business-forum

coaches

More Video! Visit : BARACoaching Channel on Youtube

Jumat, 28 Juni 2013

Book Club - ANALOGI PESAWAT: 7 PONDASI MEMBANGUN BISNIS SUKSES

  
Suwito Sumargo, selaku pembicara dalam bedah buku Tjahjadi Lukiman: "Right Process Will Bring Great Result" menjelaskan tentang 7 langkah 'Right Process' yang dianalogikan sebagai sebuah pesawat
Menjalankan perusahaan haruslah dengan kinerja yang baik untuk mencapai titik kesuksesan. Semua itu dimulai dari proses yang benar, dengan didukung SDM yang tepat dalam lingkungan kerja yang kondusif dan konsisten.
     Itulah inti pesan dalam buku karya Tjahjadi Lukiman “Right Process Will Bring Great Result”, yang didiskusikan dalam acara Book Club, Jumat (17/05/13), di Master Office ActionCOACH Surabaya (Ballroom Las Vegas).
     Suwito Sumargo, selaku pembicara bertutur, sangat menarik membaca buku seorang Tjahjadi. Selain penjelasannya yang sederhana, cara penyampaiannya juga disampaikan dengan model percakapan. Sehingga, seolah-olah tidak membaca buku, tapi mendengarkan sebuah cerita.
   “Pak Tjahjadi itu seorang yang sangat memegang teguh urutan proses. Saya seperti sudah kenal betul dengan beliau, karena tipikalnya hampir sama dengan saya, sehingga mempresentasikan buku ini menjadi lebih mudah,” papar business coach yang juga pemilik perusahaan GBT Laras-Imbang ini.
     Lebih lanjut, pria yang akrab dipanggil ‘coach Suwito’ ini menyederhanakan inti dari sebuah ‘right process’, yang terletak pada beberapa hal. Diantaranya, pola pikir (mindset) dan kemauan keras untuk berubah. Melakukannya juga secara tegas, disiplin yang tinggi, dan sedikit paranoid dalam pelaksanaannya.
     Selanjutnya, inti paling penting yaitu melakukan 7 langkah menjalankan sebuah perusahaan yang dianalogikan seperti pesawat terbang, dimana CEO (Chief Executive Officer) sebagai pilot yang menjalankan kemudi perusahaan. Langkah pertama adalah ‘Get The Right People’, memilih penumpang yang tepat untuk ‘pesawat’ (perusahaan) Anda. 
Memilih karyawan atau SDM bagi perusahaan sama halnya dengan memilih ‘jodoh’.   Orang yang tepat adalah yang selaras dengan CEO dalam hal hati dan pola pikir, termasuk integritas, semangat, dan skill, yang merupakan prasayarat utama dalam menentukan orang yang tepat.
     Kedua, ‘Do The Right Things’. Menetapkan tujuan bersama atau kemana ‘pesawat’ akan diterbangkan. Selain mencari model bisnis, langkah kedua ini bisa dicapai dengan meng’clear’kan visi dan misi secara konsisten, agar tim merasakan dan hidup dengan visi misi tersebut. Selain itu, menempatkan orang tepat di posisi yang tepat (right people in the right place) dan memberikan mereka job responsibility.
     Ketiga, ‘Do The Things Right’. Menetapkan aturan dan rambu-rambu, dalam artian Peraturan Perusahaan (PP) dan SOP, agar penumpang (karyawan)  bekerja dengan aman, nyaman, dan ada kepastian. Beberapa steps dalam poin ini seperti membuat aturan main, sistem penghargaan, membeentuk pusat latihan, membentuk budaya perusahaan, dan memanfaatkan jasa penasehat ahli dan IT.
     Poin berikutnya, ‘Do At Right Time and Do It Right Now’. Intinya, pemeliharaan dan perbaikan pada waktu yang tepat, dan tidak ditunda. Prioritaskan masalah yang bersifat penting dan segera (urgent and important) untuk ditangani, dengan tetap berpikir dulu sebelum bertindak.
     Keenam, ‘Right Growth’.  Teruslah berproses, dan jangan hanya berpaku pada What Business Are We In (WBAWI). Lakukan terobosan, dan jangan takut untuk melakukan sesuatu yang keluar dari paradigma lama (out of the box).
     Terakhir, ‘Yes We Are Right’. Untuk memastikan langkah yang sudah kita ambil tepat dan membuat semua pihak merasa puas, kita bisa mengkonfirmasikannya ke berbagai pihak, seperti para konsumen, karyawan perusahaan sendiri, supplier, pemegang saham, masyarakat sekitar, bahkan pemerintah setempat. Hal ini mesti dilakukan, mengingat perubahan bisnis yang cepat dewasa ini, sehingga diperlukan perbaikan terus-menerus berdasarkan masukan-masukan mereka.


