Banyak perusahaan yang belum
paham pentingnya coaching dalam perkembangan
bisnis mereka. Metode coaching
ditengarai sangat berpengaruh terhadap pengembangan pribadi karyawan dan juga bagian
proses sistem manajemen kinerja. Lalu apa itu coaching? Dan hal apa saja
yang mesti dipunyai seorang CEO atau manajer, agar dia menjadi seorang coach
yang handal bagi timnya?
Untuk
menjawab pertanyaan itu, SEA Corp. (ActionCOACH East Java & Bali) mengadakan
forum bertajuk “Introducing Coaching in Your Business”. Acara yang diadakan
Jum’at (27/12/13) ini, menghadirkan pembicara Suwito Sumargo, seorang International Certified Business Coach
yang sudah berpengalaman lebih dari 30 tahun membangun bisnis.
Di
awal sesi, coach Suwito memaparkan beberapa definisi coaching. Diantaranya menurut Whitmore (1997), coaching is the process of empowering others. Dalam artian, lebih
pada membantu orang lain untuk belajar, daripada mengajari mereka.
Menurut
finalis Rookie Coach of The Year 2013 ini, coaching
berbeda dengan training, karena
metode training memang ada untuk
tujuan dan pencapaian target tertentu.
“Seorang
coach membantu orang lain melihat ‘blind spot’ dan membuka potensi mereka. Forum
ini diadakan, agar para CEO sadar, bahwa untuk menjadi coach bagi karyawannya,
bukan hanya dibutuhkan pemahaman saja. Secara pribadi, dia harus punya willing to help others, bersedia dengan
tulus mengembangkan potensi orang lain,” tegas coach Suwito.
Lebih
jauh, dijelaskan dasar-dasar sikap yang harus dimiliki oleh manager as a coach. Yang utama, listen more than talks, lebih banyak
mendengarkan daripada bicara.
“Yang
dimaksud dengan mendengarkan di sini adalah deep listening. Cobalah untuk
menekankan kontak mata dan mencondongkan telinga di saat karyawan berkomunikasi
kepada Anda. Konsentrasi dan temukan clarity
(kejelasan) tentang apa yang mereka keluhkan. Baru setelah itu, Anda bisa
memberikan tanggapan,” ungkap pemilik PT. GBT Laras Imbang ini.
Dalam
memberikan tanggapan pun, hendaknya bersifat open ended question, yaitu memberikan pertanyaan yang bertujuan
untuk membantu tim atau karyawan menemukan jawaban atas permasalahannya
sendiri.
“Hindari
pertanyaan yang jawabannya berupa pilihan ya atau tidak. Tapi pertanyaan yang
tujuannya memunculkan ‘awareness’ akan
persoalan yang sedang dihadapi. Jadi mereka mendapatkan clarity dari permasalahan sendiri. Inilah inti dari open-ended question,” ujar coach Suwito.
Coach
Suwito menambahkan, setelah wacana dan kesadaran tim terbuka, yang paling
penting bukan hanya action, tapi juga
komitmen mereka untuk menjalankan dan memecahkan masalah yang dihadapi.
Sikap
lain yang perlu dimiliki untuk menumbuhkan budaya coaching adalah lingkungan
yang bisa membuat karyawan Anda termotivasi. Gunakan ‘relationship’ untuk mempengaruhi mereka dan jangan ada ‘gap’ antara
Anda dan mereka. Karena metode coaching
lebih efektif jika hubungan yang terjadi lebih seperti partner atau teman sharing.
Lalu
apa saja yang dibutuhkan agar budaya tersebut bisa diterima di perusahaan?
Coach Suwito kembali memaparkan, bahwa diperlukan kesiapan dari kedua belah
pihak, baik atasan maupun dari karyawan sendiri. Ada baiknya, atasan harus siap
terlebih dahulu untuk memulai budaya coaching
di perusahaan yang dia pimpin.