business-forum

coaches

More Video! Visit : BARACoaching Channel on Youtube

Sabtu, 26 Juli 2014

FORUM RAMADHAN - BELAJAR PRINSIP RASULULLAH DARI KACAMATA BISNIS


Foto Bersama Para Coaches BARACoaching, Nara Sumber, dan Peserta Forum.
Ketotalan dan keprofesionalan Rasulullah dalam menjalankan pekerjaan merupakan salah satu teladan penting yang bisa diambil untuk dijadikan modal dalam bersaing di era bisnis sekarang ini. Hal ini disampaikan oleh coach Han Budiyono selaku salah satu pembicara dalam Forum Intelektual Bisnis bertajuk “Teladan Kepemimpinan Rasulullah bagi Pebisnis Abad-21, Kamis, 17 Juli 2014 lalu.
Acara yang diadakan untuk memperingati bulan suci Ramadhan ini, juga sebagai bentuk kegiatan ActionCOACH BARACoaching Surabaya sebagai salah satu lembaga yang mengedepankan pengembangan dan pembelajaran bisnis. Bertempat di Office BARACoaching, forum ini dihadiri oleh para pemilik bisnis, pegiat media, sampai para profesional dari berbagai bidang usaha.
Dalam salah satu diskusi, Adirifi, salah satu peserta dari SHE FM bertanya tentang seberapa penting sifat sabar dalam menunjang kesuksesan. Menanggapi hal tersebut, Kris Dwiantoro, sebagai salah satu nara sumber bertutur bahwa sabar merupakan kunci kehidupan. Sabar dibedakan menjadi beberapa tingkatan, diantaranya sabar dalam menerima ujian dan sabar dalam menjalankan perintahNya. Berbicara tentang sabar bukan hanya kemampuan untuk menahan diri, namun juga sabar yang tetap aktif.
“Sabar yang dimaksud disini adalah sabar yang tetap aktif. Aktif berusaha mencapai tujuan, namun hasilnya tetap hak Allah yang menentukan,” tegas pria yang juga pemilik PT. Nisrina Indonesia (Nisrina Hijab) ini.
Sependapat dengan itu, Yasir Salim, nara sumber kedua dalam forum menjelaskan, sabar adalah sikap menerima masalah yang terjadi, tapi tetap aktif mencari solusinya. Sebagai salah satu pengusaha kurma terlengkap di Indonesia timur, pemilik Lawang Agung ini juga pernah menghadapi masalah ketika menghadapi komplain dari pelanggan, bahkan disampaikan lewat media massa.
“Istri saya waktu itu sempat tanya kok masih bisa senyum. Justru kalau kita panik, kita malah tidak bisa mencari jalan keluarnya. Dengan sabar dan menahan diri kita memahami ada hikmah atau jalan keluarnya. Ini kita jadikan sebagai ajang untuk introspeksi diri, dan juga kesempatan untuk menghandling komplain pelanggan dengan baik, sehingga mencapai kepuasaan pelanggan,” papar pria yang mengaku memulai usaha dari nol ini panjang lebar.
Menyikapi tentang sikap sabar dalam bisnis, coach Han, sebagai salah satu pelatih bisnis Internasional lebih menjelaskan dari sisi bagaimana agar sabar itu bisa terbentuk.
“Sabar itu merupakan kemampuan untuk tetap tenang meskipun kondisi melawan kita. Ada dua hal yang perlu diketahui agar kita bisa sabar. Pertama, tahu mana yang benar dan mana yang salah. Kedua, mengetahui kemana ujungnya dan bagaimana cara menuju ke sana atau mencapainya. Nah, permasalahan dari sabar itu, sudah tahu jatuh, ada masalah, tapi tidak tahu ujungnya. Itu kenapa orang itu jadi emosi dalam menghadapi masalah,” tutur pelatih bisnis yang juga pendiri BARACoaching (ActionCOACH East Java-Bali) ini.