Kamis, 27 Juni 2013

Kerjasama dengan Bogasari: 7 DARI 10 SIFAT PRODUK TERLARIS DI DUNIA, ADA DI BISNIS KULINER

Humphrey Rusli (COO SEA-Corp.) memberikan sambutan dan materi bisnis kepada mitra Bogasari
Dalam hubungannya dengan instansi bisnis lain, ActionCOACH Surabaya (SEA Corp.) menjalin kerjasama dengan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills, di sebuah acara bertajuk “Bogasari Expo 2013”. Acara yang dihadiri para mitra usaha Bogasari ini, bertempat di Malang Olympic Garden (MOG), pada Kamis, 6 Juni 2013.  
Humphrey Rusli, selaku COO SEA Corp., dalam sambutannya, memaparkan tentang 10 sifat produk terlaris di dunia. Dan 7 diantaranya dimiliki oleh pebisnis makanan dan minuman, seperti pengusaha kuliner, roti/pastry.
“Bisnis makanan dan minuman memiliki sedikitnya 7 dari 10 sifat produk terlaris di dunia. Itu artinya, bisnis ini sangat tinggi tingkat kemungkinan untuk sukses, dibandingkan bisnis-bisnis yang lain. Selain, makanan juga merupakan kebutuhan pokok manusia, selama dia hidup,” ujar business coach yang banyak meraih penghargaan internasional ini.
Tujuh sifat produk tersebut diantaranya, menimbulkan hasrat atau daya tarik (sex). Sifat ini terutama berhubungan dengan penampilan, rasa, sampai bau. Berikutnya adalah membuat konsumennya merasa bergengsi (powerfull). Hal ini bisa terkait dengan harga, penampilan, sampai showroomnya. Dimana ketika seorang konsumen membeli produk Anda, maka yang ada dia merasa menjadi bagian dari kalangan atas.
Ketiga, sifat berkelimpahan atau kaya pilihan. Sebagaimana kita tahu, saat ini ada beragam jenis produk makanan dan minuman. Seorang pebisnis di bidang usaha ini, haruslah kreatif dan inovatif, agar produknya bervariasi dan tidak monoton beberapa jenis saja. Sehingga konsumen merasa kaya pilihan akan produk anda.
Keempat, sifat yang berhubungan dengan perasaan senang atau kenikmatan. Tentu saja sifat ini berhubungan dengan rasa (taste) pada produk Anda. Semakin lezat dan bervariasi rasa pada produk Anda, semakin tinggi konsumen yang berminat pada produk Anda.
Selanjutnya, sifat yang berhubungan dengan rasa aman, kesehatan, dan kasih sayang. Sifat ini bisa Anda jelaskan melalui cerita, testimonial, dan communal approval tentang jaminan dan proses pembuatannya.
“Sayangnya, selama ini para owner bisnis makanan hanya menjual komoditas saja, tanpa mengeksplor sifat-sifat di atas. Yang terpenting adalah skill untuk membuat bisnis Anda berbeda, sehingga mudah dikenal, bahkan tidak mudah dilupakan konsumen. Misalnya, Anda bisa menyisipkan cerita (story) di balik pembuatan produk, yang menekankan beberapa poin dari sifat-sifat di atas,”papar Humphrey.

