Coach Suwito Sumargo - The Most Supportive & System Coach Award 2014 (BEF Indonesia 2014) |
Danny : “Gimana nanti pembagian sahamnya?”
Tono : “Gampanglah bisa diatur, yang penting kita jalan dulu.”
Danny : “Terus kapan kita mulai?”
Tono : “Gampang kalau uang investornya udah cair.”
Tono : “Gampanglah bisa diatur, yang penting kita jalan dulu.”
Danny : “Terus kapan kita mulai?”
Tono : “Gampang kalau uang investornya udah cair.”
Bila Anda adalah Danny, apakah akan melanjutkan kerjasama ini?
Ada beberapa hal yang mesti diperhatikan dalam memilih partner bisnis.
Karakter
Beberapa orang/ pengusaha memang punya gaya seperti Tono, yang mudah
mengatakan: “gampang”. Bagi Tono, tidak ada persoalan yang terlalu sulit
untuk dipecahkan. Ada dua kemungkinan melihat
seseorang dengan ciri seperti itu. Dia terbiasa menggampangkan atau menyepelekan masalah. Atau mungkin dia adalah seorang jenius dan selalu optimis bisa menyelesaikan masalah
(apapun).
Dalam cerita di atas, Danny yang sudah lama mengenal Tono, mungkin sudah paham karakter atau ciri-cirinya. Namun, bagi Anda yang tidak memahami, Anda bisa terkaget-kaget.
Perubahan Tono bisa terjadi dengan cepat, sementara
Anda masih mikir-mikir. Bila Anda tidak betul-betul memahami karakter orang seperti Tono, sebaiknya
Anda tidak bekerjasama dengan orang seperti ini.
Komunikasi
Komunikasi adalah kunci keberhasilan berhubungan
dengan orang lain. Itu kenapa, komunikasikan
segala sesuatu dengan jernih dan mudah dipahami. Sediakan waktu setiap hari dengan partner Anda, untuk
mengevaluasi pekerjaan atau sekedar sharing.
Keputusan yang Berbeda
Suatu saat, seorang karyawan membuat kesalahan fatal.
Partner bisnis Anda
menginginkan agar si karyawan di-PHK seketika. Sebaliknya, Anda cenderung memberi
kesempatan si karyawan untuk memperbaiki kesalahannya dan tidak serta merta
memecatnya.
Perbedaan seperti ini bisa menimbulkan rasa tidak
enak. Apalagi bila Anda tidak bisa memutuskan sendiri dan harus senantiasa
mempertimbangkan pendapat partner bisnis Anda. Perbedaan pendapat seperti ini tidak
pernah Anda alami sebelumnya. Celakanya, bila hal seperti ini terjadi saat
kerjasama sudah berjalan, maka akan sulit bagi Anda untuk melangkah mundur.
Cara seseorang bertindak atau memutuskan sesuatu,
dipengaruhi oleh pandangan hidup dan keyakinannya. Sebelum Anda memilih
seseorang sebagai partner bisnis, ada baiknya Anda kenali secara mendalam pandangan hidup dan
keyakinannya, yang tercermin dari tindakan dan cara pengambilan keputusannya.
Kompetensi atau Keahlian
Bekerjasama dengan partner yang punya kompetensi/ keahlian. Selain kompetensi atau skill sesuai dengan bisnis yang
dikelola, pilihlah partner yang punya
skill yang bisa menutupi kelemahan
atau kekurangan Anda. Misal Anda ingin membuka toko aksesoris, namun tidak tahu
seperti apa barang yang mesti didisplay,
atau dimana mendapatkan aksesorisnya, maka Anda bisa memilih partner bisnis yang menguasai hal itu.
Selain punya relasi dan klien usaha banyak, partner bisnis yang berkompeten
memungkinkan Anda bisa berkreativitas secara maksimal untuk memajukan bisnis
agar bisa diterima pasar.
Pembagian Tugas, Tanggung Jawab, Kewajiban
dan Hak
Bisnis itu ibarat kapal. Bagaimana jika dalam 1 kapal ada 2 nahkoda? Untuk menghindari perpecahan,
ketika Anda mulai membangun bisnis dengan partner, tuliskan rules of the game yang jelas. Seperti
apa pembagian tugas, tanggung jawab, hak dan kewajiban masing-masing dalam
kerja.
Pisahkan Harta Pribadi dari
Harta Perusahaan
- · Pisahkan rekening pribadi dan rekening bisnis. Jadi usahakan minimal punya 2 rekening yang berbeda. Pun dengan partner bisnis Anda.
- · Pastikan Anda dan juga partner menerima gaji, layaknya karyawan. Pergunakan gaji tersebut untuk keperluan pribadi. Jangan sampai mencampur adukkan uang perusahaan untuk keperluan pribadi.
- · Hindari sebisa mungkin penggunaan aset pribadi. Contohnya, perusahaan menggunakan kendaraan pribadi Anda atau partner untuk urusan perusahaan. Maka harus ada penghitungan secara profesional, misal dihitung sebagai sewa yang dibayar dengan uang perusahaan.
Jika Partner Bisnis Adalah Pasangan Hidup
- · Sebisa mungkin, bersikaplah obyektif terhadap pasangan Anda. Jika terdapat perbedaan pendapat dalam urusan bisnis, jangan sampai mengganggu hubungan personal dalam keluarga. Begitupun sebaliknya. Jadi, ketika Anda memutuskan untuk menjadikan pasangan hidup sebagai partner bisnis, maka Anda juga harus siap untuk bersikap profesional, dengan memisahkan antara urusan bisnis dan keluarga (pribadi).
- · Pemisahan aset bisnis dengan aset pribadi atau aset keluarga sejak awal. Usahakan memisahkan rekening pribadi dan bisnis. Selain itu, jangan pernah mencampur-adukkan keuangan perusahaan dengan urusan pribadi.
Apakah partner Anda adalah pasangan bisnis yang terbaik?
Lalu bagaimana jika masalah bisnis sudah sering (terlanjur) berujung pada masalah keluarga?
Share your problem or (success) story with our coach!
Facebook : fb.me/actioncoachsby
Dapatkan solusinya, langsung dari para pelatih bisnis Internasional!
0 komentar:
Posting Komentar