Silaturahmi dalam Bisnis
Selain sabar, salah satu kunci sukses bisnis dan dakwah Rasulullah adalah bersilahturahmi. Hal ini juga ditanyakan oleh Aries Syadzarwan dari Suara Surabaya sekaligus sebagai moderator acara.
Bila dihubungkan dengan praktek yang sudah dilakukan dalam bisnis, Pak Kris dari Nisrina mengungkapkan, selama ini pihak Nisrina banyak mendatangi perusahaan dan kantor-kantor untuk mengenalkan tentang hijab stylish. Jadi awalnya yang semula tdak tahu menjadi tahu. Dan keuntungannya, mereka juga mengenal lebh dekat tentang Nisrina.
“Dalam hadits disebutkan, bahwa shadaqah dan silahturahmi itu bisa memperbanyak rezki. Selama ini, selain mendatangi kantor-kantor, kita juga bekerja sama dengan sekolah-sekolah kejuruan, terutama yang punya jurusan tata busana untuk kita kenalkan hijab, sebagai salah satu ekstra kurikuler. Selain itu, kita juga selalu mengadakan gathering dengan agen dan distributor kita,” ungkap pria yang akrab disapa pak Kris ini.
Lalu kenapa dalam bisnis silahturahmi atau networking sering tidak berhasil?
“Satu elemen silahturahmi yang tidak boleh tertinggal adalah ikhlas, tidak dimulai dengan embel-embel. Kalau tidak begitu, maka keliatan sekali si pelaku lebih mengedepankan kepentingannya, tanpa peduli kepentingan calon partner,” jelas coach Han terkait hal ini.
Meneladani nilai-nilai Rasulullah dalam kehidupan, memang tidak akan pernah ada habisnya. Selama menjadi pedagang, Rasulullah dkenal dengan julukan Al Amin, artinya dapat dipercaya. Masalahnya, apakah kejujuran masih bisa diterapkan dalam bisnis dewasa ini?
“Dalam hal apapun, jujur adalah harga mati,” tegas Pak Kris. “Menurut saya Rasul adalah seorang yang jenius. Rasul melakukan hal berbeda dari pedagang lain. Dalam menawarkan barang, berbeda dengan pedagang lain, beliau memberi tahu dia membeli dengan harga berapa, terserah pembeli membeli dengan harga berapa” tambahnya.
Dalam berbisnis, pria berkaca mata yang senang tampil casual ini pun menerapkan sikap jujur dalam dunia bisnis. Salah satunya dengan membuka showroom barang produksi Nisrina yang ‘cacat’.
“Jadi bila ada cacat atau apa, bukan kita sembunyikan. Kita punya sendiri toko khusus untuk menjual barang-barang itu. Pengunjungnya pun tidak kalah ramai.”
Senada dengan itu, Pak Yasir juga berkata bahwa selama ini dia berusaha untuk menyampaikan informasi apa adanya kepada customer. Pria berdarah Arab ini juga mengungkap, banyak diajarkan tentang nilai kejujuran sedari kecil oleh sang Ayah.
“Kita menyampaikan informasi apa adanya kepada customer. Tidak ada yang ditutup-tutupi. Dalam dunia usaha misalnya, kurma yang kita jual selalu ada contohnya. Jika ada kurma yang tidak sesuai dengan contohnya, kita sampaikan. Jujur sebenarnya adalah kunci sukses Rasul dalam berdagang. Beliau menyampaikan, syarat dalam jual-beli, penjual dan pembeli harus sama-sama ikhlas. Kalau pembelinya tidak ikhlas maka hukumnya tidak sah. Dan penjual makan hak milik orang lain.”
Di akhir acara, coach Han memberikan kesimpulan tentang teladan Rasulullah apa saja yang bisa diambil untuk dijadikan modal dalam bersaing di era bisnis dewasa ini.
Yang utama adalah ketotalan dan keprofesionalannya dalam mengelola.  Jarang ada tokoh yang dikenal sebagai tokoh agama, sekaligus tokoh sekuler yang baik. Karena Rasulullah, profesional saat menjalankan usaha dan profesional saat berdakwah.
“Dalam dunia bisnis sekarang profesional seperti apa? Profesional dalam marketing, HRD, tim building, operasonal, sampai financial. Nah, ketika kita membenahi ini semua, kita bisa bersaing, dalam artian, bisa bertahan terhadap pukulan. Baru setelah melewati itu, kita bisa berekspansi,” ungkap coach Han.
Lebih lanjut, coach Han bertutur, dalam dunia bisnis, lawan kita adalah diri kita sendiri. Mengutip seorang Anthony Robbins, tugas utama dalam kehidupan adalah “be the best we can be”. Menjadi versi terbaik dari diri kita. Bukan menjadi lebih baik dari orang lain.
“Jadi selain kejujuran, maka  prinsip Rasulullah yang bisa kita teladani adalah totalitas dan profesionalisme beliau dalam semua bidang kehidupan, sehingga menjadi sosok yang sempurna,” tutup coach Han.
Selain forum diskusi dengan pemilik bisnis, acara ini dilanjutkan dengan buka bersama peserta dan anak yatim dari Panti Asuhan Assakinah Surabaya.