Ariawan Budiprabawa, selaku Vice President of Sales Area 3 Bogasari Flour
Ucapan Terima Kasih
Ariawan Budiprabawa selaku Vice President of Sales Area 3 Bogasari Flour bertutur, Bogasari Expo 2013 diadakan dalam rangka promosi, edukasi, dan rekreasi untuk keluarga besar Malang. Lebih lanjut, dia juga berterima kasih kepada pihak ActionCOACH yang sudah memberi inspirasi kepada mitra usaha Bogasari.
“Kami berterima kasih kepada ActionCOACH, yang sudah memberikan inspirasi dan motivasi kepada pengusaha kuliner, khususnya untuk mitra usaha Bogasari Flour,” kata pria yang akrab dipanggil Ivo ini.
Di acara itu, selain memberi pengetahuan bisnis, ActionCOACH juga membagikan undangan seminar bertema “Business in Extreme Seasons” secara free kepada mitra usaha Bogasari.


Seminar “From Super-Boss To Super-Team” : PESERTA MEMBLUDAK, SEMINAR DIADAKAN HINGGA TIGA KALI


Peserta antusias dan sebagian besar merasa puas dengan materi yang diberikan
96% perusahaan tidak bisa berjalan tanpa kehadiran pemiliknya. Menghadapi fenomena itu, ActionCOACH menghadirkan sebuah seminar bertajuk “From Super-Boss To Super-Team”. Selain punya tim solid, tema ini diangkat, agar pemilik bisnis berujung pada bisnis yang sukses dan berjalan tanpa tergantung kehadiran mereka.
Bertempat di Master Office ActionCOACH Surabaya (Ballroom Las Vegas), seminar ini diadakan sampai tiga kali dalam sebulan (4 Mei, 18 Mei, dan 30 Mei 2013). Hal ini untuk menjaga hasil seminar tetap optimal, mengingat antusias dan banyaknya peserta yang akan hadir.
Di awal acara, Humphrey Rusli selaku pembicara memaparkan, ekonomi makro Indonesia akan berubah drastis. Owner bisnis tidak lagi berhadapan dengan kompetitor lokal saja, tapi juga kompetitor asing. Dan selama ini, kondisi yang masih terjadi adalah para ‘owner’ tidak fokus pada ‘team building’, namun lebih menghadapi para customers (konsumen). Padahal, kewajiban menghadapi konsumen ada pada pundak tim bisnis.
“Kalau para pemilik bisnis hanya terpusat menghadapi konsumen, begitu juga timnya. Maka, yang ada bisnis menjadi terbengkalai,” ujar business coach yang pernah menyabet ‘Associate Coach of the Year 2012 dan 2013’ tingkat internasional ini.
Lebih lanjut, berbicara mengenai tim, ada beberapa kunci untuk membentuk sebuah ‘super-team’. Yang pertama, adalah strong leadership. Para pemilik bisnis harus bisa membedakan antara tugasnya dan tugas seorang manager dalam membentuk tim bisnis. Seorang manager lebih bertanggung jawab pada pembentukan ‘body and mind’ tim. Sedangkan leader (pemilik perusahaan) lebih bertanggung jawab pada pembentukan ‘heart and spirit tim (kompensasi emosional). Jadi bukan pada masalah teknis pekerjaan.
Kunci selanjutnya yaitu common goal (spesifikasi visi perusahaan), rules of the game, action plan, support risk taking, dan 100% involvement inclusion.
“Para pemilik bisnis harus rela mengambil resiko ketika timnya membuat satu kesalahan. Karena dengan ini, mereka tahu bahwa timnya punya ‘heart and spirit’. Selain itu, para pemilik bisnis harus fokus dan terlibat langsung pada pembentukan super-team. Bagaimana caranya? diantaranya dengan pemberian edukasi dan gather up tim tentang visi dan misi perusahaan,” papar Humphrey.

