
sudah sejak awal ‘hukum’nya demikian.
Masih ingatkah, ketika beberapa tahun lalu pemerintah
melarang perusahaan plat merah mengadakan meeting
dan gathering di hotel berbintang
dengan alasan penghematan budget? Apa
yang terjadi? Asosiasi perhotelan serta-merta protes dan merasa sangat
dirugikan, karena omzet mereka langsung terjun bebas akibat kebijakan tersebut.
Sebenarnya jika kita menilik hal-hal di atas dengan pikiran jernih,
siapa yang salah? Siapa yang paling bertanggung jawab atas keberlangsungan
bisnis kita? Mengapa kita menyalahkan pihak lain jika memang kita yang gagal
mengantisipasi perubahan itu sendiri?
Lalu jika kita ingin mengantisipasi, apanya yang diantisipasi?
Berikut ada 5 tanda yang sangat kuat mengindikasikan bahwa
bisnis anda di ujung tanduk, dan jika tidak segera diambil sikap, anda akan
tergeser baik oleh kompetitor, kebijakan baru, atau apapun juga.
1.
Hilang atau Pudarnya Nilai Jual
Artinya, bisnis anda yang dulu terkenal karena
sesuatu, sudah tidak lagi mengundang konsumen. Contoh jika ada hotel yang
terkenal karena muffin-nya atau cake-nya, akhir-akhir ini pembeli muffin
dan cake-nya tidak ada atau menurun
drastis.
Jika toko anda terkenal kecepatannya dalam
melayani, akhir-akhir ini dikomplain atau tidak mampu melayani secepat
sebelumnya. Coba silahkan renungkan, apa yang menjadi kekuatan anda awalnya
yang sudah tidak lagi menarik konsumen, atau konsumen sudah tidak lagi merasa
butuh kekuatan anda itu?
2.
Tidak Adanya Kompetitor yang Setara
Memang siapa yang tidak ingin bisnis monopoli?
Tentu semua juga mau, tidak ada kompetitor, setting harga bisa seenaknya
sendiri, konsumen mau tidak mau, suka tidak suka harus beli ke anda. Enak bukan?
Namun, justru di sinilah letak resikonya.
Bisnis monopolistik tidaklah alamiah, dan apa yang tidak alamiah, tidaklah
langgeng.
Atau
mungkin, bisnis anda tidak monopolistik, dan ada pesaing-pesaing yang dulunya
cukup kuat bermain di pasar yang sama, namun akhir-akhir ini mereka hilang satu
per-satu.
Tunggu dulu, jangan cepat-cepat mengasumsikan
anda telah menang telak. Karena ada kemungkinan lainnya. Yaitu bidang bisnis
anda sudah ditinggalkan oleh kompetitor karena satu dan lain sebab. Prinsipnya:
selalu baik untuk memiliki kompetitor yang setara, karena paling tidak kita
masih bisa yakin pasarnya masih menggiurkan.
3.
Tergantung Pihak Lain Secara Terus Menerus
Ini yang terjadi di bisnis-bisnis yang
mengandalkan kebijakan pemerintah, momen-momen tertentu, hari-hari tertentu,
konsumen-konsumen tertentu. Bisnis yang semacam ini tidak akan berlangsung lama
dan istilah saya ini adalah bisnis musiman semata.
Yang menjadi rumit adalah jika bisnis musiman
ini kebetulan "musim"nya panjang sekali, sehingga perlahan-lahan
terlena dan berasumsi, memang bisnis saya ini harusnya seperti ini terus
ramainya, terlepas dari musim apapun juga.
Coba direnungkan, kapan waktu yang paling puncak
di bisnis anda? Mengapa waktu-waktu tersebut sangat ramai konsumen? Apa yang
terjadi bila moment itu 'tidak ada lagi'? Berapa omzet yang tersisa?
4.
Jarang Belajar dan Tidak Ada Waktu Untuk Riset
Ini cukup banyak terjadi di bisnis. Terlalu
sibuk mencari uang sehingga tidak ada waktu untuk belajar. Terlalu sibuk
mikirkan bagaimana bayar hutang, sehingga tidak ada biaya yang dialokasikan
untuk riset, pengembangan produk dan SDM.
Harap diingat, tidak ada yang lebih
berkepentingan untuk mengembangkan bisnis anda, selain anda sendiri. Jangan
mengandalkan konsumen untuk memberikan masukan dan ide-ide tentang model produk
dan jasa apa yang mereka sukai ke depannya. Konsumen sendiri pun tidak tahu dia
bakal suka apa di kemudian hari, maka walaupun anda melakukan survey
berkali-kali untuk menanyakan kesukaan konsumen, suatu saat konsumen itupun
akan meninggalkan anda, karena ada provider baru yang lebih
"menyenangkan" dia, lebih dari perusahaan anda mampu berikan.
Silahkan direnungkan, kapan terakhir kali anda
secara serius mengembangkan diri dan tim anda?
5.
Kritikus Diberangus
Yang terakhir, dan yang paling krusial adalah,
tidak adanya orang yang mampu, atau rela mengkritik anda untuk kebaikan anda
dan bisnis anda.
Jika anda
meeting dengan anak buah anda, dan tidak satupun mau menyanggah pendapat anda,
hati-hatillah, ini termasuk kategori yang ke-5 ini.
Jika anda tidak ada lawan bicara dan diskusi
bisnis yang sehat dan terbuka. Ini juga masuk kategori ini. Jika anda
punya tim yang lebih rela dianggap pasif daripada aktif dan beresiko dimarahin
anda, ini juga hati-hati.
Jika anda punya tim yang berani bicara dan
memberikan masukan, namun anda tidak mampu mem-follow up dengan baik, sehingga lama-lama tim anda
"malas" memberi masukan lagi. Ini juga termasuk kategori ini.
Singkat kata, siapakah yang bertugas di
perusahaan anda untuk terus menerus men-challenge
anda? dan apakah anda secara sadar memfasilitasi mereka untuk berpikir kreatif
secara berkelanjutan?
Silahkan direnungkan.
Salam the NEXT Level!
* Coach Humphrey Rusli:
-
Pelatih
bisnis dengan pengalaman International Marketing selama lebih dari 15 tahun.
-
Pemenang
International Coach of The Year 2012
(Australia), 2013 (Beijing) dan 2014 (Jakarta).
- Telah
membantu kliennya meraih peningkatan profit dari 20% hingga 2000% melalui
sesi-sesi coachingnya.