Hidup
di ERA hyper-modern dengan persaingan bebas, membuat kita sadar
akan keterbatasan manusia di dalam menjawab berbagai tantangan hidup. Kreativitas
dan daya pikir canggih semata, tidak
lagi berhasil membawa kita memenangkan persaingan. Bahkan, sering kali tidak (atau terkesan
tidak) ada pengaruhnya sama sekali terhadap peningkatan kualitas
performa/kinerja perusahaan. Tentunya saya tidak berpendapat bahwa kreatifitas
dan kepandaian kognitif tidak berguna lagi. Justru ini sangat berguna sekali untuk
kemajuan suatu organisasi.
Namun,
harus diakui bahwa kualitas manusia (baca: intelektualitas SDM) yang baik tidak
menjamin peningkatan kemajuan suatu organisasi, dan tidak lagi berbanding lurus
dengan progress yang kita inginkan.
Banyak direktur, bahkan C-level
profesional yang sangat pandai dan berpengalaman belum dapat mengeksplorasi
segenap kemampuannya untuk aktualisasi dan eksistensi perusahaan dimana mereka
berkarya.
Sering
saya menemui, banyak
organisasi dan entitas
bisnis mengambil jalan
pintas dengan menginvestasikan dana yang cukup signifikan untuk remunerasi top
managers mereka. Toh, ini pun dirasa kurang menjawab tantangan SDM kita. Lalu
apa yang “missing”?
Dari
literatur yang saya
baca ( Instant Team Building by Bradley J. Sugars – Founder and Chairman of
ActionCOACH), dan dari pengalaman saya pribadi, manusia dikategorikan menjadi 4
bagian yang saling terkait dalam menunjang performa seseorang. Empat hal itu adalah:
Body, Mind, Heart, and Spirit.
Body
adalah kekuatan dan kesehatan fisik seseorang. Mind adalah inteligensia kognitif,
kesadaran atau “awareness” dalam bekerja. Nah itu dua bagian pertama yang
paling bisa diukur dengan metode konvensional (biasanya melalui sistem absensi)
dan KPI (Key Performance Index). Dua bagian
yang pertama ini biasanya lazim diaplikasikan pada pasukan ujung tombak,
pekerja (staff), supervisor dan
pelaksana lapangan.
Lalu
ada 2 bagian yang terakhir yaitu Heart and Spirit, yang kalau diterjemahkan
secara bebas berarti kemampuan seseorang untuk berpikir dengan segenap hati dan
jiwa. Dua bagian terakhir
inilah yang wajib dikembangkan dan dimiliki oleh semua lapisan, terutama untuk level
paling tinggi (top-tiers management
people).
Nah, kalau diibaratkan mobil,
memiliki tim
dengan 2 bagian pertama saja yaitu body
and mind itu seperti menjalankan mesin dengan sepertiga power saja,
sedangkan apabila menggunakan keempat bagian di atas, maka kita
laiknya menaiki mobil dengan power 100%. Bayangkan betapa dahsyatnya performa
organisasi tersebut apabila top tiers
kita menginisiasi keempat
bagian tersebut. Lalu bagaimana agar organisasi kita bisa menciptakan tim yang bekerja secara
100%?
Di dalam perusahaan,
pada umumnya “tanggung jawab” ini dilimpahkan ke divisi HR (Human Resource) untuk melakukan “Touch
Up” kepada aset SDM yang bersangkutan. Disini peran HR sangat penting sekali di
dalam memfasilitasi perkembangan SDM secara holistik.
Namun,
karena banyaknya permasalahan SDM yang dihadapi, dan terutama di level pekerja
atau staff, maka fungsi untuk mengoptimalkan SDM di level tinggipun terkesan
ala kadarnya dan bahkan diabaikan. HR team lebih intens melakukan Internal Training, Skill Improvement,
Out Bound, Recruitment, Induction
Program, sampai menyesuaikan regulasi internal dengan kebijakan pemerintah
mengenai perupahan
dan buruh.
Permasalahan
umum yang kedua, biasanya HR people akan “sungkan” dan merasa tidak nyaman
untuk menelurkan program pemberdayaan Top
Tiers Management, yang notabene adalah atasannya sendiri. Walaupun semua pihak paham pentingnya “constant people development”, toh pada
umumnya top level management, dan C-Level (CEO, COO, CMO, CFO) jarang tersentuh
secara sinifikan.
Padahal di level inilah
kebijaksanaan executive
dihasilkan dan akan menentukan arah masa depan perusahaan. Nah, kalau begitu
siapakah yang paling berkompeten untuk meng-upgrade
top level management?
Dalam
satu dekade terakhir ini,
HRD sudah mengembangkan dan menambah fungsinya dari sekedar mengurusi SDM menjadi
mengembangkan SDM. Makna dan singkatannya pun sudah disesuaikan dari versi lama
HRD (Human Resource Department)
menjadi versi baru HRD (Human Resource
Development).
Lalu
apa perbedaan antara versi lama dan versi baru? Perbedaan pertamanya terletak
di FOKUS utama untuk mengoptimalkan segenap aset SDM yang ada dari Top to
Bottom, dari CEO ke Front Liners.
Perbedaan
yang kedua terletak pada proses melibatkan top
tiers, director, dan managers
untuk menjadi katalis pengembangan ke anak buahnya masing – masing, yang
apabila dilakukan secara sistemik bukan saja organisasi secara keseluruhan akan
maju, tapi juga kemampuan leadership dan
peningkatan performa di setiap individu di top level management juga akan
meningkat. Lalu skill
apakah yang harus dipelajari dan diaplikasikan oleh para C-Level people?
Ketrampilan
ini adalah “COACHING SKILL”, skill atau ketrampilan yang diperkenalkan pertama
kali di Dunia Barat (di Amerika,
kemudian menyebar di dataran Eropa) dan telah banyak dipelajari oleh Executives perusahaan-perusahaan besar di
dunia.
Sama
dengan skill atau ketrampilan
lainnya, Coaching Skill bisa dipelajari dan terbukti membawa perubahan
positif di organisasi yang
mengapliaksikannya. Coaching Skill bermuara pada sebuah disiplin ilmu yang
disebut sebagai Positive Psychology.
Prinsip
dasar dan inti dari Coaching adalah “Self-Directed Learning”, atau pembelajaran/ pengembangan diri
yang mengacu kepada kesadaran yang bersumber dari dalam diri pribadi itu
sendiri. Coaching akan membawa segala sesuatu yang sudah kita pelajari, dari
pengalaman, dari bangku sekolah, dan
dari manapun yang tersimpan di benak kita, untuk kemudian me-rekonstruksikan pengalaman
dan informasi-informasi
tersebut dalam menjawab
tantangan-tantangan sulit
yang kita hadapi pada saat ini.
Skill
ini akan membawa setiap individu ke Top Performance mereka dan mereka akan
benar-benar menjadi aset perusahaan yang
paling berharga. Sudah siapkah
anda membawa perusahaan dan diri anda sendiri “to be the best you can be”?
Salam The NEXT Level!
* Coach Humphrey Rusli:
- Pelatih
bisnis dengan pengalaman International Marketing selama lebih dari 15 tahun.
- Pemenang
International Coach of The Year 2012
(Australia), 2013 (Beijing) dan 2014 (Jakarta).
- Telah
membantu kliennya meraih peningkatan profit dari 20% hingga 2000% melalui
sesi-sesi coachingnya.