Perubahan ‘mindset’
Dari awal diadakan, seminar ini mampu menyedot banyak peserta. Bahkan, karena keterbatasan tempat, panitia terpaksa menolak beberapa pemilik bisnis yang akan mendaftar. Hal ini tidak mengherankan, mengingat tema seminar yang selain menarik, juga berhubungan dengan fenomena bisnis saat ini.  
Di akhir acara, sebagian besar peserta yang hadir mengaku sangat puas dengan materi yang diberikan. Bagi mereka, ada perubahan mindset yang dimiliki setelah mengikuti seminar, khususnya terkait dengan sistem bisnis yang  tepat dan bagaimana membentuk sebuah tim solid, dan punya ‘heart and spirit’ terhadap kemajuan perusahaan.
Diantaranya Lili Imelda, yang mengaku punya tambahan ilmu sebagai bekal bisnisnya ke depan. Jika seminar lain hanya bersifat motivator saja, tapi kali ini banyak teknik atau contoh yang diberikan, sehingga peserta mudah mengerti.
“Saya jadi lebih paham bagaimana membuat tim yang bisa dihandalkan, meskipun tanpa kehadiran saya,” kata wanita pemilik ‘Garmen Kristal Sport Wear’ ini.
Peserta seminar lain, Mondi Setyono, pemilik sebuah bisnis kemasan kaleng juga mengaku senang mengikuti seminar ini.
“Menurut saya, seminar ini menarik. Selain mendapatkan ilmunya, semua pertanyaan saya terkait pembentukan super-team juga terjawab,” ujar pria ini. 

Rabu, 05 Juni 2013

Visi, Misi, dan Goal Perusahaan “Menciptakan Budaya COACHING Menuju Perusahaan Kelas DUNIA”

