Coach, gimana ya
caranya menentukan karyawan yang tepat untuk menduduki posisi sebagai wakil
saya? Sebetulnya saya punya beberapa pilihan.
Yang pertama, Adi. Orang ini kompetensinya lumayan, tapi
tidak mau menerima tanggung jawab yang lebih besar. Yang kedua, Budi. Yang satu
ini belum punya cukup keahlian, karena masih baru kerja beberapa bulan. Budi
ini direkrut karena orangnya antusias belajar, bahkan cenderung ambisius.
Hal itu ditanyakan seorang teman, yang juga pengusaha,
satu siang ketika kami makan bersama. Permasalahan ini bukan pertama kali saya
temui. Setidaknya, ada 4 kategori umum yang bisa diamati.
Kategori
pertama ialah orang-orang yang tidak punya cukup kemampuan (kecakapan) dan juga
tidak punya kemauan. Ini kategori amit-amit deh, kata teman saya itu sambil
menggelengkan kepala. Orang-orang yang termasuk kategori ini amat sulit
dikembangkan. Kategori ini tidak perlu kita bahas terlalu jauh. Kecuali Anda mau
mengerahkan segala kesabaran dan upaya, karena mereka yang termasuk kategori
ini tidak punya kemampuan sekaligus tidak ada motivasi dalam diri.
Kategori kedua, kebalikan dari pertama, yaitu mereka yang mampu dan mau, orang-orang
yang mau maju dan berkecakapan. Ini kelompok yang paling disukai, produktif dan
bekerja atas kemauan sendiri. Orang-orang yang termasuk kelompok ini tidak
banyak, dan kalaupun ada umumnya sudah atau sedang bekerja di perusahaan
ternama.
Berikutnya adalah orang-orang yang punya kemampuan tapi tidak punya
kemauan. Masih lumayan, mereka ini sebenarnya punya kecakapan tertentu. Tapi
enggan menggunakannya.
Dan golongan keempat adalah orang-orang yang mau tapi tak mampu. Yang
termasuk di kelompok ini relatif gampang ditolong. Mereka punya kemauan untuk
maju dan mereka hanya butuh pelatihan yang tepat agar kemampuannya meningkat.
Dua kategori terakhir inilah yang ‘dibingungkan’ oleh teman saya. Mana yang
lebih penting, kemampuan (skill) atau
kemauan (willingness)? Dua-duanya
penting, tergantung bagaimana cara kita mengetahui titik permasalahan dan
pemecahannya.
Jangan sampai, perusahaan sudah menghabiskan biaya banyak untuk memberikan
pelatihan, meningkatkan skill
karyawannya, ternyata problem sebenarnya adalah motivasi kerja. Demikian juga
sebaliknya.
Untuk mereka yang tidak punya kemauan, bila kita berniat memanfaatkan
kemampuan mereka, maka harus menemukan cara yang tepat untuk memotivasi.
Membantu mereka menemukan cita-citanya bisa merangsang mereka untuk lebih
produktif.
Berikan bimbingan atau konseling secara teratur, agar mereka mengenali
kemampuan diri sendiri, menumbuhkan kepercayaan diri, sampai akhirnya menemukan
alasan kuat mengapa mereka mesti bekerja sebaik-baiknya.
Nah, buat mereka yang sudah punya kemauan diri untuk terus memperbaiki
kemampuannya, tipe ini lebih gampang mengatasinya. Tidak ada hal yang tidak
mungkin buat mereka yang gigih belajar. Tinggal Anda yang memfasiitasi kemauan
mereka dengan memberikan pelatihan/ training skill tertentu yang dibutuhkan perusahaan.
Lebih lanjut, Anda bisa memberikan reward
bagi mereka yang berprestasi. Hal ini sebagai pancingan buat kedua kategori
ini, agar terus memacu kepercayaan maupun kemampuan diri.
Amati berapa orang karyawan Anda, yang termasuk kategori pertama, kedua,
ketiga atau keempat. Dan kini Anda tahu (sebagian) solusinya. Atau, Anda
mungkin perlu bantuan kami?
Salam The NEXT Level!
* Coach Suwito Sumargo:
- Memiliki pengalaman
membangun Bisnis Keluarga dan franchise
otomotif yang sukses selama lebih dari 30 tahun.
- The Winner Supportive Coach of The Year 2014.
- The Winner System Award 2014.
- Telah banyak membantu
kliennya mendesain bisnis yang lebih efektif, lean dan lincah serta lebih
menguntungkan dengan mengurangi bahkan meniadakan kebocoran-kebocoran dalam
bisnisnya.
0 komentar:
Posting Komentar