Senin, 14 Juli 2014

3 PROBLEM UTAMA DALAM PERUSAHAAN KELUARGA


Perusahaan keluarga merupakan cikal bakal berbagai perusahaan multinasional, bahkan yang mampu menembus usia puluhan hingga ratusan tahun. Meskipun begitu, mengelola perusahaan keluarga ternyata punya tantangan yang berbeda dengan perusahaan modern pada umumnya.
Ada 3 problem utama yang harus diperhatikan, agar tidak tergerus ‘arus’ persaingan dunia bisnis. Mulai dari perencanaan suksesi yang matang, tata kelola yang profesional, sampai masalah kesejahteraan.

1.      Suksesi
Menentukan anggota keluarga yang akan menduduki pucuk pimpinan pada suatu perusahaan keluarga, seringkali merupakan masalah yang pelik. Hal ini terjadi karena adanya gap antara orang tua yang sekarang memimpin dengan anak atau calon penggantinya. Gap tersebut antara lain dalam hal kapasitas, kapabilitas, karakter, kepemimpinan (leadership) ataupun keterampilan manajerial.
Demi menghindari masalah diatas, banyak orang tua yang mempersiapkan anaknya dengan lebih sungguh-sungguh. Antara lain menyekolahkan mereka ke sekolah-sekolah terbaik, termasuk mengirim ke luar negeri.
Ada juga orang tua yang memberikan kesempatan kepada anaknya untuk bekerja di perusahaan sendiri sejak dini atau usia muda. Bahkan mengharuskan anaknya untuk memulai karir dari jenjang terbawah.
Selain masalah gap, hambatan lain dalam suksesi, yaitu karena adanya budaya timur yang mengutamakan anak laki-laki (dan anak sulung) saja yang berhak sebagai penerus (pimpinan) pada perusahaan keluarga.
Perlakuan istimewa terhadap calon penerus ini tak jarang menimbulkan gesekan dengan para professional yang kadang-kadang justru memiliki banyak kelebihan atau keunggulan.
Masalah lain yang sering dikeluhkan adalah perbedaan karakter antara orang tua dengan calon penerusnya. Bila sang orang tua punya daya juang yang hebat karena memang ditempa oleh kehidupan yang penuh tantangan, maka sebaliknya si calon penerus justru hidup berkelimpahan sehingga tidak memiliki ketangguhan mental.
Dibanding 2 poin sebelumnya, pembentukan karakter pada calon penerus merupakan hal pertama yang harus diperhatikan. Isu gender dan tradisi timur lain mungkin bukan merupakan masalah utama.
Sedangkan tentang pemilihan sekolah yang baik, tampaknya lebih karena alasan lingkungan ketimbang mutu pendidikannya. Karena lingkungan inilah yang membentuk karakter seseorang.
Lalu apa yang bisa dikerjakan orang tua dalam mempersiapkan anak yang akan menjadi penerus?
Pembentukan karakter harus dilakukan sejak usia dini dan bahkan (bila perlu) mengharuskan si anak untuk bekerja di perusahaan lain, demi membentuk karakter, terutama sikap disiplin dan berani bertanggungjawab. Menyerahkan pembentukan karakter ke tangan orang lain yang mampu lebih tegas ketimbang orang tua kandung yang cenderung memanjakan.

