business-forum

coaches

More Video! Visit : BARACoaching Channel on Youtube

Senin, 23 Januari 2017

PENGHARGAAN IMMATERIAL - By: Coach Suwito Sumargo*

Ini hanya cerita aja...
Saat wawancara, saya bertanya : Kenapa Anda keluar dari perusahaan setelah bekerja hampir 10 tahun dan jabatan Anda bagus?
Si pelamar berkata: Boss saya berubah. Dulu, saya orang dekatnya Boss. Saya sering diajak omong dan pendapat saya didengar. Sekarang, setelah perusahaan makin besar, Boss jarang menyapa.
Percakapan seperti ini cukup sering saya dengar, ketika sesama recruiter bertemu dan bertukar pengalaman.
Iseng-iseng saya pun bertanya ke teman-teman : Sebetulnya, apa sih yang mereka (karyawan) cari? Dah dapat jabatan bagus, kok masih ndak kerasan juga?
Perlakuan khusus dari seorang Boss ke karyawannya, tentu menyenangkan. Diajak omong dan diperhatikan pendapatnya, merupakan bentuk penghargaan dari Boss ke karyawan. Ini menyenangkan dan membanggakan. Dan ini merupakan bagian dari sistem imbalan (remunerasi, penggajian). Penghargaan immaterial justru sangat diharapkan oleh kebanyakan karyawan.
Ketika perusahaan menjadi besar, penghargaan immaterial tidak boleh ditinggalkan. Bentuk penghargaan immaterial dan cara penyampaiannya bisa saja berubah. Tapi jangan dihilangkan.
Karyawan itu manusia dan ingin diperlakukan manusiawi.

Salam The NEXT Level!

* Coach Suwito Sumargo:                                           
- Memiliki pengalaman membangun Bisnis Keluarga dan franchise otomotif yang sukses selama lebih dari 30 tahun.
- The Winner Supportive Coach of The Year 2014.
- The Winner System Award 2014.

- Telah banyak membantu kliennya mendesain bisnis yang lebih efektif, lean dan lincah serta lebih menguntungkan dengan mengurangi bahkan meniadakan kebocoran-kebocoran dalam bisnisnya.

Kamis, 22 Desember 2016

LIBUR...LIBUR - By: BARACoaching - ActionCOACH Surabaya

Tanpa terasa kita telah mencapai penghujung tahun 2016.  Evaluasi bisnis kita selama 2016 (semoga) telah dilakukan. Kita dapat melihat apa yang telah berhasil dan sukses yang kita buat, kita juga dapat melihat kegagalan dan hal-hal tidak baik yang kita telah lakukan. Bahkan, sebaiknya kita bisa melihat kesempatan-kesempatan apa saja yang telah kita lewatkan. Bisa karena tidak kita lihat atau kita tidak siap.
Nah, apapun hasilnya kita terima dengan semangat untuk berbuat lebih baik lagi di tahun 2017. Sekarang saatnya berilibur. Berliburlah dengan gembira dan benar-benar berlibur. Jangan sampai anda berlibur sambil bekerja dan bahkan jangan bekerja sambil berlibur.
Enjoy your time, spend good time with your family. Karena anda bekerja hasilnya juga untuk mereka. Liburan akan sangat bermanfaat untuk anda, gunanya :
1. Anda bisa recharge dan reboot diri anda sebagai orang paling penting di perusahaan. We need our most important person in the company to stay fresh and full of energy setiap waktu.
2. Hubungan yang lebih harmonis dan berkualitas dengan keluarga anda. Anda akan spent 24 hours with them. Anda akan lebih mengenal dan memahami mereka. You’ll surprise…..!! 
3. Anda bisa melihat sejauh mana sistem dan team anda bekerja tanpa anda. Waktu berlibur adalah waktu dimana anda mendelegasikan tugas
4. Anda bisa melihat dunia luar selain perusahaan anda dengan perspektif berbeda, daripada ketika anda sedang bekerja. Anda akan bisa mendapatkan ide-ide baru dari yang anda lihat.
5. Jangan cheat atau curang. Berliburlah dengan senang, kalau anda masih pegang smartphone atau laptop anda untuk bekerja, berarti anda hanya pindah kerja.
LIBUR...LIBUR.
YOU DESERVE IT...AND IT’S INVESTMENT.

Salam The NEXT Level!

