Apa bedanya antara merekrut seorang professional dan anggota
tim biasa? Mengapa gaji professional lebih mahal? Apa kriteria anak buah yang
sudah boleh dimasukkan ke kategori professional?
Ini pertanyaan-pertanyaan yang beberapa minggu lalu
ditanyakan oleh salah satu klien kami di ActionCOACH BaraCoaching. Sebuah
pertanyaan menarik yang sebetulnya cukup sederhana namun bisa menjadi barometer
seberapa dalam pemahaman seseorang akan bisnis yang digelutinya.
Berikut jawaban saya:
1.
Seseorang yang disebut professional memiliki keahlian khusus
dan bekerja atau mendedikasikan hidupnya untuk berkarya di bidang tertentu itu.
Sedangkan anak buah yang belum professional cenderung memiliki keahlian
standard namun mencakup lebih dari satu bidang.
Contoh: Professional Marketer berarti seseorang
yang mendedikasikan hidupnya untuk belajar dan berkarya melalui keahlian
memasarkan produk atau jasa. Keahlian inilah yang dijual kepada perusahaan yang
merekrutnya. Tidak semua marketer adalah seorang professional, karena bisa saja
orang yang ada di divisi marketing Anda tidak spesifik ahli di marketing namun
diperbantukan karena dianggap "lumayan" dalam menjual.
Pertanyaan untuk pemilik bisnis: Sudahkah Anda
merekrut tim berdasarkan skill yang
telah terukur atau masih cenderung yang penting "jujur" dan
"rajin" semata?
2. Seseorang yang
professional memiliki track record
positif yang konsisten di bidang sama dalam kurun waktu yang cukup signifikan.
Sedangkan yang non professional tidak atau belum memiliki rekam jejak yang
konsisten.
Pertanyaan untuk pemilik bisnis: Sudahkah Anda
melakukan background check yang cukup
detail dengan 'Previous Employer'
sebelum Anda merekrut pelamar kerja?
3. Professional
direkrut karena memiliki skill atau
kemampuan yang secara specific
dibutuhkan perusahaan. Oleh karenanya yang merekrut logikanya harus "kalah
pandai" dalam bidang tersebut dibandingkan yang direkrut. Jadi kalau yang
merekrut masih lebih pandai dari yang direkrut dalam bidang tertentu, hampir
pasti bukan professional yang direkrut.
Pertanyaan untuk pemilik bisnis: Sudahkah Anda
lebih banyak bertanya dan minta solusi ke anak buah Anda, dan legawa mengakui Anda
kalah pandai dalam bidang tersebut? Ataukah Anda masih ketagihan memberikan pengarahan
dan "ngajarin" anak buah Anda?
4. Professional diberi
wewenang penuh dalam memutuskan hal-hal yang sesuai bidang yang dikuasainya.
Namun professional juga diberi resiko cukup tinggi jika gagal mengeksekusi
dengan baik. Dalam kata lain, jika anak buah yang direkrut masih
sedikit-sedikit tanya atau minta ijin atau minta approval ke Anda sebagai
pemilik bisnis, ini belum masuk kategori professional.
Pertanyaan untuk pemilik bisnis: Sudahkah Anda
membiarkan tim Anda berkreasi dalam batasan kemampuan mereka, ataukah Anda
masih sedikit-sedikit intervensi dengan dalih kuatir mereka buat salah dan
merugikan Anda?
5. Seorang
professional secara rutin dan berkala meng-up-grade
skill atau ketrampilannya dengan usaha dan biaya sendiri. Namun jika anak
buah Anda tidak melakukan pengkinian ilmu secara rutin, atau bahkan menunggu
di"sponsori" dulu oleh Anda sebagai pemilik bisnis, orang tersebut
belum masuk ke kategori professional.
Pertanyaan untuk pemilik bisnis: Sudahkah Anda memberikan waktu buat tim Anda untuk mengasah ilmu mereka dari waktu ke waktu? Ataukah Anda masih berprinsip waktu mereka sebaiknya 100% digunakan hanya untuk mencari uang buat perusahaan Anda?
Pertanyaan untuk pemilik bisnis: Sudahkah Anda memberikan waktu buat tim Anda untuk mengasah ilmu mereka dari waktu ke waktu? Ataukah Anda masih berprinsip waktu mereka sebaiknya 100% digunakan hanya untuk mencari uang buat perusahaan Anda?
6. Seorang
professional tahu kapan harus mengundurkan diri dari sebuah perusahaan ketika
dirinya merasa keahliannya tidak lagi dibutuhkan oleh perusahaan tersebut.
Sedangkan non professional akan berusaha mempertahankan posisinya walaupun
keahlian dirinya sudah tidak dibutuhkan perusahaan tersebut.
Pertanyaan untuk pemilik bisnis: Apakah Anda mempertahankan tim berdasarkan performa mereka ataukah Anda mempertahankan berdasarkan pemikiran "sayang kalau lepas, anaknya baik dan mau berusaha, apalagi cari orang baik jaman sekarang susah!"
Pertanyaan untuk pemilik bisnis: Apakah Anda mempertahankan tim berdasarkan performa mereka ataukah Anda mempertahankan berdasarkan pemikiran "sayang kalau lepas, anaknya baik dan mau berusaha, apalagi cari orang baik jaman sekarang susah!"
Nah, masih banyak perbedaan lainnya. Namun 6 poin di atas
adalah yang paling dominan, yang seyogyanya dipahami oleh pemilik bisnis.
Pertanyaan bagi professional yang membaca artikel ini: Sudahkah Anda
bersikap professional terhadap perusahaan yang merekrut Anda? Silahkan gunakan
6 paramater diatas untuk self-introspection!
Semoga bermanfaat.
Salam The NEXT Level!
* Coach Humphrey Rusli:
* Coach Humphrey Rusli:
- Coach
of the Year 2014 (BEF Award Indonesia 2014);
- Sales Coach of the
Year 2012 se-Asia dan Australia;
- Associate Coach of
the Year 2013 tingkat Internasional (44 negara).
0 komentar:
Posting Komentar