2.      Tata Kelola dan Keterlibatan Anggota Keluarga
Seringkali terjadi, anggota keluarga (saudara kandung, sepupu atau paman-bibi) terlibat sejak awal dalam perusahaan keluarga. Awalnya keterlibatan ini memang menguntungkan, karena ada rasa saling percaya satu sama lain.
Permasalahan baru muncul ketika para anggota keluarga ini memperoleh keistimewaan yang tidak berdasar atau secara tidak fair. Keterlibatan anggota keluarga ini juga bisa berdampak makin buruk, bila mereka lebih mengedepankan hak selaku pemilik perusahaan.
Perusahaan keluarga yang dikelola secara tradisional, seringkali tidak mempunyai batasan kepemilikan. Berbeda dengan perusahaan-perusahaan modern yang kepemilikannya berdasarkan atas saham dan mempunyai struktur organisasi yang lebih profesional.
Untuk menghindari masalah ini, maka perusahaan keluarga sudah selayaknya menerapkan tata kelola yang lebih profesional, memiliki struktur organisasi, job description, dll., yang harus dipatuhi siapapun, termasuk anggota keluarga.
Tata kelola yang baik juga akan memberikan imbalan (= gaji, insentif, bonus, dll.) yang wajar dan sesuai dengan kapasitas, kapabilitas, kompetensi dan kinerja siapapun, termasuk anggota keluarga.

3.      Kesejahteraan
Salah satu cita-cita pendiri perusahaan keluarga adalah menjaga agar anak (keturunan) tetap dapat hidup sejahtera. Keuntungan yang dihasilkan perusahaan menjadi sumber kesejahteraan anak-cucu.
Hal ini merupakan masalah pelik, karena seringkali generasi penerus cenderung menikmati dan tidak menjaga kesinambungan perusahaan. Statistik mengungkapkan bahwa amat sedikit perusahaan keluarga yang bisa berlanjut sampai generasi ke-tiga (12%), apalagi sampai generasi ke-empat (3%).
Persaingan yang semakin ketat, juga menggerus keunggulan perusahaan keluarga. Pertumbuhan perusahaan yang melambat, mengurangi kemampuan perusahaan dalam membagikan lebih banyak deviden.
Merosotnya kesejahteraan bagi anggota keluarga, semakin diperparah bila terjadi perebutan kekayaan diantara anggota keluarga.

Penulis: Coach Suwito Sumargo**
** The Winner Supprotive Coach Award & System Award 2014 (Business Excellence Forum Award Indonesia 2014)


Kamis, 19 Juni 2014

Seminar: 7 Hidden Assets

"Menggali asset bisnis tersembunyi yang sering diabaikan atau dibiarkan begitu saja, padahal jika dioptimalkan bisa mendatangkan profit dalam bisnis anda."

Apa Saja Itu?

Ikuti Seminar dengan topik "7 Hidden Assets"
  • Hari : Sabtu
  • Tanggal : 28 Juni 2014
  • Pukul : 09.00 -12.00 WIB
  • Tempat : Office BARACoaching (ActionCOACH), Pakuwon Trade Center, The Teracce 03 - 05, Jl. Puncak Indah Lontar 2, Surabaya
Pendaftaran dan reservasi :
Phone : 031-7390666 (Ms. Erfina / Ms. Yulia)
Email : erfina@baracoaching.com
PIN : 2756CDEE