Senin, 14 November 2016

INVEST DI PROPERTY, BIJAKKAH? - By: Coach Suwito Sumargo*

Banyak pemilik bisnis yang termangu, ketika harga property mendadak naik gila-gilaan. Mereka menyesali, kenapa tidak sedari dulu membeli property? Berdasar pengalaman sebelumnya, maka orang pun mulai ngotot membeli property. Kata mereka: Ini investasi masa depan. Harga property tidak pernah turun. Nah, seperti judul diatas : Bijakkah?
Saya bukan orang yang antipati dengan para 'investor' property. Saya juga bukan expert di bidang property. Tapi, kali ini saya ingin mengajak Anda untuk melihat dari sudut yang berbeda. Pernah tahu A-S-P-C? Asset - Sales - Profit – Cash. Ini sering saya pakai dalam menjelaskan sisi keuangan dari sebuah perusahaan.
Konsep ini saya kutip dari buku The Ultimate Blueprint or an Insanely Successful Business, karangan Keith J. Cunningham.
Dalam menjalankan usaha, kita perlu asset atau modal. Asset ini dibutuhkan untuk menggerakkan atau menghasilkan sales atau penjualan. Bila kita berhasil menemukan formulanya, maka kita hanya butuh sedikit modal untuk menghasilkan penjualan sebesar-besarnya. Dan formula ini bisa berbeda-beda antara satu bisnis dengan yang lainnya. Atau bisa berbeda-beda antara satu pebisnis dengan yang lainnya.
Sales akan menghasilkan profit atau laba. Tentu saja, profit adalah salah satu tujuan kita dalam berbisnis. Dan pengusaha yang jempolan tentu bisa menghasilkan profit optimal. Akhirnya, profit itu harus berwujud uang cash (dana tunai) di tangan kita.
Profit yang hanya tercatat saja di laporan keuangan, tentu tidak cukup bermakna. Profit yang masih diawang-awang, karena masih harus ditagih, tidak bisa memberikan rasa lega, bukan? Nah, setelah duit ditangan, kita seringkali silau (atau khilaf). Seringkali kita berpikiran pendek: ini keuntungan yang jadi hak saya, dan bisa dibelanjakan untuk apa saja.
Dan orang pun seringkali membelanjakannya menjadi property. Property yang dikemudian hari akan naik harganya. Kembali ke pertanyaan saya: Bijakkah?
Mari kita cermati satu persatu dan tolong jawab pertanyaan berikut ini :
1.    Apakah kita masih memiliki hutang? Mana yang lebih penting, menggunakan dana tunai yang ada untuk membayar (melunasi) hutang atau menggunakannya untuk membeli property?
2.    Apakah untuk mendorong sales yang lebih profitable, kita perlu menambah asset (modal)? Mana yang lebih penting, menambahkan dana tunai ini untuk memperkuat modal, atau membeli property?
3.    Apakah kita punya rencana ekspansi? Mana yang lebih penting, menggunakan dana tunai ini untuk mewujudkan ekspansi atau membeli property?
4.    Apakah untuk meningkatkan sales, kita membutuhkan dana untuk membiayai program marketing? Mana yang lebih penting, menggunakan dana tunai ini untuk program marketing atau membeli property?
Dan kita pun masih bisa mempertanyakan banyak hal, mana yang lebih penting, ......atau membeli property? Bagaimana keputusan Anda, masih tetap ingin membeli property?
Salam The NEXT Level!

* Coach Suwito Sumargo:                                           
- Memiliki pengalaman membangun Bisnis Keluarga dan franchise otomotif yang sukses selama lebih dari 30 tahun.
- The Winner Supportive Coach of The Year 2014.
- The Winner System Award 2014.

- Telah banyak membantu kliennya mendesain bisnis yang lebih efektif, lean dan lincah serta lebih menguntungkan dengan mengurangi bahkan meniadakan kebocoran-kebocoran dalam bisnisnya.

