Para CEO tampak serius mengikuti edukasi bisnis dengan tema "Happiness and Productivity at Work". |
Dalam proses bisnisnya, seorang
leader ternyata perlu unsur happiness, yang nantinya berujung pada
hasil produktivitas yang tinggi.
Hal itu yang didiskusikan dalam
Forum CEO PowerLunch, Rabu (23/10) kemarin. Forum berjudul “Happiness and
Productivity at Work” ini diadakan oleh PT. Surabaya Excellence Action
(ActionCOACH East Java-Bali) di Pelangi Room, Hotel Shangrila Surabaya.
Suwito Sumargo, selaku
pembicara dalam acara ini menegaskan, bahwa happiness
lebih menunjuk pada prosesnya, dan tidak tergantung dengan apa yang akan
diperoleh.
“Sebenarnya happiness ini sudah ada dalam setiap
diri kita, tinggal bagaimana cara kita mengeluarkannya. Inti happiness tergantung pada tindakan atau
action kita, dimana hal itu akan lebih terasa jika kita punya ambisi lebih,” tutur pria yang biasa dipanggil coach Suwito
ini terkait prinsip happiness.
“Ada perbedaan antara personal
ambition dan great ambition. Ambisi yang besar berhubungan dengan personal
lain, bukan hanya pribadi saja. Misalnya, kita punya ambisi pribadi ingin
menjadi seorang CEO. I want to be CEO. Maka jika diterjemahkan dalam sebuah great
ambition menjadi, saya ingin menjadi CEO sehingga orang-orang bisa bekerja dan
saya bisa mengurangi pengangguran. Dalam menjalankan kepemimpinannya pun dia
akan lebih memperhatikan kepentingan orang banyak, sehingga lebih dihargai dan
dipercaya karyawannya,” papar coach Suwito lagi.
Lebih lanjut, coach Suwito menjelaskan,
setidaknya ada 6 poin yang bisa dilihat dari seorang trustworthy leader. Pertama adalah komunikasi yang transparan,
jujur, dan terbuka terhadap bawahannya. Proses menciptakan komunikasi
transparan ini memang panjang, karena terkait dengan gaya komunikasi dari setiap
orang yang berbeda, dan bagaimana komitmen mereka untuk menjadikannya sebuah
budaya.
Kedua, leader yang menghargai feedback
dari para karyawannya. Di sini, leader
akan menerima saran, pendapat, sampai kritik apapun dari mereka, tanpa ada judgement.
Selanjutnya, pemimpin yang
mencerminkan pribadi empowers people.
Dalam artian, bisa membuat orang lain maju,yang notabene bukan hanya untuk
kepentingan perusahaan saja. Keempat, fokus pada penciptaan leader yang baru. Jadi bagaimana seorang
leader menciptakan leader lain yang lebih baik (leader create leader).
Poin berikutnya, U+ME=US, yang
artinya membaur atau akrab dengan para staff atau karyawan. Terakhir, consistent behaviour. Konsisten terhadap
visi yang dia perjuangkan. Karena visi ini merupakan pengejawantahan dari
ambisi yang lebih besar (greater ambition).
“Seperti apa yang Dalai Lama bilang,
happiness is not something ready made. It comes from your own actions. Kebahagiaan
menjadi seorang CEO bukan dilihat pada hasil gemilang, tapi lebih penting
bagaimana dalam actionnya, dia menjadi seorang pemimpin yang bisa dihargai,
dipercaya, dan dengan penuh kesadaran membuat orang lain lebih baik. Prinsipnya
willingness to happiness,” ungkap coach Suwito.
Being
Greater Productivity
Jika happiness lebih mengarah pada proses, maka pada teknikalnya ada
beberapa aspek yang diperlukan untuk mencapai produktivitas yang maksimal. Beberapa
diantaranya seperti personalize agenda,
delineate and group task, dan
monitor agenda.
“Pada monitor agenda, lebih
pada orang yang process oriented. Jadi selalu melihat prosesnya, bukan
hasilnya,” kata pria yang sudah 30 tahun lebih berkecimpung di dunia bisnis
ini.
Selain itu ada aspek hand over assignments, email and social media trap, clean desk, juga limited meeting dan discipline
in giving out helps, baik pekerjaan yang bersifat teknikal, maupun bersifat
pemikiran.
“Riset membuktikan bahwa
meeting yang dilakukan lebih dari 2 jam, ujungnya akan tidak efektif dan
menjadi tidak fokus pada topik meeting. Karena itu usahakan tetap fokus pada
topik meeting dan hindari terlalu banyak melakukan meeting, apalagi sampai 2
jam ke atas.”
Di akhir acara, Coach Suwito
berharap, dengan mengikuti forum ini, para peserta bisa menjadi true leader, yang bisa menjalankan
bisnis dengan hati, dan bisa mengkolaburasikan antara mindshare dan heartshare
(hati nurani).
Pendapat Para
CEO :
1. Achmad
Suratin Kurniawan (Nafisa Production)
Selain penjelasan yang bersifat
komunikatif, tema yang diberikan dalam forum CEO PowerLunch kali ini sangat
inspiratif.
Selama ini, untuk menjadi
pemimpin yang trustworthy, kami
selalu berusaha konsisten dengan apa yang kami sampaikan kepada para karyawan.
Mulai dari hal kebijakan, sampai konsisten dalam menjalankan visi dan apa yang
menjadi tujuan kami ke depan.
Kami juga sering melakukan
pendekatan secara personal kepada mereka. Di samping membuat suasana kerja jadi
lebih nyaman, diharapkan bisa terjalin semacam ikatan batin atau ‘chemistry’ antara mereka dan
perusahaan, sehingga produktivitas kerja pun bisa meningkat.
2. Widarta
Chandra (Sarana Sukses)
Menurut
saya, dibutuhkan wise yang begitu
besar untuk menjadi pemimpin yang trustworthy.
Selain kemauan menjadi great leader,
butuh waktu dan banyak pengalaman, untuk menempa diri jadi bijaksana.
Forum
ini bermanfaat buat saya, karena Coach Suwito selaku pembicara sudah lama
terjun di dunia bisnis, sehingga materi yang disampaikan juga lebih bersifat praktis
dan teknis.
0 komentar:
Posting Komentar