“Dalam 9 bulan terakhir, sudah 5 gelombang proses rekrutmen, sudah ratusan
surat lamaran yang masuk, sudah puluhan orang yang diwawancarai dan diberi
kesempatan masa percobaan, tapi tidak ada satupun yang betul-betul memenuhi
harapan manajemen”. Demikian keluhan seorang pengusaha.
Apa yang terjadi? Rasanya nggak masuk akal, begitu sulitnyakah untuk
mendapatkan karyawan jempolan? Apalagi ini hanya untuk posisi admin, yang
peminatnya berlimpah.
Selidik punya selidik, ternyata kriteria atau persyaratan yang diminta
adalah sebagai berikut:
* Wanita, usia 18-25, single
* Cermat, cepat tanggap, konsisten dan sanggup bekerja di bawah
tekanan
Wanita, usia 18-25 dan single...ini pasti mudah terpenuhi. Apalagi tidak ada
syarat pendidikan minimal atau keahlian tertentu.
Persyaratan cepat tanggap, sebetulnya tidak terlalu sulit dipenuhi. Atau
minimal proses seleksinya cukup gampang, karena mudah dikenali.
Ternyata kesulitannya di persyaratan berikutnya: cermat, konsisten. Tidak mudah menemukan orang muda yang
mau (dan mampu) bekerja dengan kecermatan tinggi. Apalagi dengan
konsisten. Belum lagi persyaratan: sanggup bekerja di bawah tekanan. Kombinasi
cermat, konsisten dan sanggup bekerja dibawah tekanan, merupakan persyaratan
tersulit.
Dalam rekrutmen, apakah pernah
terpikir, kesulitan yang kita hadapi, bukan hanya
karena SDM yang susah dicari, tapi juga karena ‘kesalahan’ yang kita lakukan. Salah satu contoh yang sering
tidak disadari adalah penggunaan bahasa dalam memasang lowongan kerja.
Sebagian
besar perusahaan mungkin banyak memakai kata-kata yang sedikit ilmiah untuk
menarik perhatian si pelamar. Selain terkesan ‘keren’, juga bisa menunjukkan
kualitas perusahaan. Hal ini tidak salah. Untuk beberapa kasus, penggunaan
bahasa ilmiah memang diperlukan. Misal ketika kita akan merekrut atau
me’nyasar’ orang-orang di level manajerial atau mereka yang berstrata
pendidikan tinggi.
Tapi pada
kasus seperti pengusaha di atas, yang tidak ada syarat pendidikan minimal, coba
kalimat cermat dan konsisten diganti menjadi: teliti, tekun, dan tidak mudah
bosan. Saya yakin kalimat yang lebih sederhana itu lebih mengena dan mudah
dimengerti oleh si pelamar. Dengan begitu, mereka juga dengan mudah punya
gambaran, apakah pekerjaan yang akan dilamar, sesuai atau tidak dengan karakter
mereka. Semoga bermanfaat!
Salam The
NEXT Level!
* Coach Suwito
Sumargo:
- Memiliki pengalaman membangun
Bisnis Keluarga dan franchise
otomotif yang sukses selama lebih dari 30 tahun.
- The Winner Supportive Coach of The Year
2014.
- The Winner System Award 2014.
- Telah
banyak membantu kliennya mendesain bisnis yang lebih efektif, lean dan lincah serta lebih
menguntungkan dengan mengurangi bahkan meniadakan kebocoran-kebocoran dalam bisnisnya.