business-forum

coaches

More Video! Visit : BARACoaching Channel on Youtube

Kamis, 08 Oktober 2015

DISIPLIN..PERLUKAH DALAM USAHA? - By: Coach Ruaniwati*

Dalam seminar-seminar atau workshop yang kami adakan di ActionCOACH, dari semua peserta yang rata-rata pengusaha, jika ditanyakan pertanyaan ini, mereka setuju bahwa disiplin perlu dan penting dalam membangun usaha. Easier said than done!
Kenyataannya, jika kita dengan sungguh-sungguh menilai diri kita sendiri sebagai pemilik usaha, seberapa disiplin kita dalam mengelola usaha kita, jawabannya tentu sangat bervariasi.
Mungkin ada yang bisa disiplin melakukan usaha-usaha penjualan yang konsisten, tapi kurang di sisi keuangan, atau sebaliknya.
Sederhananya, jika kita membagi bidang usaha menjadi 2 bagian yaitu ofensif dan defensive, mari kita coba telaah yang bagian mana Anda lebih disiplin.
Ofensif adalah bagian perusahaan yang berhubungan dengan aspek ke luar, misalnya penjualan, partnership, suplier, dan lain-lain. Sedang yang bersifat defensive adalah yang berhubungan dengan aspek ke dalam, misalnya membangun tim, proses operasional, keuangan, dan lainnya.
Jadi, jika kita kembali ke pertanyaan awal tentang disiplin dalam usaha tentu semua aspek di usaha kita perlu disiplin. Misalkan dalam penjualan, apakah kita secara disiplin dan konsisten membangun hubungan dengan pelanggan kita, apakah kita menjaga ke-update-an data pelanggan? Seberapa sering kita memikirkan apakah kita  bias menjadi solusi bagi kesulitan pelanggan? Itu hanya salah satu contohnya.
Contoh lain di bidang keuangan misalnya, seberapa baik kita melakukan perencanaan budgeting di perusahaan kita dan kemudian disiplin menepati rencana yang kita buat?
Mungkin
akan lebih mudah jika kondisi perusahaan kurang baik atau pas-pas-an, sehingga kita akan lebih berhati-hati dalam mengeksekusi keuangan. Apa yang terjadi jika perusahaan kita sedang “naik” atau kondisi keuangan sedang baik? Apakah kita membelanjakan dengan disiplin sesuai rencana yang kita buat?
Yang sering saya temui sebenarnya tantangan paling sulit adalah mendisiplinkan pikiran kita sebagai pemilik usaha, apakah kita membiasakan meng-investasi-kan cukup waktu untuk memikirkan usaha dan bukan sekedar menjalankannya saja, mengikuti arus? Atau terjebak dalam operasional sehari-hari sehingga tidak cukup waktu (akhirnya sisa-sisa!) untuk memikirkan usaha kita?
Jadi bagaimana caranya untuk bias disiplin jika tantangannya begitu banyak? Apakah mungkin? Berikut beberapa tips yang menolong Anda untuk lebih disiplin:
1.     Temukan komunitas atau teman yang bisa sama-sama berkomitmen untuk berlatih disiplin.
2.     Carilah nilai “beyond money” di usaha Anda, apa yang Anda inginkan terjadi di perusahaan Anda? Apa yang membuat Anda bersemangat dan “hidup” untuk membangun usaha?
3.     Carilah orang ketiga yang bisa menilai perusahaan Anda dengan obyektif dan mampu melihat “blank spot” Anda.
Suatu tindakan sederhana yang dilakukan dengan disiplin dan konsisten akan menentukan hasil di kemudian hari.
Selamat Berlatih! Salam The NEXT Level!

* Coach Ruaniwati:
-          Pelatih bisnis yang telah makan banyak asam-garam di dunia Marketing, Branding dan Advertising selama lebih dari 15 tahun.

-          Aktif membantu para womanpreneur dan start-up entrepreneur melalui siaran radio di She 99.6 FM, Mercury 96.0 FM dan aktifitas belajar-mengajar di berbagai kampus terkemuka Surabaya. 

Senin, 05 Oktober 2015

The Ultimate Sales Training – With Petrokimia Gresik


The Ultimate Sales Training” untuk tim Petrokimia Gresik. Bertempat di Gedung Diklat Petrokimia, acara ini berlangsung selama 2 hari (29-30 September 2015).
Training dibagi menjadi 2 sesi. Coach Ruaniwati selaku pelatih bisnis sekaligus pembicara di hari pertama, memaparkan teori dasar-dasar penjualan secara fundamental.