Rabu, 11 Juni 2014

Motivational Session - BERSIKAP POSITIF SEBAGAI ‘MAGNET’ LOYALITAS CUSTOMER


Bagi tim sales dan marketing, menjual merupakan hal yang wajib dan biasa dilakukan dalam pekerjaan sehari-hari. Lalu bagaimana dengan tim non sales? Apakah mereka juga bisa melakukan pendekatan, bahkan mendapatkan loyalitas customer, meskipun tanpa ‘menjual’?
Hal ini yang dikupas ActionCOACH dalam Motivational Session bertajuk “Bekerja tanpa Menjual”, Senin (02/06) lalu.
“Inti dari bekerja tanpa menjual bukan kita menarik customer dengan apa yang kita tawarkan, namun lebih pada sikap positif sehingga mereka menjadi respek dan kembali pada kita,” tegas Erfina Hakim selaku pembicara forum.
Forum berdurasi kurang lebih 2 jam ini, merupakan bentuk kerjasama BARACoaching (ActionCOACH East Java-Bali) dengan GBT Laras-Imbang. Bertempat di Office GBT Jemursari, forum ini dihadiri oleh tim manajemen (front liner) , kasir dari 7 cabang GBT seluruh Surabaya.
Ada beberapa syarat, agar kita menjadi pribadi handal yang bisa mendukung kita dalam bekerja tanpa harus ‘menjual’. Pertama adalah rasa percaya diri (confident).
“Rasa PD diperlukan saat kita berhadapan dengan customer. Bagaimana bisa menghadapi customer jika tidak ada rasa percaya diri yang mendukung komunikasi kita di depan mereka.”
Menurut Erfina, percaya diri yang bagus itu, percaya diri tanpa maksud tertentu. Dalam artian, bukan ingin mendapatkan apa yang dimau, tapi sebaliknya, bisa memberikan sesuatu dengan sikap yang kita tunjukkan. Bisa itu senyuman, kegembiraan, kesantunan, positif thinking dan masih banyak lagi.
“Jadi PD benar-benar alami terpancar dari diri kita, bukan dibuat-buat. Nah, dari situ customer akan melihat aura yang menjadi ‘magnet’ buat mereka,” lanjut Business Development Manager BARACoaching Surabaya ini.
Selain percaya diri, juga diperlukan mampu bekerja dalam sebuah teamwork.
“Ketika kita mampu bekerja dalam tim, berarti kita mampu bekerjasama dengan orang-orang dengan pola pikir dan pendapat yang berbeda. Hal ini tentu saja sedikit banyak sulit dilakukan. Itulah kenapa kecerdasan seseorang itu teruji ketika bisa bekerja dalam tim,” papar wanita yang sudah berpengalaman di bidang marketing selama 16 tahun ini.
“Dengan teamwork, kita jadi lebih bisa mengekspresikan diri. Marah atau emosi dalam bekerja  bukan larangan, namun setidaknya tidak akan menimbulkan kendala atau pengaruh negatif dalam bekerja. Tim akan memaklumi, mensupport dan segera mengembalikan energi positif kita ketika menghadapi customer,” tambah Erfina lagi.
Di samping percaya diri dan teamwork, poin lain adalah mengenali minat dan berpikir terbuka. Selama ini, orang akan melakukan action pada sesuatu yang dia minati saja. Padahal, faktanya banyak pembelajaran dan pengalaman bisa didapatkan di luar hal yang selama ini kita kerjakan.
Itu kenapa, mengenali minat juga harus dibarengi dengan sikap terbuka. Mau mencoba sesuatu yang baru, disertai dengan menambah wawasan kita, bisa dengan ‘surfing’ internet, banyak bergaul dan membaca, selalu update berita terbaru, dan masih banyak lagi.
“Dasar dari bekerja tanpa menjual, kita harus dapat feel dari pekerjaan kita terlebih dulu. Dengan begitu kita akan melakukan pekerjaan dengan senang, bahkan seperti tidak sedang bekerja. Pada akhirnya, akan menuntun kita untuk terus berkarya dan menghadapi konsumen,” kata wanita yang biasa disapa bu Fina ini.
“Tapi jangan salah lho, bekerja itu tidak selalu kita harus mencari zona nyaman dan tidak mau keluar dari situ. Dalam kaitannya dengan bekerja tanpa menjual, ada beberapa cara yang bisa membuat kita berkembang,”tambahnya.
Pertama adalah kontrol proses. Salah satu yang bisa dilakukan di sini, selalu melakukan pencatatan tentang apapun yang kita kerjakan. Baik itu hal apa saja yang akan dilakukan (agenda kerja), maupun segala sesuatu yang kita tahu dan sudah dikerjakan.
Dengan begitu, diharapkan kita bisa mudah melakukan langkah evaluate and adjust. Mengevaluasi dan membandingkan dengan apa yang sudah pernah dilakukan sebelumnya.
Terakhir, melakukan action. Dari apa yang sudah dicatat dan evaluasi, kita bisa melakukan action yang tepat.
“Saya punya tagline menarik tentang bekerja tanpa menjual. Berangkat tanpa beban, masalah tak jadi soal, pulang menyenangkan, karena target tetap menyenangkan,” tutup bu Fina di akhir acara.
Sementara itu, Maria Theresia Setiadi, selaku Corporate Secretary GBT Laras-Imbang mengaku puas dengan sesi motivasi yang diberikan.
“Kami cukup puas dengan training yang diberikan. Saya ingin, setelah acara ini para peserta bisa mengaplikasikan di lapangan, jadi tidak hanya sekedar dipahami secara teori saja. Ke depan, saya berharap ada program berkelanjutan, dan langsung diawasi oleh Bu Fina,” ungkap wanita yang akrab dipanggil Bu Theres ini.