Humphrey Rusli
Sering saya dimintai pendapat oleh para pelaku dan pemilik bisnis, tentang pentingnya memiliki sebuah visi, misi dan goal yang jelas. Sering pula saya jawab dengan panjang lebar untuk mendeskripsikan seberapa krusial memiliki ketiga hal tersebut. Saya berpikir, kemungkinan besar perusahaan-perusahaan tersebut sedang memulai langkah awal sebagai perusahaan yang lebih terstruktur dengan rapi dan atau sedang mempersiapkan diri masuk ke segmen pasar yang lebih luas. Namun anehnya,  banyak juga perusahaan-perusahaan yang meminta pendapat saya, tentang hal yang sama, ternyata sudah lama memiliki visi, misi dan goal yang sudah cukup jelas dan gamblang.
Mengapa mereka tetap menanyakan pentingnya memilki ketiga hal tersebut, sedangkan mereka sudah memilikinya? Bahkan sebagian diantara mereka sudah sempat menyewa jasa konsultan berkelas, untuk membantu memformulasikan arah perusahaan yang dituangkan ke visi, misi dan goal.  Setelah saya pertajam pertanyaan mereka, ternyata pertanyaan mereka bukan dilandasi oleh ketidak-tahuan akan pentingnya memiliki hal-hal tersebut, namun lebih ke seberapa efektifkah visi, misi, dan goal perusahaan bisa merangsang seluruh jajaran organisasi dan terutama di level tinggi (Top Tiers Management level) untuk mendorong laju perusahaan  ke arah yang telah ditetapkan tersebut.
Mengapa pertanyaan ini muncul? Hal ini tidak lain disebabkan oleh seringnya visi, misi, goal perusahaan hanya sebatas kata-kata indah dan canggih. Saya tidak anti terhadap visi, misi, dan goal yang menggunakan kata-kata yang indah. Justru ini akan membantu menginsiprasi para pelaksana di lapangan. Namun sungguh disayangkan bahwa visi, misi,  dan goal perusahaan jarang  ber-sinergi atau kurang sinkron dengan values (nilai-nilai dasar) dan beliefs system (apa yang dianggap mungkin) dari para executives perusahaan.
Kalaupun terjadi kesepahaman antara pembuat visi perusahaan dan pelaksana (Executor), biasanya akan sepakat secara ‘logika semata. Disinilah terletak tantangan terbesarnya. Mampukah C-Level people (pembuat kebijaksanaan) mengajak dan menginspirasi secara sistemik tim inti mereka untuk menyokong arah tujuan perusahaan? Dan kalaupun bisa, bagaimana caranya dan skill apa yang harus dimiliki oleh para petinggi-petinggi perusahaan?
Saya percaya bahwa pendekatan yang paling efektif adalah dengan mempertajam kedua sisi secara kongruen. Sisi pertama adalah membuat visi, misi dan goal yang berkualitas. Artinya visi dan misi harus mampu untuk mengajak, menginspirasi dan menantang (engaging, inspiring and challenging) tim di organisasi tersebut ke dalam sebuah perjalanan panjang (a journey).
Sedangkan goal haruslah memiliki tingkat detail tinggi, terukur secara baik, dan tentu saja memiliki deadline atau tenggat waktu. Sisi pertama ini, walaupun sangat penting, namun sudah banyak artikel, buku, dan nara sumber lain yang secara mendalam membahas cara dan teknik pembuatannya. Saya tidak akan terlalu memperdalam lagi di sini.
Sisi kedua adalah melibatkan secara holistik, nilai-nilai penting dan budaya personal dari eksekutornya. Untuk mengoptimalkan sisi kedua ini, para pemangku kepentingan di C-level management membutuhkan penguasaan sebuah skill yang berlandaskan  kedewasaan, keterbukaan, dan kepercayaan dari anak buahnya. Skill ini biasanya disebut dengan coaching skill.
Dengan pendekatan coaching ini, para eksekutor akan memiliki akses untuk mengoptimalkan potensi mereka, menginternalisasikan, dan menyelaraskan objektivitas pribadi dan perusahaan.
Hal ini  sangat penting untuk membuat mampu para eksekutor dalam mendorong perusahaan kearah yang telah ditentukan.
Menurut The Chartered Institute of Personal and Development (CIPD: sebuah lembaga profesional terbesar di Eropa yang memfasilitasi networking dan pengembangan Human Resource Skill), teknik coaching telah menjadi media yang sangat digemari untuk mensupport pengembangan pribadi executive. Salah seorang ahli juga mendefinisikan coaching sebagai teknik untuk mengembangkan ilmu dan ketrampilan seseorang (executives) sehingga performa pekerjaan mereka meningkat dan memperbesar kemungkinan pencapaian sasaran organisasi.
Terminologi coaching pertama kali dipakai di dunia olah raga, seperti tinju, golf, renang, bulu tangkis, dan sebagainya. Objektivitas utamanya adalah untuk membantu atlet-atlet berprestasi terbaik untuk mampu mengaktualisasikan seluruh kemampuan mereka secara optimal. Di dalam dunia organisasi dan bisnis, konsep yang sama juga digunakan. coaching dipakai untuk membantu individual yang sudah berprestasi agar lebih meningkatkan efektifitas bekerja dengan cara mengeksplorasi dan mengaktualisasikan potensi tertinggi setiap individu.
Survey membuktikan bahwa peningkatan efektifitas  bekerja dalam suatu organisasi akan meningkat sebanyak 22% setelah sebuah organisasi men-training-kan executivesnya. Namun apabila training tersebut ditambahkan dengan individual coaching pada setiap individunya, efektifitas bekerjanya meningkat menjadi 88% dibandingkan sebelumnya.
Nah, sudah siapkah anda membawa perusahaan dan diri anda sendiri “to be the best you can be”?