Kamis, 10 November 2016

DONALD TRUMP DAN BISNIS KITA - By: BARACoaching-ActionCOACH Surabaya

Berita terbaru hari ini? Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat mengalahkan Hillary Clinton yang sebelumnya diunggulkan oleh berbagai media analis, bahkan mungkin beberapa dari kita.  Selamat buat Mr. Trump.
Apa yang bisa kita lihat dari proses mencapai kemenangan ini sebagai pemilik bisnis? Saya melihat ada beberapa hal yang dapat kita adopsi untuk kepentingan bisnis kita.
1.       Pilih customer dan segmen market kita.
Donald Trump tahu bahwa dia tidak akan dapat mengambil semua vote untuk dirinya sendiri. Dia menawarkan pilhan program yang bagi sebagian orang  membuat tidak nyaman. Tapi buat sebagian yang lain ini adalah pilihan terbaik mereka. Target dia adalah pemilik suara berkulit putih.

2.       Percaya Diri .
Trump tidak pernah memegang jabatan publik dan tak punya pengalaman sebagai politikus. Tidak tampil bagus di acara debat. Ada beberapa kasus. Tetapi dia tidak mundur dan tetap percaya diri dengan apa yang dia lakukan. Kampanye yang dia lakukan juga tidak hebat-hebat sekali, bahkan lebih banyak mengandalkan terjun langsung ke lapangan.

3.       Tim yang solid.
Dukungan dari tim sukses dan keluarga. Walaupun didera dengan berbagai macam berita dan skandal. Mereka tetap satu untuk mencapai tujuan. Dan tidak ada kata menyerah bagi mereka, karena dalam dunia nyata yang berhasil adalah yang menang. Dan mereka mempunyai:

4.       Target yang jelas dan sama yaitu kemenangan.

Anda masih punya beberapa yang lain? Silahkan tambahkan sendiri dan jadikan pertimbangan anda dalam menentukan langkah dalam berbisnis.

Salam The NEXT Level!

Kamis, 03 November 2016

COMPETITIVENESS - By: BARACoaching-ActionCOACH Surabaya

Lim Swee Say baru-baru ini mengatakan bahwa competitiveness di dalam menawarkan produk dan jasa akan semakin berkurang.
Dalam pidatonya, Menteri Tenaga Kerja Singapura ini menyatakan, Singapura perlu meningkatkan produktifitas karyawannya agar pertumbuhan ekonomi lebih baik. Beliau menjelaskan, peningkatan produktifitas lebih rendah daripada penambahan upah, maka competitiveness akan berkurang. Pidato ini disampaikan pada SPF Productivity Conference and Exhibition 2016.
"Bayangkan: bila kita membiarkan kompetitor yang mempunyai harga lebih murah daripada kita untuk menjadi lebih baik dari kita, maka satu saat mereka akan menjadi lebih murah dan lebih baik dari kita. Demikian juga apabila kita membiarkan kompetitor yang lebih baik dari kita menjadi juga lebih murah maka mereka akan menjadi lebih baik dan lebih murah dari kita. Kita tidak boleh membiarkan hal ini terjadi.”
"Satu-satunya jalan keluar adalah meningkatkan produktifitas kita. Dengan edukasi dan skill yang lebih baik, siapapun yang nantinya masuk ke dalam lapangan pekerjaan baru akan mempunyai kemampuan berbeda dari yang meninggalkan pekerjaan tersebut.”
Perusahaan di Singapura telah mendapat peringatan dari Menteri mereka tentang meningkatkan produktifitas. Sebagai business owner kita juga harus melihat apakah produktifitas perusahaan kita masih punya peluang untuk ditingkatkan.
Maka jangan buang waktu lagi. Tingkatkan produktifitas perusahaan anda, agar perusahaan anda tidak hanya menjadi lebih kuat tetapi juga bisa meningkatkan competitiveness di market, sehingga omset bertambah dan demikian juga profit anda.

Salam The NEXT Level!