Kamis, 05 Juni 2014

Training “BODY LANGUAGE” - UNGKAP SENI BAHASA TUBUH UNTUK MENINGKATKAN PENJUALAN


Selama ini, banyak orang belum sadar, bahwa bahasa tubuh (body language) merupakan bagian penting dalam komunikasi, yang bisa diaplikasikan dalam bisnis. Berdasar hal itu, BARACoaching Surabaya (ActionCOACH East Java-Bali) mengadakan pelatihan bertajuk “Body Language”, Selasa (13/05/14).
Bertempat di kantor pusat BARACoaching, PTC Surabaya, pelatihan ini merupakan forum kerjasama BARACoaching dengan Toeng Market Surabaya.
“Kita sengaja memberikan tema body language, selain menyesuaikan dengan kebutuhan Toeng Market, alasan utama adalah kita ingin menghadirkan secara teknikal, sisi lain untuk memaksimalkan sales dan marketing,” tutur Erfina Hakim, selaku pembicara dalam pelatihan ini.
Ada beberapa fakta penting bahasa tubuh yang dipaparkan. Diantaranya, berdasarkan riset, dalam kaitannya dengan penyampaian komunikasi, bahasa tubuh memegang 55% kunci keberhasilan kita untuk mendapatkan respon dari lawan bicara.
Kedua, bahasa tubuh menggambarkan respon seseorang terhadap apa yang kita bicarakan.
“Kita bisa menyadari respon orang lain minimal 90 detik – 4 menit pertama, dengan melihat bahasa tubuhnya. Nah, dari situ para tenaga sales atau marketing bisa memilih dengan tepat, action yang akan dilakukan selanjutnya untuk menutup penjualan,” tegas wanita yang saat ini sebagai Head of Training Divison BARACoaching Surabaya.
Fakta ketiga, bahasa tubuh merupakan ekspresi yang tidak hanya berasal dari alam bawah sadar, tapi juga hasil latihan dari kepribadian atau karakter (baik ucapan dan tindakan).
Selain penjelasan secara teori, pelatihan ini tidak membosankan karena disertai dengan teknik-teknik bahasa tubuh dan juga sharing dari para peserta, yang terdiri dari jajaran managemen dan juga karyawan Toeng Market.
Erfina berharap, dengan pelatihan ini mereka bisa memahami pentingnya bahasa tubuh untuk lebih meyakinkan dalam transfer informasi kepada pelanggan.
“Selain itu, ke depan saya ingin tim Toeng Market bisa peka terhadap bahasa tubuh yang diberikan prospek/ pelanggan, sehingga lebih efektif memberikan layanan dan meningkatkan target penjualan,” kata wanita berlesung pipit ini di akhir acara.