Sedangkan hari kedua, menghadirkan nara sumber yang berbeda, Erfina Hakim. Erfina selaku Head of Training Division BARACoaching Surabaya lebih menjelaskan sisi mentalis seorang sales. Jadi lebih mengarah pada teknik apa saja untuk jadi tenaga sales yang handal.

Banyak hal dikupas dalam training ini. Mulai dari bekal seorang sales, tipe sales, tantangan apa saja yang dihadapi dan bagaimana menghadapinya, sampai mengenal karakter setiap peserta melalui tes DISC. Para peserta juga aktif berdiskusi dan share pengalaman mereka dengan pembicara. 

RESPON CEPAT - By: Coach Suwito Sumargo**

Santap siang dengan menu kesukaan di depot favorit...ehm, yummy. Tapi kali ini beda. Setelah menyiram kuah ke piring nasi dan lauk, 1 sendok pertama pun masuk ke mulut. Oops...rasanya lain, nggak seperti biasanya, kali ini terasa asin. Saya coba lagi sendok kedua...tidak salah, terasa amat asin.
Saya pun menoleh ke si penjual sembari bertanya: "Bisa minta kecap manis?"
Si penjual balik bertanya: "Kenapa?"
"Asin," jawab saya sambil nyengir.
"Tolong jangan dimakan. Saya segera ganti dengan yang baru," jawabnya tangkas sambil bergegas masuk ke dapur.
Tak lama kemudian, pelayan menyodorkan 1 set menu baru.
"Yah, sudah pas," kata saya sambil mengacungkan jempol.
Dalam hati saya mengagumi, depot ini sudah memberikan layanan prima. Dia tahu tanda-tanda awal pelanggan yang bakal nggak puas. Saya memang pelanggan setia dan si penjual tahu pasti dengan kesukaan saya, yang notabene adalah menu standard mereka.
RESPON CEPAT, itu kata kuncinya.
Di banyak perusahaan, respon atas complaint seringkali lambat. Bahkan berbelit, seolah si pengusaha menolak dicomplaint. Seolah kesalahan itu ada pada pelanggan. Alhasil, pelanggan pun ngomel: "Pengusaha kok mau menangnya sendiri". Perusahaan seperti ini sangat mungkin ditinggalkan pelanggannya.
So, apakah Anda sudah memiliki team yang mampu memberikan respon cepat, untuk mempertahankan kepuasan pelanggan?