*Ditulis oleh : Humphrey Rusli
•Chief Operating Officer (COO) SEA Corp.
•Certified Business & Executive Coach
•Member of International Coach Federation (ICF)

Kerjasama dengan Pertamina : PERTAMINA INGINKAN KERJASAMA LAGI DENGAN ACTIONCOACH

Penyerahan tanda terima kasih dari Prawito (Pjs. Coord. SME & SR PP Region Jatim Balinus) kepada Humphrey Rusli (Pembicara sekaligus COO SEA Corp.)
Jumlah modal, bukanlah bekal utama untuk menghadapi jebakan dalam dunia bisnis, namun kemauan untuk terus melakukan pembenahan yang tidak berkesudahan.
Itulah inti pesan yang disampaikan oleh Humphrey Rusli, dalam seminar bertajuk “Jebakan dalam Bisnis dan Bagaimana Menghindarinya”, di Las Vegas Room, Master Office ActionCOACH, Pakuwon Trade Center (PTC), Surabaya. Acara yang diadakan pada 26 April 2013 ini merupakan bentuk kerjasama ActionCOACH Surabaya (SEA Corp.) dengan Pertamina, selain sebagai bentuk tanggung jawab sosial untuk meningkatkan perekonomian, khususnya di wilayah Surabaya. Menghadirkan pembicara Humphrey Rusli, Chief Operating Officer (COO) Sea Corp., sekaligus pelatih bisnis yang pernah menyabet ‘Associate Coach of the Year 2012 dan 2013’ tingkat dunia.
Pjs. Coordinator SME & SR PP Region Jatim Balinus, Prawito, bertutur, para peserta yang dihadirkan, merupakan para UKM yang tergabung dalam mitra Program Binaan dan Bina Lingkungan (PKBL) Pertamina wilayah Surabaya dan sekitarnya. Pihaknya sengaja memilih tema ini, karena rata-rata pemilik UKM, baru merintis dunia bisnis. Maka itu, ke depannya mereka perlu tahu seluk beluk bisnis, agar tidak salah langkah dan terjerumus dalam jebakan bisnis yang menjatuhkan mereka.
Menanggapi itu, Dian Pratiwi, selaku Strategic Alliance dan Public Relation ActionCOACH mengungkap, ActionCOACH dan Pertamina sama-sama memiliki keinginan dan berupaya agar para owner bisnis sukses dalam mengembangkan bisnisnya, melalui pelatihan-pelatihan bisnis.
“Seminar ini adalah salah satu ajang pelatihan bisnis, dimana para peserta diharapkan mampu mengenali dan menganalisa setiap jebakan dalam bisnis, serta mengetahui lebih lanjut bagaimana cara mengatasinya. Dengan begitu, mereka mampu membangun dan meningkatkan profit dalam bisnisnya,” tegas Dian.

Inginkan Kerjasama Lagi
Acara ini ditutup dengan penyerahan tanda terima kasih oleh Prawito, kepada Humphrey Rusli sebagai bentuk apresiasi Pertamina atas kerjasama ini.
Kalau ada kerjasama dan acara seperti ini lagi, saya dihubungi ya,” celetuk pria yang akrab dipanggil Pak Wito ini.
Sebagian peserta yang hadir, juga mengaku puas dengan acara ini. Salah satunya H. Sahri, pemilik usaha mebel yang mengaku beruntung mengikuti seminar ini.
“Saya sudah sering kali mendatangi seminar-seminar bisnis, namun baru kali ini yang begitu membuka mata saya tentang jebakan bisnis yang selama ini sering dihadapi,”ungkapnya.
Sepakat dengan Sahri, Nur Salam, pemilik bisnis asal Kedurus, berujar, bahwa seminar ini bagus untuk pengembangan dan membuka wacana bisnis.
“Jebakan bisnis yang selama ini ada di depan mata, dan tidak kita sadari, sekarang menjadi jelas dan terbuka,” papar pria yang aktif bertanya selama seminar ini.