Beberapa waktu lalu saya menyempatkan diri menonton film “Cek Toko Sebelah”.
Ini gara-gara seorang client bilang
film tersebut bagus. Lho...kok saya percaya begitu saja ya?
Film ber-genre komedi itu bikin
perut mulas, karena adegan dan dialognya yang sangat kocak. Meskipun begitu,
beberapa adegan lebih serius terselip diantara gelak tawa. Bagi saya, film ini
menampilkan nilai-nilai kehidupan dalam keluarga dan bisnis.
Erwin, si bungsu,
punya kemampuan mengelola bisnis. Dan itu dibuktikan saat Erwin mengelola toko
ayahnya selama 1 bulan. Meski begitu, dia tak mau menduduki posisi owner selamanya. Dia memilih bekerja
sebagai eksekutif untuk wilayah Asia-Pasifik. Bekerja dan mengejar karir di
perusahaan lain.
Yohan, si sulung
yang lebih perasa (melankolis), justru tidak dipercaya oleh Koh A Fuk (ayah).
Karena dianggap tidak punya kemampuan seperti adiknya. Padahal Yohan sangat
ingin meraih posisi sebagai pengelola toko, menggantikan ayahnya.
Dalam bisnis, kita
sering menghadapi dilema: kemampuan atau kemauan? Saat me-rekrut karyawan pun
kita menghadapi dilema ini. Sebagai senior di perusahaan sendiri pun, saya juga
mengalami dilema serupa.
Kemampuan, bisa
dipelajari di bangku kuliah. Atau juga bisa diajarkan saat kandidat dalam masa
percobaan. Kemampuan bisa dikenali sejak awal, saat interview. Tanyakan langsung prestasi kerjanya atau baca di Curriculum Vitae (CV) nya.
Kemauan kerja
seseorang lebih susah dikenali. Saya pun kadang-kadang terkecoh dengan omongan
dan latar belakang kandidat. Tapi, kemauan yang kuat saja tidaklah cukup. Harus
dibarengi dengan kegigihan untuk mencapai target dalam waktu singkat. Kemauan
yang kuat (plus kegigihan) inilah yang harus kita buktikan saat masa percobaan.
Oleh karena itu, di masa percobaan seorang kandidat harus diberi target yang
tinggi, untuk membuktikan kemauan, kegigihan dan sekaligus kemampuannya.
Meski ber-genre komedi, saya menangkap pesan
positif dari film Cek Toko Sebelah. Misalnya tentang bagaimana komunikasi yang
terbuka bisa menyelesaikan masalah (keluarga). Atau tentang kerendahan hati
seorang A Fuk yang akhirnya mau mengalah dan mengubur ego nya dalam memilih
penerus.
Bagi saya, film ini
mengingatkan: jangan hanya kemampuan saja yang diutamakan. Tapi juga kemauan
dan kegigihan. Dan yang terakhir ini harus diuji saat masa percobaan.
Salam The NEXT Level!
* Coach Suwito Sumargo:
- Memiliki
pengalaman membangun Bisnis Keluarga dan franchise
otomotif yang sukses selama lebih dari 30 tahun.
- The Winner Supportive Coach of The
Year 2014.
- The Winner System Award 2014.
- Telah
banyak membantu kliennya mendesain bisnis yang lebih efektif, lean dan lincah serta lebih menguntungkan
dengan mengurangi bahkan meniadakan kebocoran-kebocoran dalam bisnisnya.
0 komentar:
Posting Komentar