Rabu, 04 Juni 2014

CEO POWERLUNCH - KHARISMA ITU SKILL, BUKAN BAWAAN LAHIR


Banyak orang berpendapat bahwa kharisma itu bawaan dari lahir, entah itu karena kelebihan dari segi fisik, maupun gelar kebangsawanan. Padahal, kharisma merupakan skill yang bisa dilatih. Ketidaktahuan ini yang menyebabkan para pemimpin bisnis enggan mempelajari kharisma, yang notabene berperan penting dalam dunia bisnis.
Hal itu yang disampaikan Humphrey Rusli, selaku pembicara dalam CEO PowerLunch bertajuk “Building Your Leadership Charisma”, Rabu (07 Mei ’14). Bertempat di Hotel Sheraton Surabaya, acara ini diselenggarakan oleh BARACOAching Surabaya (ActionCOACH East Java-Bali).
“Kami sengaja menghadirkan forum tentang kharisma, karena banyaknya mitos yang mengatakan bahwa kharisma itu bawaan lahir, entah itu disebabkan karena gelar kebangsawanan, kekayaan, maupun kecantikan dan kemolekan tubuh. Ditambah dengan sedikitnya forum yang membahas secara teknik, membuat para CEO semakin tidak paham, bahwa kharisma itu bisa dilatih. Itu sebabnya kenapa BARACoaching Surabaya mencoba mengambil benang merah, bagaimana agar pemimpin bisa meningkatkan kharisma, bahkan ketika awalnya tidak punya,” papar coach Humphrey, yang juga selaku COO BARACoaching Surabaya.
Lalu seberapa penting kharisma dalam kepemimpinan?
Disinggung tentang hal itu, coach Humphrey menjelaskan, selain untuk memiliki anak buah yang bertalenta sekaligus loyal dan berkaliber bagus, lebih lanjut kharisma yang dimiliki pemimpin, bisa meningkatkan profit dalam bisnis.
“Hal ini karena tim mau bekerja mensupport perusahaan dengan sedikit, atau bahkan tanpa pamrih,” tutur coach Humphrey.
Ada 3 aspek krusial dalam membentuk kharisma. Pertama adalah ketulusan (warmth). Bersikap terbuka dan menerima orang lain apa adanya, tanpa disertai buruk sangka atau negative thinking terhadap orang lain.
Kedua, adalah power atau kekuatan. Seseorang pada poin ini, selain memiliki kekuatan dalam hal intelektual, juga punya koneksi (networking) yang luas. Hal ini untuk memudahkan dalam hal problem solving atau ketika membantu orang lain menyelesaikan masalahnya.
Terakhir, presence (kehadiran). Poin ini memiliki pengertian, hadir sepenuhnya untuk orang lain, mendengarkan dengan sungguh-sungguh. Jadi bersifat totally, tidak disela dengan pekerjaan lain.
“Jika ketiga hal tersebut bisa kita lakukan, maka bukan tidak mungkin kita akan menjadi pribadi yang kharismatik. Karena pada prinsipnya, yang bisa menilai kita kharismatik atau tidak adalah orang yang bicara dengan kita,” tegas pria yang meraih penghargaan sebagai Coach of The Year 2014 (Business Excellence Forum Award Indonesia 2014) ini.
Selain hal di atas, ada beberapa pokok materi yang disampaikan dalam forum rutin para CEO dan pemilik bisnis ini. Diantaranya, apa itu kharisma, perbedaan kharisma dengan wibawa, serta 6 taktik praktis yang bisa diterapkan langsung oleh peserta dan 10 sifat manusia yang menunjang kharisma itu.
Lebih lanjut, coach Humphrey berharap setelah mengikuti forum ini, para peserta (CEO) akan mampu berevolusi menjadi pemimpin yang efektif, lebih disegani dan profit lebih tinggi dengan loyalitas dan dukungan tim.

