Menjalankan
roda perusahaan besar memang tidaklah mudah. Apalagi di era hyper competition dewasa ini. Pemimpin visioner
dan produk yang berkualitas, bukanlah jaminan utama untuk menjadi perusahaan
raksasa. Lalu apa saja yang harus diperhatikan agar perusahaan besar bisa terus
tumbuh dan berkembang, bukan malah kembali ke posisi awal?
BARACoaching
Surabaya
(ActionCOACH East Java-Bali) mengupas hal tersebut dalam acara CEO PowerLunch
bertajuk “How the Big Stay Big”, Rabu (15/01) kemarin.
Forum bulanan yang diadakan di Kalimantan Room, Shangrilla Hotel Surabaya ini
dihadiri oleh para CEO dari wilayah Surabaya dan sekitarnya.
”Jim Collins dalam risetnya berkata, bahwa perusahaan
besar yang tumbuh menjadi raksasa bukan disebabkan karena adanya pemimpin visioner
yang hanya fokus pada profit saja. Lebih jauh, dia harus punya idealisme atau
prinsip kuat, dan itu bukan profit. Profit hanya menjadi salah satu sasaran
antara, bukan yang utama,” jelas Humphrey Rusli selaku Chief Operating Officer
(COO) BARACoaching Surabaya sekaligus pembicara dalam acara ini.
Coach Humphrey menyebutkan, ada 11 mitos yang harus
dihindari karena dapat membunuh pertumbuhan bisnis. Beberapa diantaranya adanya
pendapat bahwa untuk menjadi perusahaan besar, harus punya pemimpin yang
karismatik dan visioner. Padahal, faktanya pemimpin-pemimpin besar justru bekerja
di balik layar dan fokus pada pembentukan rencana jangka panjang juga
mengembangkan tim untuk menjalankannya.
Mitos selanjutnya hanya fokus ke profit. Fakta
berbicara, perusahaan akan tumbuh jika pemimpin tidak hanya memikirkan profit,
tapi dia juga punya pandangan (prinsip) hidup yang kuat. Profit hanya menjadi
salah satu sasaran antara, bukan yang utama.
“Selain itu ada juga pendapat atau mitos yang
menyebutkan, diperlukan planning yang
rumit dan canggih untuk mencapai puncak bisnis. Pada kenyataannya, untuk
menjadi besar diperlukan eksperimen, trial
and error, dan terkadang keberanian untuk berbuat salah. Karena tanpa itu
semua tidak akan ada yang namanya belajar dan berkembang,” tegas international business coach kelahiran
Surabaya ini.
Kesalahan
lain yang sering dilakukan oleh para pemilik bisnis adalah merekruit
orang-orang siap pakai (berpengalaman), agar perusahaanya menjadi besar. Pendapat
itu pun sebuah mitos, karena lebih baik menerima orang yang tidak seberapa berpengalaman,
untuk dididik menjadi lebih baik dari bawah (home grown) dengan lingkungan yang kondusif.
“Sebenarnya inti dari forum How the Big Stay Big adalah mengingatkan esensi dari perusahaan
yang bisa berkembang menjadi raksasa, untuk kemudian belajar menerapkan esensi
itu. Selain itu mengeliminasi cara pandang yang salah dan tidak mensupport tujuan perusahaan jangka
panjang.”
Meski
begitu, tambah coach Humphrey, tidak mudah untuk menjalankannya. Diperlukan
tenaga, waktu, dan effort yang besar.
Sebagian besar pebisnis pun masih beranggapan, kualitas superior sebuah produk adalah
yang utama, tanpa sadar hal paling penting adalah konsistensi kualitas dan
disiplin mendeliver janji, untuk kontinuitas cashflow.
“CEO
diidentikkan sebagai sosok yang sangat sibuk dan tidak punya waktu, sehingga
seringkali lupa untuk membuka wawasan dan networking
dengan pebisnis lain. Acara CEO PowerLunch ini didesain untuk itu semua. Karena
di sini mereka bisa mendapatkan network berkualitas dengan lingkungan belajar
yang kondusif,” tutup coach Humphrey di akhir acara.
Pendapat
para CEO :
1. Nirwan
Sumargo – GBT Laras Imbang
Sebagai dokter,
buat saya tetap penting mengikuti forum bisnis seperti CEO PowerLunch. Banyak
hal yang bisa diambil di sini. Saya banyak mendapatkan ilmu bisnis yang belum
pernah saya peroleh secara akademik. Lebih jauh juga membuka wawasan saya,
terutama dari segi peningkatan pelayanan kualitas kesehatan, sehingga tahu kepuasan
konsumen (pasien).
Bagi saya, agar
tetap bertahan, pelaku bisnis harus punya visi yang jelas, karena dengan bekal
itulah dia akan menjalankan dengan sungguh-sungguh untuk mencapai goal yang
ingin dicapai. Kedua, harus punya empati, baik terhadap tim, orang lain, maupun
dengan sesama pebisnis untuk maju bersama.
Terakhir, harus
punya kemampuan untuk mengevaluasi. Misal, dalam keseharian saya menjalankan
praktek, saya terbiasa menanyakan kepada pasien, seperti mengapa mereka memakai
jasa saya? Apa pelayanan yang diberikan sudah sesuai dengan keinginan mereka?
Itu semua membantu saya untuk
mengevaluasi dan menempatkan diri, serta menilai sampai sejauh manakah saya.
2. Daniel
P. Tengker – House of David
Menurut pendapat
saya, untuk tetap menjadi besar, maka seorang pelaku bisnis harus punya impian
yang besar juga. Contohnya, Akio Morita, pendiri perusahaan raksasa Sony, yang mengwali
bisnisnya dengan membuat barang-barang elektronik yang mudah rusak. Waktu itu, dia
hanya punya impian besar untuk membuat nama Jepang harum di mata dunia.
Selanjutnya jangan
hanya mengejar profit. Kita harus punya satu arahan yang akhirnya bisa
memotivasi dan menjadi jiwa untuk perusahaan. Kalau kita hanya fokus pada
profit, bisa terkalahkan oleh mereka yang punya impian besar.
CEO PowerLunch “How
the Big Stay Big” memberikan pemahaman pada saya, bahwa ada banyak hal atau
titik yang mesti dipelajari dan dibenahi, karena perusahaan besar atau raksasa
juga bisa jatuh.
Selain itu, lebih membuka
pemikiran kita tentang apa yang bisa membuat tetap fun untuk terus bekerja (berbisnis), yang itu bukan melulu karena
uang. Secara networking, juga banyak
memberikan inside, karena bisa
bertemu dengan sesama owner bisnis, tahu
cara atau pola pikir mereka, dan yang lebih penting bisa sharing dengan mereka.
BAGI ANDA (PEMIMPIN ATAU PEMILIK BISNIS) YANG BELUM SEMPAT MENGIKUTI
FORUM DI ATAS, SILAHKAN KIRIM ALAMAT EMAIL & NO. HP PADA COMMENT BOX, UNTUK
MENDAPATKAN PENJELASAN RINGKAS MATERI “HOW THE BIG STAY BIG” DARI BUSINESS
COACH KAMI.
FREE OF CHARGE !
0 komentar:
Posting Komentar