Gimana ya caranya,
supaya karyawan saya itu selalu melaporkan setiap ada perkembangan atau
perubahan? Pagi itu kami sedang membicarakan peran salah seorang Supervisor,
yang diberi tugas mengawasi proses produksi di sebuah pabrik.
Si Supervisor ini bertugas mengawasi proses produksi,
sejak penyediaan bahan baku, kebutuhan alat-alat penunjang sampai dengan
mengawasi mutu dan menghitung jumlah produksi. Ini pekerjaan rutin, sepanjang
tahun.
Sang Boss lalu menceritakan salah satu contoh kasus.
Ketika terjadi perbedaan mutu bahan baku, maka proses
produksi harus segera disesuaikan atau disetting ulang. Ini tahapan yang
krusial dan harus dilakukan secara hati-hati. Sang Boss ini tipikal orang yang
kepo (selalu ingin tahu) perkembangan proses produksi.
Biasanya, Sang Boss menanyakan situasi di pabrik
sampai 4-5 kali dalam sehari. Maklum, bila proses setting ini tidak dilakukan
dengan cermat atau terlambat, maka perusahaan mungkin akan menanggung kerugian
yang cukup besar.
Saya menanyakan, apakah ada seseorang yang bisa diberi
tanggung jawab dalam hal pengawasan proses setting ini? Sang Boss berpikir
sejenak, yang paling memungkinkan ya si Supervisor ini.
Lalu saya bertanya lagi, bila si Supervisor diberi
tanggung jawab, apa saja yang harus dia lakukan? Selanjutnya, kami pun terlibat
dalam diskusi tentang upaya melimpahkan tanggung jawab pengawasan proses
setting ulang kepada si Supervisor.
Alhasil, akhirnya ditemukan solusi bahwa untuk
mencegah agar proses setting ulang tidak terjadi sewaktu-waktu, maka dibuatlah
perencanaan produksi. Dalam perencanaan ini ada rincian, misalnya tahap
trial/percobaan untuk mengetahui apakah perlu dilakukan setting ulang. Atau
setiap kali ada pergantian bahan baku (beda supplier
atau beda batch), maka diperlukan
tahap trial/percobaan. Si Supervisor akhirnya tidak sendirian dan punya
asisten yang mengawasi proses produksi.
Bagaimana dengan keinginan Sang Boss agar karyawannya
selalu lapor? Ternyata, setelah ada perencanaan produksi dan tentu saja ada laporan
tentang proses produksi harian, Sang Boss lebih tenang.
Ehm...ternyata masalahnya bukan pada keharusan untuk
melapor, tapi memuaskan rasa kepo. Memang persoalannya tidak langsung tuntas. Sang
Boss butuh beberapa waktu, sebelum dia yakin bahwa semuanya berjalan lancar.
Selama 3 bulan, saya anjurkan Sang Boss tetap
melakukan kontrol secara diam-diam atau tersamar. Setelah 3 bulan, barulah dia
merasa aman. Saya lalu menganjurkan untuk tetap melakukan pengawasan tersamar
dengan interval 1 bulan 1x.
Pengalaman di atas merupakan salah satu tugas saya
sebagai Coach, yaitu membantu pemilik usaha agar bisa melepas kendali secara
bertahap, hingga akhirnya perusahaan bisa berjalan lancar tanpa keterlibatan
pemilik usaha.
Salam The NEXT Level!
* Coach Suwito Sumargo:
- Memiliki pengalaman
membangun Bisnis Keluarga dan franchise
otomotif yang sukses selama lebih dari 30 tahun.
- The Winner Supportive Coach of The Year 2014.
- The Winner System Award 2014.
- Telah banyak membantu
kliennya mendesain bisnis yang lebih efektif, lean dan lincah serta lebih
menguntungkan dengan mengurangi bahkan meniadakan kebocoran-kebocoran dalam
bisnisnya.
0 komentar:
Posting Komentar