Senin, 31 Oktober 2016

TRUST - By: Coach Suwito Sumargo*

Coba perhatikan struktur organisasi di perusahaan Anda. Adakah posisi supervisor? Dan apa pekerjaan utama para supervisor ini?
Di kebanyakan perusahaan, supervisor seringkali ditugasi sebagai pengawas. Ya, betul dan tak jarang, pengawas ini harus terus menerus memelototi cara kerja anak buah. Mengawasi dengan rasa curiga dan sebagian besar (memang) dipicu oleh ketidak percayaan terhadap bawahan.
Tim yang dibangun/ dibentuk dengan dasar ketidak percayaan seperti di atas, bakal sulit menjadi solid.
Unsur pertama untuk membentuk tim yang solid adalah trust atau rasa saling percaya. Rasa saling percaya diantara anggota tim bisa diawali dengan saling menghargai keahlian masing-masing. Percaya bahwa rekan kerjanya betul-betul bisa diandalkan, karena memang cakap/ trampil.
Rasa saling percaya juga bisa dimulai dari sikap saling menghargai pendapat masing-masing anggota tim. Pada tim yang punya rasa saling percaya, maka anggota tim tidak akan segan-segan menyampaikan dan menerima kritik. Tim yang dibangun atas dasar trust, bisa memaklumi kekurangan atau kelemahan rekannya. Dan tim akan bekerja sama untuk mewujudkan hasil yang disepakati.
Bagaimana dengan tim di perusahaan Anda? Sudahkah mereka bicara secara blak-blakan, menyampaikan kritik dan pendapat masing-masing? Apakah mereka sudah bisa menerima dan mengakui kekurangan dan keunggulan masing-masing? Dan sudahkah mereka punya goal bersama?
Salam The NEXT Level!

* Coach Suwito Sumargo:                                           
- Memiliki pengalaman membangun Bisnis Keluarga dan franchise otomotif yang sukses selama lebih dari 30 tahun.
- The Winner Supportive Coach of The Year 2014.
- The Winner System Award 2014.

- Telah banyak membantu kliennya mendesain bisnis yang lebih efektif, lean dan lincah serta lebih menguntungkan dengan mengurangi bahkan meniadakan kebocoran-kebocoran dalam bisnisnya.

Senin, 17 Oktober 2016

CUSTOMER CARE - By: Coach Suwito Sumargo*

Dalam perjalanan ke Lombok kali ini, saya sengaja memilih sebuah penerbangan yang masih tergolong LCC (Low Cost Carrier), Penerbangan (dengan) Biaya Ringan.
Ada pengalaman menarik tentang Customer Care yang bisa kita tiru. Berikut ini pengalaman saya:
Menjelang mendarat di Lombok, salah seorang Pramugara mengucapkan sebuah pantun. Tak disangka, seluruh penumpang menyambutnya dengan tepuk tangan. Ruang kabin pun gemuruh oleh celoteh ria para penumpang. Pantunnya kocak. Sayang...saya lupa mencatatnya.
Baik di perjalanan menuju ke Lombok, maupun sepulang dari Lombok, pantun Pramugara/ Pramugari selalu disambut tepuk tangan para penumpang. Jelas, mereka suka akan pantun yang menyegarkan itu.
Di perjalanan pulang ke Surabaya, pesawat melewati cuaca buruk. Pesawat pun terguncang sangat keras. Jantung saya berdebar-debar, tegang dan mual. Begitu pesawat sudah mendarat, kami pun lega. Tak pelak, di pintu keluar setiap penumpang menyalami Pramugara/Pramugari. Maklum, setelah mengalami suasana tegang, para penumpang tentu lega bisa mendarat dengan selamat. Pantun yang diucapkan si Pramugara, bukan cuma menghibur tapi juga menghapus ketegangan.
Ada satu hal lagi yang menarik.
Menjelang take off, biasanya lampu diredupkan. Saat itu saya tidak memperhatikan pengumuman dan tetap membaca.  Diam-diam salah seorang Pramugari menyalakan lampu baca di atas saya. Dan saya pun mengangkat kepala sambil tersenyum. Dalam hati saya mengucap : “Terima kasih Mbak Pramugari”.
Sebagai konsumen, perlakuan sederhana seperti itu amatlah menenteramkan. Ada pantun yang menghibur (dan diapresiasi oleh konsumen). Juga menyalakan lampu baca (tanpa diminta), sangat layak dihargai.
Meski tergolong Low Cost Carrier, layanannya ternyata tidak murahan. Sudahkah kita memikirkan Customer Care yang sederhana, nyaris tanpa biaya, tapi diapresiasi pelanggan kita?
Salam The NEXT Level!

* Coach Suwito Sumargo:                                           
- Memiliki pengalaman membangun Bisnis Keluarga dan franchise otomotif yang sukses selama lebih dari 30 tahun.
- The Winner Supportive Coach of The Year 2014.
- The Winner System Award 2014.

- Telah banyak membantu kliennya mendesain bisnis yang lebih efektif, lean dan lincah serta lebih menguntungkan dengan mengurangi bahkan meniadakan kebocoran-kebocoran dalam bisnisnya.