Banyak
orang berpendapat bahwa kharisma itu bawaan dari lahir, entah itu karena
kelebihan dari segi fisik, maupun gelar kebangsawanan. Padahal, kharisma
merupakan skill yang bisa dilatih.
Ketidaktahuan ini yang menyebabkan para pemimpin bisnis enggan mempelajari
kharisma, yang notabene berperan penting dalam dunia bisnis.
Hal
itu yang disampaikan Humphrey Rusli, selaku pembicara dalam CEO PowerLunch
bertajuk “Building Your Leadership
Charisma”, Rabu (07 Mei ’14). Bertempat di Hotel Sheraton Surabaya, acara
ini diselenggarakan oleh BARACOAching Surabaya (ActionCOACH East Java-Bali).
“Kami
sengaja menghadirkan forum tentang kharisma, karena banyaknya mitos yang
mengatakan bahwa kharisma itu bawaan lahir, entah itu disebabkan karena gelar
kebangsawanan, kekayaan, maupun kecantikan dan kemolekan tubuh. Ditambah dengan
sedikitnya forum yang membahas secara teknik, membuat para CEO semakin tidak
paham, bahwa kharisma itu bisa dilatih. Itu sebabnya kenapa BARACoaching
Surabaya mencoba mengambil benang merah, bagaimana agar pemimpin bisa
meningkatkan kharisma, bahkan ketika awalnya tidak punya,” papar coach
Humphrey, yang juga selaku COO BARACoaching Surabaya.
Lalu
seberapa penting kharisma dalam kepemimpinan?
Disinggung
tentang hal itu, coach Humphrey menjelaskan, selain untuk memiliki anak buah
yang bertalenta sekaligus loyal dan berkaliber bagus, lebih lanjut kharisma
yang dimiliki pemimpin, bisa meningkatkan profit
dalam bisnis.
“Hal
ini karena tim mau bekerja mensupport
perusahaan dengan sedikit, atau bahkan tanpa pamrih,” tutur coach Humphrey.
Ada
3 aspek krusial dalam membentuk kharisma. Pertama adalah ketulusan (warmth). Bersikap terbuka dan menerima
orang lain apa adanya, tanpa disertai buruk sangka atau negative thinking terhadap orang lain.
Kedua,
adalah power atau kekuatan. Seseorang
pada poin ini, selain memiliki kekuatan dalam hal intelektual, juga punya
koneksi (networking) yang luas. Hal
ini untuk memudahkan dalam hal problem
solving atau ketika membantu orang lain menyelesaikan masalahnya.
Terakhir,
presence (kehadiran). Poin ini
memiliki pengertian, hadir sepenuhnya untuk orang lain, mendengarkan dengan
sungguh-sungguh. Jadi bersifat totally,
tidak disela dengan pekerjaan lain.
“Jika
ketiga hal tersebut bisa kita lakukan, maka bukan tidak mungkin kita akan
menjadi pribadi yang kharismatik. Karena pada prinsipnya, yang bisa menilai
kita kharismatik atau tidak adalah orang yang bicara dengan kita,” tegas pria
yang meraih penghargaan sebagai Coach of The Year 2014 (Business Excellence
Forum Award Indonesia 2014) ini.
Selain
hal di atas, ada beberapa pokok materi yang disampaikan dalam forum rutin para
CEO dan pemilik bisnis ini. Diantaranya, apa itu kharisma, perbedaan kharisma
dengan wibawa, serta 6 taktik praktis yang bisa diterapkan langsung oleh
peserta dan 10 sifat manusia yang menunjang kharisma itu.
Lebih
lanjut, coach Humphrey berharap setelah mengikuti forum ini, para peserta (CEO)
akan mampu berevolusi menjadi pemimpin yang efektif, lebih disegani dan profit
lebih tinggi dengan loyalitas dan dukungan tim.
0 komentar:
Posting Komentar