** Coach Suwito Sumargo: The Winner Supportive Coach Award & System Award 2014 (Business Excellence Forum Award 2014)

Jumat, 02 Oktober 2015

MENGAPA MUDAH SUKSES? MENGAPA SULIT SUKSES? - By: Coach Humphrey Rusli *

Mengapa ada orang yang mudah mencapai SUKSES namun ada yang sulit sekali mencapai SUKSES?
Sebetulnya judul dan konten artikel semacam ini sudah jamak dikupas oleh banyak pihak. Saya sempat ingin mengubah judul dan kontennya. Namun setelah saya pertimbangkan ulang, saya rasa ada baiknya saya membahas ini.
Mengapa saya merasa ini penting? Ada sedikitnya 2 alasan mendasar:
1.  Ada kesalahkaprahan konsep sukses di banyak pengusaha.
2. Metode dan cara mencapai sukses yang demikian banyak, sehingga lebih banyak membuat rancu daripada memberikan "clarity".
Mari kita bahas satu per satu.
Arti sukses untuk masing-masing individu tentu tidaklah sama. Bagi sebagian orang, materi adalah tolak ukur utama. Namun bagi sebagian orang lainnya kebebasan waktu justru yang menjadi incaran utamanya.
Silahkan para pembaca menentukan definisi sukses sesuai selera masing-masing. Harap diingat, sukses pertama-tama bukan tergantung standard atau norma orang lain yang diukurkan kepada kita. Namun lebih pada progress (proses evolusi) dari kita yang tahun lalu dibandingkan kita yang tahun ini, tahun ini dibandingkan tahun depan. Begitu seterusnya.
Intinya setiap pribadi hanya boleh membandingkan ke pribadi masing-masing dari waktu ke waktu. Ini adalah cara melihat sukses yang benar. Lalu, apakah boleh kita membandingkan diri sendiri terhadap kesuksesan orang lain? Tentu boleh, namun sekali lagi jangan dibandingkan secara langsung. Bandingkan progress orang tersebut dari versi yang dulu dan versi yang sekarang. Seberapa cepat prosesnya; apa saja langkah-langkah yang dia ambil; apa strategi-strategi yang dipilih; siapa yang menginspirasi orang tersebut, dan sebagaianya.
Dari sini baru kita bandingkan proses kita terhadap proses orang tersebut. Apa yang bisa kita tiru, apa yang sudah sama, dan lain sebagainya. Ini yang saya maksudkan dengan konsep berevolusi yang benar untuk mencapai sukses di setiap individunya.
Berikutnya adalah metode untuk mencapai sukses tersebut. Ada literally ratusan buku bahkan ribuan buku yang menjelaskan langkah demi langkah untuk mencapai sukses dalam hidup, keluarga, karier, bisnis, dan aspek-aspek lainnya. Saya tidak ingin membahasnya di dalam artikel ini. Saya lebih tertarik untuk melihat software bawaan manusia yang memang sudah ada sejak lahir dan merupakan karunia dari Sang Pencipta.
Selalu menjadi hal yang menggelitik buat saya, jika sama-sama manusia, mengapa ada yang cepat perkembangannya untuk mencapai sukses, dan mengapa ada yang lambat? Apakah karena lingkungannya? Ok. Jikalau begitu, mengapa ada yang sama-sama dibesarkan di lingkungan yang hampir identikal, namun ada yang berprestasi gemilang sedangkan yang lainnya tidak?
Mungkin karena ilmunya. Ok. Mengapa ada orang yang sama-sama sekolah, berpendidikan sama, namun ada yang lebih "moncer" dalam kehidupannya dan yang lainnya biasa2 saja? Mungkin sampai sini, bisa-bisa jawabannya adalah, "mungkin karena beda nasibnya!". Mungkin betul. Atau mungkin juga tidak.
Ada sebuah penelitian menarik yang cukup dalam membahas fenomena ini. Tahukah anda bahwa manusia normal berbicara dengan dirinya sendiri rata-rata 60.000 kali dalam sehari, atau satu kali per detik, secara terus menerus, secara konstan, dan sering dibawah alam bawah sadar kita?
Dalam penelitian tersebut, manusia yang cenderung lebih sukses ternyata sangat selektif memilih "topik" yang akan diperbincangkan dengan diri sendiri. Berikut perbedannya: orang normal lebih sering mengisi 60.000 kali percakapan itu dengan:
  1. Statement jargon.
Contoh: "Hmm.. Mobilnya bagus" ; "Orang itu tidak tahu aturan" ; "Hari ini panas" ; "Macetnya jalan!" ; "Saya bakal terlambat"...dan seterusnya.
2.    Pertanyaan yang tidak berpengaruh langsung dengan dirinya atau tidak bisa dipengaruhi oleh kekuatannya:
Contoh: "Kok Presiden kita ndak mau segera ambil keputusan ya?" ; "Orang itu kok mau ya nikah sama cewek itu?" ; "Gimana ya kalau seandainya saya dulu kerja di perusahaan itu, bukan di perusahaan sekarang ini?”...dan seterusnya.
Coba perhatikan. Setiap hari otak kita penuh dengan hal-hal seperti di atas. Ini sebetulnya bukannya salah dan sah-sah saja. Namun sayangnya tidak membuat kita lebih berkembang. Lalu apa yang dibicarakan oleh orang-orang yang lebih cepat suksesnya terhadap dirinya sendiri dibandingkan orang rata-rata?
  1. Pertanyaan yang lebih membangun atau menchallenge diri sendiri.
Contoh: "Apa yang bisa saya lakukan lebih baik dari kemarin?" ; "Apa yang tidak saya ketahui, dan menghambat saya?" ; "Kebiasaan apa yang harus saya hentikan?" ; "Kebiasaan apa yang harus saya ganti?" , "Proses apa yang lebih ringkas dan efisien?"...dan lain sebagainya.
  1. Statement yang menempatkan diri sendiri sebagai subjek utamanya.
    Contoh: "Mungkin saya harus berubah" ; "Kelihatannya kemarin saya salah langkah" ; "Orang itu suka karena saya melakukan xyz" ; "Saya ternyata benar memutuskan, syukurlah!"...dan seterusnya.
Mari kita perhatikan perbedaan dari contoh-contoh di atas, antara  orang normal dan orang yang cenderung lebih cepat sukses. Mana yang lebih sering kita lakukan dalam kehidupan keseharian kita?

Semoga bermanfaat!
Salam the NEXT Level!

* Coach Humphrey Rusli:
- Coach of the Year 2014 (BEF Award Indonesia 2014);                                                 
- Sales Coach of the Year 2012 se-Asia dan Australia;
- Associate Coach of the Year 2013 tingkat Internasional (44 negara).