Sabtu, 17 Mei 2014

BOOK CLUB - UNGKAP CARA MENYIKAPI PERUBAHAN


Rabu (23/04/14), BARACoaching Surabaya (ActionCOACH East Java-Bali) mengadakan forum Book Club yang membedah buku seorang Spencer Johnson berjudul “Who Moved My Cheese?”. Buku yang meraih best seller ini bercerita tentang manajemen dalam menghadapi perubahan yang terjadi.
“Buku ini asik dibaca, dan sangat berguna apabila bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dunia bisnis. Di setiap lembaran ada kata-kata yang mengungkap apa itu perubahan dan bagaimana memanaje perubahan itu,” ungkap Ruaniwati, selaku pembicara dalam forum ini.
Who Moved My Cheese? bercerita tentang perubahan yang dialami oleh 4 karakter, 2 ekor tikus dan 2 kurcaci. Si Tikus: Sniff (Endus) dan Scurry (Lacak) serta si Kurcaci: Hem (Kaku) dan Haw (Aman).
Setiap hari, Sniff, Scurry, Hem, dan Haw harus mencari cheese di dalam labirin (sederet koridor serta ruangan, yang beberapa diantaranya memuat cheese, namun ada juga yang berupa pojok gelap dan menyesatkan). Dalam kehidupan nyata, cheese ini adalah metafora tentang apa yang kita inginkan dalam hidup: pekerjaan, suatu hubungan, uang, kesehatan, rumah besar, atau sesuatu yang kita anggap patut kita dapat dan bisa membuat kita bahagia.
Diceritakan dalam buku, keempat karakter ini berhasil menemukan tumpukan cheese besar bernama Cheese ‘Station C’. Tentu saja mereka sangat senang dan mengunjungi ‘Station C’ setiap hari untuk menikmati kelezatannya.
Meskipun telah menemukan cheese dalam jumlah besar, namun Sniff dan Scury tetap bangun pagi, melepas sepatu, mengikat keduanya dan menggantungkan di lehernya. Sebelum menikmati cheese, mereka memeriksa tempat itu apabila ada perubahan. Berbeda dengan kedua tikus, para kurcaci Hem dan Haw merasa arogan dan puas dengan tempat mereka yang baru. Mereka mulai bangun siang dan berjalan santai menuju ‘Station C’, karena sudah mengetahui jalannya.
Satu pagi, mereka berempat dikejutkan dengan hilangnya cheese ‘Station C’ secara tiba-tiba. Kedua tikus tidak heran dengan hal ini, karena mereka telah memperhatikan bahwa semakin lama persediaan cheese semakin menipis. Segera, mereka memasang sepatu dan mencari persediaan cheese yang baru.
Namun tidak demikian dengan Hem dan Haw. Mereka berpikir seseorang telah mencurinya. Hem menyesali perubahan itu dan tetap menunggu di tempat yang sama, berpikir barangkali akan ada sesorang yang mau mengembalikan cheese mereka.
Sebaliknya, Haw yang meskipun awalnya ragu untuk bergerak mencari cheese yang baru, akhirnya menyadari bahwa tidak mungkin bertahan terus dengan keadaan mereka. Akhirnya, Haw dengan susah payah bisa menemukan cheeseStation N’, bergabung dengan Sniff dan Scurry yang terlebih dahulu menemukannya.
“Pada kenyataannya, kehidupan dalam labirin pun sama dengan kehidupan nyata. Sesuatu terus berubah dan tidak pernah lagi sama. Banyak jebakan yang juga sering terjadi pada kita. Kadang kita terlalu takut mengambil resiko, atau terbiasa mengerjakan pekerjaan sama, tapi tidak produktif,” tutur bu Ruani.
Empat karakter dalam cerita tersebut menggambarkan bagian dari kita yang sederhana dan kompleks. Kadang kita bertindak seperti Sniff dan Scurry yang bisa segera mencium dan bertindak dengan adanya perubahan. Dengan menggunakan instingnya, mereka memilih metode trial and error untuk menyikapi dan beradaptasi dengan perubahan.
Bisa jadi kita juga seperti Hem, yang menyangkal dan menolak perubahan karena takut perubahan itu akan membawa kepada situasi yang buruk. Atau mungkin seperti Haw, yang belajar beradaptasi setelah melihat perubahan justru bisa membawanya kepada sesuatu yang lebih baik.
“Hikmah membaca buku ini adalah memahami bahwa perbedaan sikap, yang kecil-kecil, ternyata bisa membawa pengaruh yang besar nantinya,” tegas wanita yang sudah 16 tahun berkecimpung di  bidang sales, marketing, brand dan advertising ini.
Lalu, siapakah Anda menurut cerita dalam buku ini?